Begini Intoleransi Laktosa Bisa Terjadi di Dalam Tubuh

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   23 Oktober 2019
Begini Intoleransi Laktosa Bisa Terjadi di Dalam TubuhBegini Intoleransi Laktosa Bisa Terjadi di Dalam Tubuh

Halodoc, Jakarta – Orang yang mengidap intoleransi laktosa akan mengalami gangguan pencernaan ketika mengonsumsi susu dan produk olahannya. Hal ini karena tubuhnya tidak mampu mencerna laktosa, yaitu sejenis gula yang terdapat dalam susu. 

Normalnya, laktosa dicerna dalam tubuh menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim bernama laktase, agar dapat digunakan menjadi energi. Namun, tubuh orang yang mengidap intoleransi laktosa tidak dapat menghasilkan enzim laktase dalam jumlah yang cukup, sehingga laktosa yang masuk tidak dapat dicerna dan malah terfermentasi oleh bakteri dalam usus besar. Hal inilah yang kemudian menimbulkan berbagai gejala. 

Baca juga: Ketahui Perbedaan Intoleransi Laktosa dan Alergi Susu Sapi pada Bayi

Umumnya, gejala intoleransi laktosa berlangsung selama 30 menit hingga 2 jam setelah mengonsumsi susu atau produk olahannya. Gejala yang muncul dapat berupa:

  • Mual.
  • Diare.
  • Kram perut.
  • Perut kembung.
  • Sering buang angin.

Adapun tingkat keparahan gejala tersebut tergantung pada seberapa banyak laktosa yang dikonsumsi. Jika ingin tahu lebih lanjut tentang intoleransi laktosa, kamu bisa lakukan diskusi dengan dokter di aplikasi Halodoc, lewat Chat atau Voice/Video Call

Jenis-Jenis Intoleransi Laktosa

Ada beberapa jenis intoleransi laktosa yang umum terjadi, yaitu:

  • Intoleransi laktosa primer. Terjadi karena penurunan produksi laktase akibat bertambahnya usia. Intoleransi laktosa jenis ini umumnya terjadi karena faktor genetik.
  • Intoleransi laktosa sekunder. Terjadi karena penurunan produksi laktase sementara, yang dapat dipicu oleh kondisi medis tertentu, seperti penyakit celiac, penyakit Crohn, infeksi usus, radang usus besar, atau kemoterapi.
  • Intoleransi laktosa dalam masa perkembangan. Intoleransi laktosa jenis ini umumnya terjadi pada bayi yang lahir prematur, karena usus halusnya belum berkembang sempurna ketika dilahirkan.
  • Intoleransi laktosa bawaan. Terjadi sejak lahir, yang ditandai dengan sedikit atau tidak ada sama sekali enzim laktase yang diproduksi tubuh. Intoleransi laktosa jenis ini merupakan yang paling langka.

Baca juga: Jenis Tes yang Dilakukan untuk Diagnosis Intoleransi Laktosa

Panduan Makan untuk Pengidap Intoleransi Laktosa

Belum ada cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi laktase dan mengobati intoleransi sepenuhnya. Satu-satunya hal yang dapat dilakukan pengidap intoleransi laktosa adalah mengubah pola diet untuk menghindari munculnya keluhan, seperti membatasi konsumsi susu dan produk olahannya, atau hanya mengonsumsi makanan bebas laktosa.

Bukan hanya susu, berikut jenis-jenis makanan berlaktosa, yang perlu dibatasi atau dihindari pengidap intoleransi laktosa:

  • Susu hewan, seperti susu sapi atau kambing.
  • Produk olahan susu, seperti keju, es krim, yoghurt, atau mentega.
  • Makanan-makanan lainnya, seperti kue, biskuit, cokelat, permen, bumbu salad, kentang goreng siap saji, sup instan kemasan, daging olahan, serta roti atau sereal terkadang mengandung laktosa. 

Sebagai pengganti susu dan makanan lain yang berlaktosa, pengidap intoleransi laktosa bisa mengonsumsi susu kedelai, atau susu yang terbuat dari gandum, almond, kelapa, atau kentang. Namun, yoghurt, keju, atau makanan lainnya yang bertanda bebas laktosa biasanya juga aman untuk dikonsumsi.

Baca juga: Anak Terkena Diare Karena Intoleransi Laktosa, Begini Cara Mengatasinya

Solusi lainnya, pengidap intoleransi laktosa juga dapat menambahkan porsi laktosa secara bertahap dalam menu hariannya, guna membantu tubuh beradaptasi untuk mencerna laktosa. Konsultasikan dengan dokter gizi terlebih dahulu tentang pola diet yang dianjurkan. Untuk melakukan konsultasi dengan dokter gizi di rumah sakit, kamu bisa gunakan Halodoc untuk buat janjinya di awal, agar bebas antri. 

Penting juga untuk diingat bahwa ketika pengidap intoleransi laktosa menghindari makanan berlaktosa, ia juga harus memperhatikan asupan kalsium, untuk menghindari risiko defisiensi kalsium. Asupan kalsium bisa didapat dari makanan berikut:

  • Ikan sarden, makerel, atau salmon.
  • Sayuran hijau, seperti bayam, kubis, atau brokoli.
  • Kacang-kacangan, termasuk kacang kedelai.
  • Roti dan makanan lain yang terbuat dari tepung fortifikasi.

Referensi:
NHS Choices UK. Diakses pada 2019. Lactose Intolerance.
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Lactose Intolerance.
Healthline. Diakses pada 2019. Lactose Intolerance 101 - Causes, Symptoms and Treatment