Beda Dialisis dan Transplantasi Ginjal pada Pengidap Gagal Ginjal Kronis

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   21 Maret 2019
Beda Dialisis dan Transplantasi Ginjal pada Pengidap Gagal Ginjal KronisBeda Dialisis dan Transplantasi Ginjal pada Pengidap Gagal Ginjal Kronis

Halodoc, Jakarta - Dari berbagai macam gangguan pada ginjal, gagal ginjal kronis merupakan masalah yang perlu diwaspadai. Gagal ginjal kronis merupakan penurunan fungsi ginjal di batas normal. Ginjal pengidap penyakit ini enggak bisa lagi menyaring kotoran, mengontrol air dalam tubuh, hingga mengatur kadar garam dan kalsium dalam darah. Alhasil, zat-zat metabolisme yang tak berguna akan menetap dan mengendap di dalam tubuh, sehingga membahayakan kondisi tubuh.

Untuk menangani gagal ginjal kronis sebenarnya bisa melalui berbagai cara. Tapi, untuk pengidap yang sudah berada pada stadium lima, penanganannya dengan mengganti tugas ginjal dalam tubuh. Caranya, bisa dengan dialisis atau transplantasi ginjal

Lalu, apa sih perbedaan dari dua hal tersebut?

Baca juga: Tanpa Cuci Darah, Apakah Gagal Ginjal Kronis Bisa Diobati?

Metode Dialisis

Dialisis merupakan penyaringan limbah dan cairan dalam tubuh dengan mesin atau memanfaatkan rongga perut. Dialisis dalam rongga perut dengan menggunakan cairan dialisis untuk menyerap cairan atau limbah yang berlebih. Metode ini juga disebut dengan continuous ambulatory peritoneal dialysis atau CAPD.

Sedangkan dialisis yang dilakukan dengan mesin, dikenal dengan hemodialisis atau terapi cuci darah. Pada dasarnya, tubuh kita secara alami didesain untuk mampu melakukan cuci darah secara alami. Tapi, ada kalanya karena masalah medis tertentu tubuh tak lagi bisa melakukannya proses tersebut. Karena itu, diperlukan bantuan alat medis untuk melakukannya.

Cuci darah merupakan prosedur yang dilakukan untuk membuang limbah berbahaya di dalam tubuh. Normalnya, proses ini dilakukan secara alami oleh ginjal.

Proses hemodialisis dimulai dengan membuat akses dari pembuluh darah melalui operasi. Tujuannya untuk mengeluarkan darah dari tubuh, kemudian dialirkan melalui tabung ke dalam dializer (ginjal buatan) untuk dibersihkan. Proses ini biasanya dilakukan sebanyak 3 kali seminggu dengan durasi cuci darah 3–5 jam per tindakan.

Meski bertujuan untuk menyelamatkan nyawa, namun cuci darah tidak lepas dari efek samping pengobatan. Beberapa komplikasi hemodialisis yang perlu diwaspadai adalah penurunan tekanan darah, anemia, kram otot, kesulitan tidur, gatal-gatal, peningkatan kadar kalium dalam darah, depresi, dan inflasi membran di sekitar jantung.

Baca juga: Ketahui Hemodialisis, Cuci Darah dengan Alat Bantu Mesin

Transplantasi Ginjal

Metode cangkok ginjal atau transplantasi ginjal merupakan langkah medis yang dipakai untuk menangani kondisi ginjal yang sudah tak berfungsi dengan baik. Lewat metode ini dokter akan melakukan pembedahan untuk mengganti ginjal yang telah rusak dengan ginjal sehat dari pendonor.

Salah satu cara mendapatkannya bisa melalui pendonor yang masih hidup. Pendonor ini biasanya dari keluarga atau teman, namun bisa juga dari orang lain yang ingin memberikan ginjalnya dan siap hidup dengan satu ginjal di tubuhnya.

Baca juga: Jangan Disepelekan, Inilah Penyebab Gagal Ginjal

Selain itu, ginjal juga bisa diperoleh dari orang yang baru saja meninggal yang telah mewariskan organ tubuhnya untuk kepentingan medis. Nah, kebanyakan kasus donor ginjal berasal dari mereka.

Setelah pengidap gagal ginjal kronis mendapatkan ginjal dari pendonor, mereka akan menjalani rangkaian tes medis. Tujuannya untuk memastikan ginjal tersebut cocok dengan golongan darah dan jaringan tubuh. Ini demi mencegah kemungkinan terjadinya penolakan tubuh terhadap ginjal tersebut.

Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Kamu bisa kok bertanya langsung ke dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!