Begini Penanganan Medis untuk Atasi Blighted Ovum

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   25 Januari 2019
Begini Penanganan Medis untuk Atasi Blighted OvumBegini Penanganan Medis untuk Atasi Blighted Ovum

Halodoc, Jakarta – Blighted ovum alias anembryonic gestation merupakan salah satu gangguan kehamilan yang bisa terjadi. Kondisi ini menyebabkan seorang wanita mengalami kehamilan anembrionik atau kehamilan yang tidak mengandung embrio, meski ada pembuahan di dalam rahim. Gangguan ini yang kerap kali menjadi penyebab seorang wanita hamil mengalami keguguran pada trimester pertama atau dalam tiga bulan awal kehamilan.

Kondisi ini bisa terjadi karena adanya kelainan kromosom pada fetus yang sedang berkembang. Karena hal itu, tubuh wanita yang tengah hamil mulai menyadari, dan menghentikan kehamilan saat itu juga. Nah, karena hal itu, terjadilah keguguran atau kegagalan dalam perkembangan calon janin. Ada beberapa faktor yang bisa menjadi pemicu terjadinya kelainan kromosom dalam kehamilan. Namun, kondisi ini paling sering terjadi karena pembelahan sel yang tidak sempurna, serta kualitas sel telur dan sperma yang kurang baik.

Baca juga: 4 Macam Kelainan dalam Kehamilan

Saat mengalami blighted ovum, kantung kehamilan akan kosong, tapi tetap berada di dalam rahim. Untuk mengatasinya, dibutuhkan tindakan medis segera. Lantas, bagaimana penanganan medis untuk mengatasi blighted ovum?

Penanganan Medis untuk Blighted Ovum

Saat mengalami gangguan kehamilan blighted ovum, seorang wanita perlu segera mendapat tindakan medis. Tujuannya untuk mengeluarkan atau mengangkat kantung kehamilan yang kosong dari dalam rahim. Prosedur yang akan dilakukan untuk mengatasi tindakan ini adalah kuretase (kuret). Namun, sebelumnya dibutuhkan pemeriksaan, misalnya dengan USG, untuk mengetahui apakah seorang wanita benar mengalami blighted ovum atau tidak.

Selain dengan kuret, mengatasi blighted ovum juga bisa dilakukan dengan pemberian obat-obatan tertentu. Konsumsi obat bertujuan untuk membantu meluruhkan kandungan yang kosong, namun jika masih memungkinkan, seorang wanita boleh saja memilih untuk membiarkan kandungan gugur secara alami. Keguguran biasanya akan terjadi beberapa minggu setelah kehamilan dihentikan tubuh.

Baca juga: 3 Jenis Gangguan Plasenta dan Cara Mengatasinya

Sering Tidak Disadari

Sayangnya, kondisi ini sering tidak disadari sampai akhirnya keguguran terjadi. Meski begitu, blighted ovum, biasanya hanya akan menyerang seorang wanita satu kali. Untuk menghindari gangguan ini, sebaiknya mulai terapkan pola hidup sehat segera setelah dinyatakan hamil. Selain itu, hindari juga kebiasaan minum alkohol dan merokok agar kandungan tetap sehat.

Uniknya, wanita yang mengalami blighted ovum, pada awalnya akan mengalami tanda-tanda kehamilan normal, seperti haid yang terlambat, hasil pemeriksaan kehamilan yang menunjukkan hasil positif, hingga mual dan muntah serta payudara terasa nyeri. Seiring berjalannya kehamilan, mulai muncul tanda-tanda keguguran, seperti keluarnya flek atau perdarahan dari area intim, kram perut, dan volume darah menstruasi yang terasa lebih banyak dari biasanya.

Kondisi ini juga sering tidak disadari karena terkadang hasil pemeriksaan kehamilan masih menunjukkan hasil positif. Hal itu terjadi karena kadar hormon hCG (human chorionic gonadotropin) yang masih tinggi. Hormon ini dihasilkan oleh plasenta dan levelnya dapat terus bertambah meski embrio tidak berkembang. Jika merasakan gejala-gejala tersebut, segera lakukan pemeriksaan ke dokter kandungan untuk memastikan kondisi kandungan secara pasti.

Baca juga: Yang Terjadi saat Ibu Hamil Terlalu Percaya Mitos

Menjaga kehamilan juga bisa dilakukan dengan mengonsumsi suplemen atau vitamin khusus. Tapi, jangan lupa untuk selalu melakukan diskusi dengan dokter dalam pemilihan suplemen. Kalau sudah punya resep, beli suplemen dan produk kesehatan lain di aplikasi Halodoc, saja! Dengan layanan antar, pesanan akan dikirim ke rumah dalam waktu satu jam. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!