Bagaimana Sindrom Kompartemen Bisa Terjadi?
Halodoc, Jakarta - Pernah atau sedang mengalami nyeri hebat dan rasa penuh ketika otot digerakan atau ditekan (pada bagian kaki, lengan, atau kaki)? Hmmm, kalau iya rasanya kamu pesti harap-harap cemas. Bisa saja kondisi ini menandai adanya sindrom kompartemen.
Sindrom ini merupakan kondisi serius yang terjadi ketika ada sejumlah tekanan besar di dalam kompartemen otot. Kompartemen otot ini merupakan kelompok jaringan otot, pembuluh darah, dan saraf di lengan dan kaki. Mereka dikelilingi oleh membran yang sangat kuat, sebutannya fascia.
Jangan main-main dengan sindrom kompartemen lho. Alasannya simpel, kondisi ini bisa memicu terjadinya iskemia dan nekrosis atau kematian jaringan.
Lantas, apa sih kondisi yang bisa menyebabkan terjadinya sindrom kompartemen?
Baca juga: Ini Tipe Sindrom Kompartemen yang Perlu Diketahui
Mulai dari Nyeri Hebat sampai Rasa Terbakar
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, tak ada salahnya untuk berkenalan terlebih dahulu dengan gejalanya. Seseorang yang mengidap sindrom kompartemen bisa mengalami beragam gejala. Namun, gejala yang dirasakan tiap individu bisa berbeda-beda yang bergantung dengan keparahan kondisi yang diidapnya. Nah, berikut ini gejala yang umumnya terjadi.
-
Nyeri hebat, khususnya saat otot digerakkan.
-
Warna kulit di sekitarnya terlihat pucat dan terasa dingin.
-
Kram otot saat berolahraga.
-
Otot bengkak.
-
Rasa penuh pada otot dan nyeri bila ditekan.
-
Kesemutan atau rasa seperti terbakar.
-
Otot terasa lemas dan mati rasa.
Mungkin terdapat beberapa gejala yang tidak disebutkan di atas. Oleh karena itu, segeralah temui dokter bila mengalami di atas. Tujuannya jelas untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan terhindari dari komplikasi. Kamu bisa kok bertanya langsung kepada dokter melalui aplikasi Halodoc.
Kembali ke judul utama, apa penyebab sindrom kompartemen?
Dari Cedera hingga Celana Ketat
Faktanya banyak kondisi yang bisa menyebabkan terjadinya sindrom kompartemen. Sebagian besar penyebabnya akibat cedera yang berkaitan dengan otot atau tulang. Contohnya, luka tembak, luka tusuk, perdarahan, patah tulang, komplikasi operasi pembuluh darah, perban yang dibebat terlampau ketat, hingga celana ketat atau benda lainnya yang menimbulkan tekanan kencang pada otot.
Andaikan ada terlalu banyak tekanan dari darah yang mengalir di kompartemen itu, bisa membuat vena yang tugasnya mengembalikan darah ke jantung jadi terblokir. Seram, kan? Dalam kebanyakan kasus, sindrom kompartemen ini menyerang bagian tangan, lengan, bokong, dan kaki.
Nah, sindrom kompartemen aku ini sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
-
Sindrom Kompartemen Akut
Sindrom kompartemen jenis ini umumnya terjadi setelah seseorang mengalami cedera berat. Pada kasus yang lebih jarang, kondisi ini juga dapat terjadi setelah cedera kecil. Sebagai contoh, seseorang dapat mengalami sindrom kompartemen akut setelah mengalami patah tulang, cedera yang merusak lengan atau tungkai, ataupun sebagai akibat dari kerusakan otot yang berat.
-
Sindrom Kompartemen Kronis (Eksersional)
Sindrom kompartemen jenis ini bisa terjadi akibat cedera olahraga, terutama yang melibatkan gerakan repetitif. Hal ini cukup sering terjadi pada mereka di kelompok usia bawah 40 tahun, tetapi sebetulnya dapat dialami pada usia berapa pun.
Baca juga: Kram Otot saat Olahraga, Awas Gejala Sindrom Kompartemen
Seseorang memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami sindrom kompartemen tipe ini jika ia sering melakukan aktivitas, seperti berenang, bermain tenis, ataupun berlari. Aktivitas yang intens dan kerap berulang juga dapat meningkatkan risiko. Kaitan antara olahraga dan sindrom kompartemen kronik belum dipahami secara pasti.
Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung kepada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!