Begini Cara Diagnosis Body Dysmorphic Disorder
Halodoc, Jakarta - Merasa cemas berlebihan terhadap suatu kekurangan fisik yang dimiliki? Hati-hati, bisa jadi itu gejala body dysmorphic disorder. Gangguan mental ini ditandai dengan gejala berupa rasa cemas berlebihan terhadap kekurangan pada penampilan fisik diri sendiri. Lantas, bagaimana bisa tahu dan mendiagnosis body dysmorphic disorder?
Secara kasat mata, gangguan ini bisa dilihat dari perilaku yang ditunjukkan. Pengidap body dysmorphic disorder biasanya kerap merasa malu dan resah karena menganggap dirinya buruk, sehingga menghindari berbagai situasi sosial. Selain itu, mereka juga sering menjalani operasi plastik guna memperbaiki penampilannya.
Baca juga: Cemas Berlebihan, Waspadai Penyakit Gangguan Kecemasan
Namun, berbeda dengan gangguan makan, rasa cemas pada body dysmorphic disorder bukan mengenai berat badan dan bentuk tubuh secara keseluruhan. Melainkan kekurangan fisik pada anggota tubuh tertentu, contohnya kulit keriput, rambut rontok, paha yang besar, atau bentuk hidung pesek.
Secara medis, menentukan diagnosis body dysmorphic disorder sering kali sulit, karena banyak pengidap yang merasa malu dan cenderung menyembunyikan gangguan ini. Namun, dokter biasanya akan merujuk pasien yang berulang kali meminta operasi plastik ke psikiater.
Untuk mengetahui penyebabnya dan memberikan penanganan yang tepat, psikiater akan melakukan penilaian kondisi kejiwaan dengan cara:
-
Menanyakan riwayat kondisi medis serta hubungan sosial pengidap dan keluarganya.
-
Melakukan evaluasi psikologis untuk mengetahui faktor risiko, pikiran, perasaan, serta perilaku yang terkait dengan pandangan negatif pasien terhadap dirinya.
Jadi, jika kamu kerap merasa cemas berlebihan terhadap kekurangan fisik, sampai mengganggu kehidupan sosialmu sehari-hari, jangan pernah ragu dan sungkan untuk mendiskusikannya dengan psikolog dan psikiater, ya. Untuk melakukan pemeriksaan, kini kamu bisa langsung buat janji dengan psikolog atau psikiater di rumah sakit melalui aplikasi Halodoc. Jadi, pastikan kamu sudah download aplikasinya di ponselmu, ya!
Baca juga: Gangguan Kecemasan dan Serangan Panik, Sama atau Beda?
Berbagai Pengobatan untuk Body Dysmorphic Disorder
Upaya penanganan body dysmorphic disorder dapat dilakukan dengan kombinasi antara terapi perilaku kognitif dengan pemberian obat-obatan. Berikut akan dijelaskan satu-persatu:
-
Terapi Perilaku Kognitif
Terapi ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pikiran, perasaan, serta perilaku. Dengan terapi ini, pengidap body dysmorphic disorder diharapkan dapat mengembangkan kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
Pada praktiknya, terapi ini akan berfokus pada:
-
Memperbaiki kepercayaan yang salah terhadap kelemahan atau kekurangan fisik.
-
Meminimalkan perilaku kompulsif (melakukan sebuah tindakan secara berulang-ulang).
-
Menumbuhkan sikap dan perilaku yang lebih baik mengenai citra diri dan penampilan fisik.
Terapi perilaku kognitif ini juga dapat dilakukan secara berkelompok. Khusus untuk kasus body dysmorphic disorder pada anak-anak dan remaja, terapi perilaku ini perlu melibatkan orangtua dan keluarga.
-
Pemberian Obat-Obatan
Meski hingga saat ini belum diketahui obat yang dapat mengatasi body dysmorphic disorder, obat antidepresan serotonin-specific reuptake inhibitor (SSRI) dapat diberikan guna mengurangi pikiran dan perilaku obsesif pada pengidap. Obat ini biasanya diresepkan dokter jika terapi perilaku belum bisa mengatasi gangguan yang dialami, atau jika gejala semakin parah.
Baca juga: Perlu Tahu, Ini Bedanya Serangan Panik dan Serangan Kecemasan
Obat SSRI bisa diberikan sebagai terapi tunggal atau digabungkan dengan obat lain dan terapi perilaku. Jika konsumsi obat SSRI ingin dihentikan, dosisnya harus dikurangi secara bertahap. Penghentian obat secara tiba-tiba dapat membuat gejala body dysmorphic disorder muncul kembali.
Obat lain yang bisa diberikan adalah obat antipsikotik, seperti olanzapine dan aripiprazole. Obat antipsikotik dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dikombinasikan dengan obat SSRI. Sementara pada kasus yang parah, pengidap biasanya perlu mendapat perawatan di rumah sakit. Misalnya jika tidak bisa melakukan kegiatan sehari-hari atau berpotensi membahayakan diri sendiri.
Referensi:
Mayo Clinic (Diakses pada 2019). Body dysmorphic disorder
NHS (Diakses pada 2019). Body dysmorphic disorder (BDD)
WebMD (Diakses pada 2019). Body Dysmorphic Disorder
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan