Benarkah Perasaan Cinta Hanya Permainan Hormon Semata?
Halodoc, Jakarta – Novelis dari Inggris, Amy Jenkins, pernah berkata “Saya tak percaya pada romantisme dan cinta. Itu hanyalah perasaan sesaat dari hormon dan bahan kimia yang mendorong kita untuk berhubungan intim. Tak lebih bersifat mistis daripada nikotin dalam rokok yang Anda hisap,”. Hhmm, perasaan cinta memang bisa menciptakan “pertempuran” hormon di dalam tubuh, terutama otak. Namun, benarkah rasa cinta hanyalah permainan hormon seperti yang dikatakan penulis Honeymoon di atas?
Jangan biarkan dahi kamu terus berkerut. Kimia cinta dan seks memang menyimpan beribu pertanyaan, dan tentu saja, misteri. Nah, berikut penjelasan dari kacamata sains mengenai tahap demi tahap yang akan terjadi ketika kamu jatuh cinta.
1. Rasa Tertarik
Tahap pertama pastinya adalah rasa terpikat atau ketertarikan pada lawan jenis. Banyak hal yang bisa memengaruhinya. Mulai dari suara, cara berbicara, penampilan, bahasa tubuh, kesamaan sifat, hingga latar belakang. Di tahap ini tubuh akan mengaktifkan bagian otak yang bernama reseptor opioid.
Baca juga: Ini yang Terjadi Pada Tubuh Saat Jatuh Cinta
Kata ahli, reaksi ini sama halnya seperti dengan reaksi yang muncul ketika tubuh menerima obat pereda nyeri, seperti morfin. Berdasarkan studi dalam jurnal Molecular Psychiatry, orang yang diberi morfin cenderung lebih mudah terpikat, ketimbang mereka yang tak diberi morfin.
2. Munculnya Perasaan Kasmaran
Ketika sudah tertarik dengan lawan jenis, pastinya kamu selalu ingin berada di dekat dirinya. Nah, inilah tahapan yang dikenal dengan fase kasmaran. Di tahap ini, tubuh akan memicu produksi hormon adrenalin, norepinefrin, dan dopamin. Nah, “pertempuran” ketiga hormon itulah yang bisa memunculkan euforia atau perasaan gembira dan antusias yang berlebihan. Enggak cuma itu, reaksi ketiganya juga bisa menimbulkan reaksi lain pada tubuh. Misalnya, gelisah, stres, tegang, hingga gugup setengah mati.
3. Seakan-akan Dunia Berputar
Tahap ketiga ini akan membuat peredaran darah menuju nucleus akumben (salah satu bagian di dalam otak) meningkat. Bagian ini merupakan bagian otak yang mengendalikan kenikmatan dan penghargaan (reward). Ketika kamu bersama orang yang kamu sukai, otak akan membacanya sebagai bentuk kenikmatan dan reward. Nah, hal inilah yang membuat seakan-akan duniamu “berputar-putar”. Kata ahli, kondisi ini mirip dengan reaksi otak terhadap candu.
Baca juga: Perbedaan Pola Jatuh Cinta Pria vs Wanita
4. Falling in Love
Di tahap ini, reaksi kimiawi pada otak semakin kompleks. Kata ahli, ketika kamu masuk ke dalam fase jatuh cinta, kadar zat tertentu pada otak seperti serotonin akan berkurang. Nah, berkurangnya hormon yang satu inilah yang jadi alasan mengapa dirimu merasa begitu terobsesi pada pasangan. Kondisinya hampir mirip dengan orang yang mengidap gangguan obsesif kompulsif (OCD), yang kadar hormon serotoninnya relatif kurang.
Kata ahli, turunnya kadar serotonin ini dibarengi dengan meroketnya hormon adrenalin dan norepinefrin. Nah, kedua hormon inilah yang ujung-ujungnya mampu meningkatkan gairah seksual.
Yakin, Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama?
“Love at the first sight”, ya apapun namanya, kadang-kadang membuat orang yang merasakannya jadi hilang akal sehat. Banyak orang yang memercayai cinta pada pandangan pertama adalah hal yang nyata. Orang-orang yang memercayai dan mengalami hal ini akan jatuh cinta hanya dalam waktu sekejap, wow! Namun, kira-kira berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk jatuh cinta?
Nah, menurut pakar asmara sekaligus penulis Men Chase, Women Choose seperti dilansir Elite Daily, amat sulit untuk menentukan waktu yang diperlukan seseorang untuk jatuh cinta. Si pakar asmara berkata kalau dirinya benar-benar tak punya jawaban yang tepat menyoal hal tersebut.
Namun, di lain tempat, ada pula ahli yang memiliki gagasan berbeda dari pakar asmara di atas. Menurut profesor psikologi dari State University of New York, AS, seseorang bisa saling jatuh cinta setelah satu kali pertemuan. Kata si profesor, ketika kamu bertemu dengan orang asing dan muncul serangkaian pertanyaan pribadi, apalagi bila dilakukan empat mata dan saling curi pandang, tak menutup kemungkinan rasa cinta akan muncul. Sebegitu cepatkah?
Baca juga: Wanita Hati-hati, Bahaya Mencitai 2 Pria Sekaligus
Sayangnya, pendapat si profesor ditepis oleh si pakar asmara. Kata si pakar asmara di atas, jatuh cinta itu bersifat biologis. Oleh sebab itu, ia menganggap kalau cinta pada pandangan pertama adalah sebuah kesalahan. Singkat kata dari si pakar asmara, cinta pada pandangan pertama bukanlah cinta yang sesungguhnya, melainkan hanya nafsu semata. Pasalnya, hal itu dikarenakan banyaknya serangkaian “pertempuran” reaksi kimia yang terjadi di otak.
Hmm, yakin jatuh cinta pada pandangan pertama?
Nah, karena sains sudah berkata seperti di atas, sudah semestinya reaksi kimia cinta dan seks yang terjadi pada dirimu mesti diimbangi dengan pemikiran yang sehat. Misalnya, menilai kecocokan, sifat, hingga bibit-bebet-bobot calon pasangan. Boleh jadi, inilah permulaan pernikahan yang bahagia pada orang-orang muda.
Punya masalah kesehatan dan ingin berdiskusi dengan dokter? Gampang kok caranya, kamu tinggal bertanya langsung melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan