Benarkah Pengidap HIV Rentan Terserang Tuberkulosis?
“Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pengidap HIV, rentan tertular tuberkulosis dan mengalami sakit parah karenanya. Itulah mengapa penting untuk mewaspadai penyakit tersebut dengan melakukan langkah-langkah pencegahan dan segera tes bila mengalami gejala tuberkulosis.”
Halodoc, Jakarta – Tuberkulosis (TBC) sudah dikenal sebagai penyakit serius yang menyerang paru-paru. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang bisa menular dari satu orang ke orang lain melalui droplet kecil yang menyebar di udara.
Pada orang bertubuh sehat, sistem kekebalan tubuh biasanya bisa melawan bakteri TBC, sehingga tidak menyebabkan sakit atau menularkan penyakit tersebut pada orang lain. Namun, berbeda dengan pengidap human immunodeficiency virus (HIV). Orang dengan HIV-positif memiliki daya tahan tubuh yang lemah, sehingga ketika terinfeksi bakteri TBC, mereka bisa mengalami gejala, bahkan dalam tingkat yang parah. Itulah mengapa pengidap HIV termasuk kelompok yang rentan terhadap tuberkulosis.
Apa Itu Tuberkulosis?
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri bernama Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini bisa menyebar melalui udara saat orang dengan penyakit tersebut batuk atau berbicara dan mengeluarkan droplet berisi bakteri yang kemudian terhirup oleh orang lain. Begitu masuk ke dalam tubuh, TBC bisa menjadi tidak aktif atau aktif. Ketika bakteri TB tidak aktif, itu disebut infeksi TB laten. Ketika bakteri tersebut aktif, itu disebut penyakit tuberculosis.
Tuberkulosis paling utama menyerang paru-paru, tapi penyakit tersebut juga bisa memengaruhi bagian tubuh mana saja, termasuk ginjal, tulang belakang atau otak. Bila tidak diobati TBC bisa menyebabkan kematian.
Mengapa Pengidap HIV Rentan Terkena Tuberkulosis?
Tuberkulosis adalah infeksi oportunistik (IO), yang artinya infeksi ini terjadi lebih sering atau lebih parah pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah, daripada orang dengan sistem kekebalan yang sehat. HIV melemahkan sistem kekebalan tubuh pengidapnya, sehingga tubuh lebih sulit melawan bakteri TBC. Itulah mengapa orang yang mengidap HIV lebih rentan mengalami sakit parah akibat tuberkulosis.
Pengidap HIV yang terinfeksi tuberkulosis disebut koinfeksi HIV/TB. Infeksi bakteri tersebut lebih berkembang menjadi penyakit pada orang dengan HIV, dibandingkan pada orang tanpa HIV. Bila tidak diobati, penyakit tersebut juga berpotensi menjadi parah. Di seluruh dunia, TB merupakan penyebab kematian utama orang dengan HIV.
Karena itu, penting bagi pengidap HIV untuk lebih mewaspadai tuberkulosis agar bisa terhindar dari penyakit tersebut. Selain itu, mengenali gejala TBC juga penting bagi pengidap HIV agar pengobatan bisa dilakukan lebih awal, sehingga penyakit tersebut bisa segera dikendalikan dan dampak parah pada sistem kekebalan tubuh bisa dicegah.
Sudah tahu bahwa dalam beberapa kasus bakteri tuberkulosis bisa resisten terhadap antibiotik? Baca selengkapnya di artikel ini: “Mengenal TB MDR: Penyebab dan Cara Efektif Mengatasinya“.
Gejala yang Perlu Diwaspadai
Tuberkulosis laten atau yang tidak aktif seringkali tidak menimbulkan gejala. Namun, bila bakteri sudah aktif dan memengaruhi paru-paru, pengidap bisa mengalami gejala-gejala berikut:
- Batuk terus-menerus yang bisa mengeluarkan darah atau dahak.
- Nyeri dada.
- Merasa lelah atau lemah.
- Tidak nafsu makan
- Berat badan menurun.
- Meriang.
- Demam
- Banyak berkeringat di malam hari.
Namun, ketika tuberkulosis memengaruhi bagian lain dari tubuh, gejala yang muncul berbeda. Bagi pengidap HIV yang mengalami gejala-gejala di atas, penting untuk segera melakukan tes diagnostik.
Tes yang biasanya dilakukan untuk mendiagnosis tuberkulosis pada pengidap HIV adalah tes kulit tuberkulin. Pengidap akan disuntikkan sedikit cairan yang mengandung protein TB ke dalam kulit. Setelah 2 atau 3 hari, dokter akan memeriksa tempat suntikan. Bila area tersebut bengkak dan kemerahan, itu adalah pertanda infeksi tuberkulosis. Selain tes kulit tersebut, tes darah juga bisa dilakukan untuk mengetahui apakah tuberkulosis laten atau aktif.
Pengobatan Tuberkulosis untuk Pengidap HIV
Pengidap HIV yang didiagnosis mengidap tuberkulosis, baik aktif atau laten, perlu mengonsumsi obat-obatan untuk HIV dan TB. Namun, obat HIV dan TB tidak selalu bekerja sama dengan baik dan bisa meningkatkan risiko interaksi obat dan efek samping. Jadi, dokter akan menentukan kombinasi obat mana yang terbaik untuk kamu.
Bila kamu mengidap TB laten, ada beberapa obat yang bisa mencegah penyakit tersebut berkembang, seperti isoniazid atau INH (Nydrazid) atau Rifampisin atau Rifadin (RF). Sedangkan bagi kamu yang mengidap TB aktif dan sudah menggunakan ART, dokter akan menyesuaikan obat HIV kamu. Bila kamu belum menggunakan ART, dokter akan menentukan kapan kamu harus mulai menggunakan obat tersebut.
Itulah penjelasan mengenai tuberkulosis pada pengidap HIV. Nah, untuk mendapatkan obat resep dokter yang kamu butuhkan untuk mengatasi masalah kesehatan kamu, gunakan saja aplikasi Halodoc. Yuk, download aplikasinya sekarang juga untuk memudahkan kamu mendapatkan solusi kesehatan terlengkap.
Referensi:
HIV Info. Diakses pada 2022. HIV and Tuberculosis (TB).
WebMD. Diakses pada 2022. Tuberculosis in People With HIV.
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 2022. Tuberculosis: The Connection between TB and HIV
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan