Bagaimana Cara Mencegah Diare pada Bayi?
Halodoc, Jakarta - Diare adalah hal yang umum dan normal dialami pada bayi. Jika bayi sedang tahap eksplorasi makanan, maka sistem pencernaannya juga masih menyesuaikan diri terhadap jenis atau tekstur makanan. Namun, terlalu sering diare bisa menyebabkan bayi kekurangan cairan.
Bayi yang diare terlihat dari kotorannya yang terlihat encer dan biasanya dalam jumlah yang banyak. Warna kotoran berkisar kuning, hijau, atau cokelat tua. Jika bayi alami diare, ia akan menunjukkan sikap rewel dan gelisah, kemungkinan juga sulit makan atau menyusu. Lantas, bagaimana cara mencegah diare pada bayi?
Baca juga: Anak Diare Akibat MPASI, Ibu Harus Apa?
Cara Mencegah Diare pada Bayi
Ada berbagai tekstur, warna, dan bayi yang berbeda pada kotoran bayi. Hal ini berdasarkan apa yang ia makan (ASI, susu formula, atau makanan padat). Terkadang kotoran bayi lebih lunak dari biasanya. Jika tiba-tiba kotoran bayi lebih encer dan sering terjadi dengan jumlah besar, maka itu kemungkinan diarea.
Berikut ini tindakan pencegahan dan mengatasi diare pada bayi yang bisa dilakukan di rumah:
- Berikan ASI lebih sering dan lebih lama dari biasanya.
- Berikat obat Zinc yang tersedia di apotek, puskesmas, dan rumah sakit. Atau ibu juga bisa beli obat Zinc melalui aplikasi Halodoc, karena tidak perlu keluar rumah dan bisa dibeli kapan saja dan di mana saja. Obat ini diberikan sekali sehari selama 10 hari berturut-turut meskipun diare sudah mereda. Zinc bermanfaat untuk mengurangi keparahan diare dan mencegah diare berulang sampai 3 bulan ke depan.
- Jika bayi sudah MPASI, berikan sayuran, kuah sup, dan air mineral.
Baca juga: 6 Fakta Penting Diare pada Anak yang Mesti Ibu Tahu
- Berikan makanan sesuai umur:
- Bayi berusia 0-6 bulan: Berikan hanya ASI sesuai keinginan anak, paling sedikit 8 kali sehari. Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI.
- Bayi berusia 6-24 bulan: Teruskan pemberian ASI, mulai berikan makanan pendamping ASI (MPASI) yang teksturnya lembut seperti bubur, susu, dan pisang.
- Bayi 9-12 bulan: Teruskan pemberian ASI, berikan MPASi lebih padat dan kasar seperti nasi tim, bubur nasi, tambahkan lauk-pauk, sayuran, dan kacang-kacangan.
- Bayi umur 12-24 bulan: Teruskan pemberian ASI, berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai dengan kemampuan anak.
- Balita umur 2 tahun lebih: Berikan makanan keluarga 3 kali sehari, sebanyak ⅓ - ½ porsi makanan orang dewasa. Berikan juga makanan selingan bergizi dua kali sehari di antara waktu makan.
- Jika anak minum susu selain ASI: kurangi pemberian susu tersebut dan tingkatkan pemberian ASI. Ganti setengah bagian susu dengan bubur nasi dengan lauk. Jangan beri susu kental manis. Untuk makanan lainnya, ikuti anjuran pemberian makan sesuai dengan kelompok usia.
Baca juga: Agar Tak Panik, Cari Tahu Penyebab Diare pada Bayi
Dampak Diare yang Dialami Bayi
Diare membuat tubuh kehilangan terlalu banyak air dan mineral yang disebut elektrolit. Kondisi ini menyebabkan dehidrasi. Bayi bisa mengalami dehidrasi segera setelah diare, terutama dalam satu atau dua hari setelah diare terjadi. Kondisi ini tentu sangat berbahaya, terutama pada bayi baru lahir.
Sementara itu, dampak yang terjadi pada tubuh bayi saat mengalami diare, yaitu:
- Lebih jarang kencing.
- Rewel atau mudah tersinggung.
- Mulut terlihat kering.
- Tidak air mata saat anak menangis.
- Mengantuk atau lesu.
- Muncul bintik lunak yang cekung di atas kepala bayi.
- Kulit yang tidak elastis seperti biasanya.
- Demam 102 derajat atau lebih.
- Sakit perut.
- Darah atau nanah di kotoran, atau kotoran yang berwarna hitam, putih, atau merah.
- Muntah.
Perlu diketahui, diare adalah peristiwa umum terjadi pada bayi. Meskipun bayi yang diare membuat bayi tidak nyaman, namun kondisi dapat hilang dengan sendirinya. Sebagian besar penyebab diare pada bayi tidak memerlukan pengobatan. Hal terpenting, yaitu ayah dan ibu selalu menjaga bayi tetap nyaman dan terhidrasi.