Autisme pada Anak, Ketahui Apa Saja Ciri-Ciri dan Penyebabnya
“Tanda autisme pada anak bisa ibu kenali sejak usianya 1 sampai 2 tahun. Ciri khasnya adalah kontak mata yang jarang terjadi dan tidak memberikan respons saat ibu memanggil namanya.”
Halodoc, Jakarta – Memang benar, terasa cukup sulit memahami sifat dan perilaku autisme pada anak. Kondisi ini merupakan kelainan tumbuh kembang anak yang memengaruhi sikap dan komunikasinya.
Anak-anak dengan autisme akan menunjukkan kesulitan dalam memahami ekspresi wajah dan emosi orang lain. Mereka juga menyiratkan kurangnya minat dalam membangun hubungan sosial.
Pertanyaannya, apa saja sih penyebab dan ciri-ciri anak dengan autisme?
Kenali Ciri Autisme pada Anak
Ciri autisme sangat bervariasi untuk setiap anak. Meski diagnosisnya serupa, gejala yang muncul pada setiap anak tidaklah sama.
Namun, orang tua dapat mengenali tanda melalui 3 karakteristik utama, yaitu:
1. Masalah komunikasi
Masalah komunikasi yang sering terjadi pada anak dengan kondisi autisme adalah mengalami kesulitan saat bicara, membaca, menulis, dan mengerti bahasa isyarat. Misalnya, melambai atau menunjuk.
Kondisi inilah yang membuat anak merasa kesulitan memulai komunikasi dan mengerti maksud perkataan dari orang lain. Tidak jarang, anak autis kerap mengulang satu kata atau ekolalia yang mirip dengan latah.
Selain itu, anak autis sering mengucapkan kata dengan nada khusus, karena sensitivitas sensorik yang berbeda. Ini menyebabkan cara berbicara yang unik dan terkadang terdengar seperti sedang bernyanyi.
2. Masalah perilaku
Anak dengan autisme mengalami masalah perilaku karena perbedaan dalam pengolahan informasi otak dan respons terhadap lingkungan. Gangguan dalam pemahaman sosial dan komunikasi menyebabkan munculnya:
- Menangis, tertawa, atau marah tanpa penyebab pasti.
- Mengonsumsi atau suka dengan jenis makanan tertentu saja.
- Melakukan gerakan atau tindakan tertentu secara berulang. Misalnya memutar tubuh atau mengayunkan tangan.
- Suka topik atau objek tertentu.
- Melakukan kegiatan yang bisa berbahaya untuk diri sendiri. Ini termasuk membenturkan kepala ke dinding atau menjambak rambut sendiri.
Meski begitu, tanda autisme pada anak sebenarnya tidak menunjukkan hal yang buruk. Beberapa anak justru mempunyai bakat pada bidang khusus, seperti bermusik dan kemampuan visual.
3. Masalah sosialisasi
Ciri lain autisme pada anak adalah kesulitan bersosialisasi dengan orang lain. Mereka lebih asyik dan terlarut dalam dunia mereka sendiri, sehingga mengalami kesulitan terkoneksi dengan orang sekitar.
Terkadang, anak autis menunjukkan kurangnya respons atau lebih sensitif pada perasaan sendiri maupun orang lain. Inilah sebabnya, anak autis tidak gampang bermain, berbagi mainan, atau berteman dengan sebayanya.
Selain itu, mereka juga lebih menunjukkan fokus dan ketertarikan terhadap satu bidang pelajaran saja ketika belajar. Hal ini berasal dari kepekaan sensorik tinggi yang mereka miliki.
Agar lebih tepat dalam menyalurkan bakatnya, ibu bisa menerapkan metode homeschooling untuk Si Kecil. Ketahui tips memilihnya di sini: Cara Memilih Homeschooling untuk Anak dengan Autisme
Penyebab Autisme pada Anak
Penyebab autisme belum sepenuhnya diketahui secara pasti. Sampai sekarang, para ahli kesehatan menduga autisme ada hubungannya dengan kerusakan pada area otak yang menggambarkan dan mengolah bahasa pada pengidap.
Meski begitu, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko seorang anak mengidap sindrom autisme, antara lain:
- Genetik. Beberapa anak mengidap autisme karena kelainan genetik. Ini termasuk terjadinya mutasi gen atau kondisi seperti sindrom Fragile X yang meningkatkan risiko autisme.
- Lingkungan. Beberapa studi menunjukkan ada kaitan antara autisme dengan paparan pestisida atau logam berat.
- Usia orang tua ketika hamil. Kehamilan yang terjadi saat usia orang tua, terutama ibu yang sudah tidak lagi muda bisa meningkatkan risiko anak mengalami autisme.
- Komplikasi kehamilan. Risiko ini juga menjadi lebih tinggi dengan ibu hamil yang mengidap obesitas dan penyakit gula. Selain itu, bayi yang lahir dengan membawa penyakit bawaan seperti rubella atau campak jerman.
Salah satu dampak autis adalah kondisi yang bernama savant syndrome.
Kenali lebih jauh di sini: Kenali Savant Syndrome, Gangguan Intelektual yang Dialami oleh Pengidap Autis
Bagaimana Jika Autisme Tidak Ditangani?
Jika seseorang dengan autisme tidak diobati, hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah sosial dan perilaku jangka panjang. Akibatnya, hal ini berpotensi menurunkan harapan hidup.
Masalah ini sudah bisa terdiagnosis saat usianya menginjak enam bulan dan usia balita.
Semakin dini terdeteksi, semakin baik rencana pengobatan yang dapat dibuat oleh psikolog dan dokter anak.
Sementara itu, jika anak mengidap Down Syndrome, Ini Dokter Spesialis Ini Bisa Bantu Perawatan Down Syndrome.
Sebagian besar dari rencana ini mencakup beberapa bentuk terapi. Misalnya, mengajari keterampilan bahasa dan komunikasi, cara berperilaku di depan umum, dan membantu mengendalikan emosinya.
Di lain waktu, kesalahan diagnosis dapat menyebabkan pengobatan yang buruk, sehingga tidak bisa membantu mengelola gejala pengidap. Di sini Si Kecil membutuhkan pemeriksaan tambahan berdasarkan tingkat keparahan autisme.
Jika mendapatkan penanganan dengan baik, Si Kecil bisa memiliki keahlian, salah satunya adalah bermain musik. Mengapa?
Cari tahu alasan lengkapnya di sini: Ini Alasan Pengidap Savant Syndrome Ahli dalam Seni dan Musik
Tanya dokter lewat aplikasi Halodoc untuk memudahkan ibu mendapatkan diagnosis yang lebih akurat. Dokter dapat merujuk ibu untuk menemui dokter spesialis anak untuk memantau perkembangan penyakit.
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2023. Autism Spectrum Disorder.
WebMD. Diakses pada 2023. What is Autism.
Cross River Therapy. Diakses pada 2023. What Happens If Autism Is Not Treated?
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan