Begini Proses Bayi Tabung di Laboratorium
“Bayi tabung merupakan prosedur yang dilakukan oleh pasangan untuk membantu proses kehamilan. Bayi tabung menjadi solusi terbagi bagi pasangan yang mengalami gangguan kesuburan dan sulit untuk memiliki anak. Lantas, bagaimana prosedur dilakukan?”
Halodoc, Jakarta - Beberapa pasangan masih belum mendapatkan keturunan, meski sudah mencobanya dalam waktu tahunan. Sebagai alternatifnya, ada prosedur yang bisa digunakan untuk mengatasi hal tersebut, yaitu bayi tabung. Proses kehamilan di luar tubuh ini dilakukan di laboratorium, dan prosesnya disebut dengan in vitro fertilization (IVF). Begini prosedur dilakukan.
Baca juga: Ini Tanda-Tanda Kehamilan di Minggu Pertama
Proses Bayi Tabung yang Perlu Diketahui
Secara sederhana, bayi tabung bisa dipahami sebagai sebuah proses yang dilakukan dengan cara menggabungkan sel telur dan sperma di luar tubuh. Sel telur yang diambil dari calon ibu, kemudian dibuahi dan setelahnya akan dipindahkan ke dalam rahim wanita. Tujuannya adalah untuk “menciptakan” kehamilan pada wanita.
Kehamilan yang terjadi dalam proses ini diawali dengan sel telur yang dibuahi oleh sperma di luar tubuh, yaitu di dalam sebuah tabung. Biasanya, prosedur ini baru bisa dilakukan jika calon ibu sudah melakukan banyak cara, misalnya mengonsumsi obat-obatan hingga tindakan bedah, tetapi tetap tidak bisa mengatasi masalah ketidaksuburan.
Pertama, pembuahan di luar rahim ibu dilakukan di dalam laboratorium berteknologi tinggi. Untuk “mengawinkan” sperma dan sel telur, dilakukan di dalam sebuah cawan khusus yang berisi medium tertentu. Pada awalnya, petugas dari laboratorium akan meminta sperma dari calon ayah yang nantinya akan digunakan untuk membuahi. Nantinya, akan dipilih sperma yang terbaik agar proses kehamilan bisa berjalan lebih lancar.
Kedua, setelah mendapatkan sperma yang dibutuhkan, kemudian dicuci dan diperiksa di laboratorium. Biasanya setelah sperma dipastikan baik, terlebih dahulu dicoba melakukan inseminasi, yaitu proses memasukkan sperma tersebut langsung ke dalam rahim ibu.
Ketiga, setelah 3-5 hari setelah pengambilan sel telur, proses dilanjutkan dengan inkubasi untuk memantau terjadinya pembuahan normal hingga membentuk embrio. Nah, jika pembuahan berhasil, maka embrio akan kembali ditanamkan ke dalam rahim ibu. Setelah itu, calon ibu akan menjalani proses hamil seperti perempuan pada umumnya.
Baca juga: Bumil, Ini 5 Makanan Kaya Omega-3 untuk Pertumbuhan Janin
Persiapan Sebelum Memulai Proses Bayi Tabung
Sebelum proses kehamilan di luar tubuh ini dilakukan, wanita perlu melakukan tes cadangan pada ovarium terlebih dahulu. Hal ini melibatkan pengambilan sampel darah dan pengujian terhadap tingkat hormon perangsang folikel (FSH). Hasil tes dapat memberikan informasi pada dokter tentang ukuran dan kualitas sel telur.
Dokter juga akan memeriksa bagian rahim dengan metode USG untuk mendapatkan gambaran dari bagian tersebut. Selain itu, mungkin ahli medis juga memasukkan ‘teropong’ melalui vagina hingga ke dalam rahim. Tes ini dapat mengungkapkan kesehatan rahim dan membantu dokter untuk menentukan cara yang paling baik saat penanaman embrio.
Pihak pria juga perlu melakukan tes sperma dengan memberikan sampel air mani untuk dilakukan analisis. Jika diketahui sperma yang dihasilkan lemah atau banyak kerusakan, pria mungkin mendapatkan injeksi sperma intracytoplasmic. Ahli medis akan menyuntikkan sperma langsung ke dalam sel telur yang merupakan salah satu proses dari bayi tabung.
Meski demikian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses bayi tabung. Sejumlah ahli menyebut bahwa peluang keberhasilan dari proses ini rata-rata hanya sekitar 37–40 persen. Dengan kata lain, proses bayi tabung tidak menjanjikan kehamilan secara pasti, tetapi bisa membantu peluang seorang wanita untuk memiliki keturunan.
Selama menjalani proses bayi tabung, biasanya calon ibu akan disarankan untuk menjaga kondisi tubuh sebaik mungkin. Mulai dari mengonsumsi obat-obatan tertentu, vitamin, dan cara lain agar tubuh tetap fit. Tujuannya adalah untuk membantu peluang kehamilan menjadi lebih tinggi dan impian untuk segera memiliki momongan bisa segera tercapai.
Baca juga: Sebaiknya Seberapa Sering Ibu Hamil Berolahraga?
Mengapa Prosedur Bayi Tabung Dilakukan?
In vitro fertilization (IVF) adalah pengobatan yang paling tepat untuk seseorang dengan masalah infertilitas atau masalah genetik. Apabila disebabkan oleh masalah infertilitas, kamu dan pasangan mungkin sebaiknya mencoba cara lain sebelum bayi tabung. Contohnya seperti konsumsi obat kesuburan untuk meningkatkan produksi sel telur, atau inseminasi intrauterin yang merupakan prosedur penempatan sperma langsung di dekat rahim saat ovulasi.
Namun, apa saja sih indikator jika seseorang membutuhkan kehamilan melalui proses bayi tabung? Berikut ini beberapa alasannya:
- Wanita yang sudah berusia di atas 40 tahun, karena tingkat kesuburannya mungkin sudah agak menurun dibandingkan wanita yang lebih muda.
- Mengalami kerusakan atau sumbatan pada tuba falopi yang menyebabkan telur sulit untuk dibuahi atau embrio yang kerap berjalan ke arah rahim.
- Mengidap gangguan ovulasi, yaitu proses ini jarang atau tidak terjadi sama sekali sehingga lebih sedikit telur yang tersedia untuk pembuahan.
- Endometriosis, gangguan yang terjadi ketika jaringan rahim menanam dan tumbuh di luar rahim serta mampu memengaruhi fungsi ovarium, rahim, dan saluran tuba.
- Wanita mengalami fibroid rahim, yaitu tumor jinak yang tumbuh pada dinding rahim dan kerap menyerang wanita berusia 30–40an. Fibroid dapat mengganggu implantasi sel telur yang telah mendapat pembuahan.
- Pernah melakukan sterilisasi atau pengangkatan tuba sebelumnya. Jika kamu pernah menjalani sterilisasi saat tuba falopi dipotong atau diblokir untuk mencegah kehamilan secara permanen dan sangat ingin hamil, proses bayi tabung dapat menjadi cara yang tepat untuk mendapatkan kehamilan.
Risiko dari Proses Bayi Tabung
Cara memperoleh kehamilan di luar tubuh ini tentunya memiliki risiko tersendiri yang perlu pertimbangan matang oleh setiap pasangan yang akan melakukannya. Beberapa risiko dapat terjadi saat melakukan pengambilan sel telur atau saat mengonsumsi obat-obatan saat dikonsumsi. Nah, berikut ini beberapa risiko yang mungkin terjadi saat proses kehamilan ini dilakukan:
- Terjadinya infeksi, perdarahan, hingga kerusakan pada organ dalam saat pengambilan sel telur.
- Merasakan kembung, kram, sembelit, penambahan berat badan, hingga rasa sakit yang sulit ditahan sebagai risiko dari mengonsumsi obat stimulan ovarium.
- Kelahiran ganda.
- Persalinan prematur dan berat lahir rendah.
- Sindrom hiperstimulasi ovarium.
- Keguguran.
- Kehamilan ektopik.
- Cacat lahir.
- Kanker.
- Stres.
Sama seperti prosedur medis lainnya, meski dinilai aman, bayi tabung juga dapat menimbulkan risiko. Jadi, sebaiknya pertimbangkan dengan matang sebelum memutuskan untuk melakukan prosedur tersebut. Cari tahu lebih lanjut mengenai program bayi tabung atau hal-hal lain yang berhubungan dengan kehamilan dengan bertanya kepada dokter di aplikasi Halodoc.