Begini Cara Mengatasi Delirium yang Sebabkan Mental Terganggu
Halodoc, Jakarta – Gangguan mental kini menjadi masalah kesehatan yang umum terjadi di banyak negara, termasuk di Indonesia. Bila berbicara soal gangguan mental, delirium mungkin tidak sepopuler jenis gangguan mental lainnya, seperti depresi, bipolar, skizofrenia, dan kepribadian ganda. Tapi sebenarnya, delirium merupakan jenis gangguan mental yang serius dan patut untuk diwaspadai.
Pasalnya, gangguan mental tersebut bisa menyebabkan pengidapnya mengalami kebingungan parah hingga tidak sadar dengan lingkungan sekitarnya. Kondisi ini tidak hanya bisa membahayakan diri pengidap, namun juga orang-orang di sekelilingnya juga. Karena itu, delirium sebaiknya segera ditangani demi keselamatan dan kesehatan pengidapnya.
Untungnya, delirium biasanya hanya bersifat sementara dan bisa diatasi dengan mengendalikan penyebab serta pemicunya. Karena itu, untuk mengetahui cara mengatasi delirium, kita perlu mengetahui dulu apa saja penyebab di balik gangguan mental ini.
Penyebab Delirium
Delirium disebabkan karena adanya gangguan di otak, sehingga menyebabkan fungsi otak berubah secara cepat yang terjadi bersamaan dengan penyakit mental atau fisik. Ada banyak kondisi yang bisa menyebabkan otak tidak mendapatkan pasokan oksigen yang cukup, sehingga mengalami gangguan yang bisa berujung pada delirium. Berbagai faktor yang bisa menjadi penyebab delirium, antara lain:
- Kecanduan alkohol atau dampak yang terjadi saat ingin berhenti mengonsumsi alkohol.
- Mengonsumsi obat-obatan tertentu atau keracunan obat juga bisa menyebabkan delirium. Ini karena ada beberapa jenis obat yang bisa mengakibatkan penumpukan zat dalam otak. Obat-obatan yang bisa menjadi penyebab delirium adalah obat tidur, obat pereda rasa nyeri, obat asma, obat antialergi (antihistamin), obat untuk kejang, kortikosteroid, obat untuk penyakit Parkinson, serta obat untuk gangguan mood.
- Keracunan zat kimia tertentu juga bisa menyebabkan delirium, seperti sianida atau karbon monoksida.
- Menjalani operasi atau prosedur medis lainnya yang melibatkan pembiusan.
- Kekurangan gizi atau dehidrasi.
- Demam akibat infeksi parah, khususnya pada anak.
- Mengidap penyakit kronis atau berat, seperti gagal ginjal.
- Memiliki gangguan tidur atau gangguan emosi.
Baca juga: Jangan Dibiarkan, Insomnia Bisa Sebabkan 7 Penyakit Ini
- Gangguan elektrolit.
Sedangkan beberapa faktor berikut bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami delirium:
- Berusia lanjut atau di atas 65 tahun.
- Memiliki kelainan pada otak.
- Memiliki riwayat penyakit delirium sebelumnya.
- Mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran.
- Mengidap beberapa penyakit sekaligus.
Cara Mengatasi Delirium
Tujuan utama pengobatan delirium adalah untuk menangani penyebab yang ada di balik gangguan mental tersebut. Misalnya, bila delirium disebabkan oleh konsumsi obat, maka dokter akan menyarankan kamu untuk menghentikan atau mengurangi dosis obat tersebut. Setelah penyebabnya ditangani, langkah selanjutnya adalah menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pemulihan tubuh dan ketenangan pikiran pengidap.
Selain menangani penyebabnya, gejala delirium yang muncul pada pengidap juga perlu diatasi. Misalnya, pada pengidap delirium yang mengalami ketakutan, rasa cemas, atau halusinasi, maka dokter akan memberikan obat penenang untuk mencegah pengidap membahayakan orang lain. Pemberian obat ini bisa dikurangi secara bertahap dan dihentikan setelah gejala delirium mereda.
Baca juga: Tak Hanya Sulit Mengingat dan Berkonsentrasi, Ini 4 Gejala Delirium
Selain itu, delirium juga bisa menimbulkan komplikasi yang membuat kualitas hidup pengidapnya semakin menurun. Karena itu, untuk mencegah pengidap delirium mengalami komplikasi, berikut beberapa terapi pendukung yang bisa diberikan:
- Menangani rasa nyeri yang dialami pengidap.
- Menyediakan cairan dan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh pengidap.
- Menjaga agar jalan napas pengidap tidak tertutup.
- Membantu pengidap yang kesulitan menggerakkan tubuh.
- Usahakan sebisa mungkin untuk tidak mengekang tubuh pengidap dengan cara diikat untuk menenangkan pengidap. Hindari juga pemasangan kateter urine dan terlalu banyak perubahan di lingkungan sekitar pengidap.
Tidak hanya dengan memberikan obat-obatan saja, perhatian dan dukungan dari keluarga atau orang terdekat pengidap juga berpengaruh besar terhadap kesuksesan kesembuhan pengidap. Jadi, usahakanlah untuk tetap berinteraksi dengan pengidap. Berikut dukungan yang dapat diberikan keluarga untuk membantu mengendalikan gejala pengidap:
- Berbicara pada pengidap dengan kalimat yang singkat dan sederhana.
- Tetap sabar dan tenang sewaktu mendengarkan pengidap.
- Mengingatkan pengidap tentang waktu, tanggal, dan apa yang terjadi pada saat itu.
- Bantu pengidap untuk makan dan minum.
Baca juga: Kenali 3 Fakta Penting Mengenai Delirium
Nah, itulah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi delirium. Bila ada anggota keluarga atau orang terdekatmu yang mengidap delirium, kamu juga bisa bertanya-tanya lebih lanjut ke dokter mengenai cara menghadapi pengidap dengan menggunakan aplikasi Halodoc. Kamu bisa menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat kapan saja dan di mana saja. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan