Awas, Orangtua yang Otoriter Sebabkan Anak Jadi Pembohong
Halodoc, Jakarta - Tiap orangtua tentunya memiliki hak dan kuasa dalam menentukan pola asuh yang akan diterapkan pada anaknya. Setidaknya ada tiga pola asuh yang umumnya diterapkan, yaitu permisif, otoriter, atau autoritatif. Hal yang perlu diingat, pola asuh akan mempengaruhi kepribadian dan karakter anak di masa mendatang.
Namun, benarkah pola asuh otoriter bisa membuat anak tumbuh jadi pribadi yang suka berbohong? Penasaran? Yuk, simak ulasannya di bawah ini.
Baca juga: Jenis Pola Asuh Anak yang Perlu Dipertimbangkan Orangtua
Demi Menghindari Hukuman
Sudah tak asing kan dengan pola asuh otoriter? Menurut para ahli, pola asuh otoriter tidak memberikan ruang diskusi dengan anak. Di sini peraturan dibuat untuk mengontrol anak. Bahkan, dalam beberapa kasus, pola asuh otoriter melibatkan hukuman fisik untuk mengatur anak dengan alasan mendidik.
Dengan kata lain, orangtua cenderung untuk memberikan kontrol yang sangat kuat pada perilaku anak dan anak harus patuh mengikuti apa yang dikatakan orangtua. Kalau tidak, tentu ada hukuman yang menjadi ganjarannya.
Contoh kecilnya, ketika anak tidak menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) dan memilih bermain dengan teman-temannya. Orangtua yang menerapkan pola asuh otoriter umumnya akan memarahi anak, bukannya memberi tahu atau membantunya menyelesaikan PR.
Pola asuh asuh seperti ini memang membuat anak patuh pada peraturan. Namun, anak yang tumbuh dengan pola asuh ini sulit bersosialisasi, tidak percaya diri, bahkan sering berbohong untuk menghindari hukuman. Makanya, jangan heran bila Si Kecil jadi gemar berbohong bila dibesarkan dengan pola asuh otoriter.
Bukan Cuma Suka Berbohong
Pola asuh otoriter ini membuat anak cenderung berkonflik dengan pihak otoritas (orangtua). Tak cuma itu saja, pola asuh ini juga membuat anak jadi kurang memiliki motivasi internal untuk menentukan perilaku yang tepat, merasa takut dan pencemas, serta kurang terpenuhi rasa aman dan kasih sayang yang mendasar.
Di samping itu, hukuman fisik juga seringkali bersinggungan dengan hukuman fisik. Nah, hal inilah yang bisa memicu masalah. Menurut ahli, efek negatif dari hukuman fisik ini bisa berakibat buruk pada fisik dan mental anak. Bagi mental, bisa membuat anak berperilaku agresif, tak percaya diri, dan pemalu.
Baca juga: Pola Asuh yang Sesuai untuk Anak Remaja
Agresivitas ini akan terbentuk dari kemarahan atau perasaan negatif yang tertumpuk. Jadi, ketika anak sering mendapatkan hukuman fisik, maka mungkin saja ia menjadi marah dengan keadaan, lalu menyalurkannya dalam bentuk agresivitas pada orang lain.
Menurut studi dari University College London, anak yang sejak kecil selalu dikontrol kehidupannya, ternyata tidak bahagia dan memiliki kesehatan mental yang rendah. Bahkan, efek jangka panjangnya mirip dengan kondisi mental orang yang pernah ditinggal meninggal oleh seorang yang dekat dengannya.
Pola asuh otoriter memang sah-sah saja diterapkan. Kata ahli, pola asuh anak jenis ini mungkin tepat diterapkan pada anak yang memiliki masalah perilaku. Misalnya, berkaitan dengan aturan jam malam. Nah, di luar masalah jam malam, kamu bisa menerapkan pola asuh yang bernilai baik untuk anak alias mengombinasikan pola asuh.
Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung pada psikolog melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan ahlinya kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!