Apakah Kehamilan Ektopik Bisa Dicegah?
Halodoc, Jakarta - Istilah kehamilan ektopik merujuk pada kondisi saat ibu hamil mengandung janin di luar kandungan. Kondisi ini terjadi saat embrio tidak menempel pada dinding rahim. Pada kebanyakan kasus, embrio menempel di tuba falopi, sehingga janin tidak akan bisa tumbuh dan berkembang dengan sempurna. Jika dibiarkan tanpa tindakan, kondisi ini akan membahayakan nyawa ibu hamil. Lantas, bagaimana cara mencegah kehamilan ektopik? Lakukan sejumlah langkah berikut:
Baca juga: Benarkah Bedah Laparoskopi Bisa Atasi Kehamilan Ektopik?
1.Melakukan Hubungan Seksual Secara Aman
Langkah pertama dalam mencegah kehamilan ektopik adalah dengan melakukan hubungan secara aman guna mencegah terjadinya infeksi menular seksual. Penyakit menular seksual, seperti gonore atau chlamydia menjadi salah satu faktor risiko terjadi kehamilan ektopik. Setia pada satu pasangan akan mencegah kamu terpapar virus dari orang lain. Jangan lupa untuk menggunakan kondom saat melakukan hubungan intim, ya!
2.Segera Berobat saat Terkena Infeksi
Jika kamu mengalami infeksi akibat melakukan hubungan seksual sembarangan, segera lakukan langkah penanganan. Lebih cepat infeksi diatasi, hal tersebut dapat menurunkan risiko terjadinya kerusakan reproduksi. Dengan demikian, risiko mengalami kehamilan di luar rahim menjadi lebih rendah. Seorang pengidap infeksi menular akan ditandai dengan sejumlah gejala, seperti sakit saat buang air kecil, serta sakit saat berhubungan seksual.
Beberapa penyakit bisa saja tidak ditandai dengan gejala apapun. Jika kamu adalah orang yang aktif secara seksual dan sering berganti pasangan, segera lakukan pemeriksaan di rumah sakit terdekat guna menurunkan risiko terjadinya kehamilan ektopik.
Baca juga: Adakah Cara Efektif untuk Mencegah Kehamilan Ektopik?
3.Berhenti Merokok
Tahukah kamu jika merokok dapat meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik? Jika kamu adalah pasangan yang baru menikah, berhenti merokok adalah salah satu langkah terbaik saat sedang merencanakan kehamilan. Jika tidak dilakukan, maka risiko mengalami kehamilan di luar rahim akan semakin tinggi. Jika terlalu sulit untuk menghentikannya langsung, setidaknya kurangi secara perlahan.
4.Pahami Faktor Risikonya
Langkah selanjutnya dalam mencegah kehamilan ektopik adalah dengan memahami berbagai hal yang menjadi faktor risikonya. Jika kamu memiliki sejumlah faktor berikut, maka risiko mengalami kehamilan ektopik akan semakin tinggi. Berikut ini sejumlah faktor risiko yang perlu diperhatikan:
- Wanita yang pernah mengalami kehamilan kehamilan di luar rahim.
- Wanita yang hamil meski sudah memakai alat kontrasepsi IUD.
- Wanita yang memiliki struktur tuba falopi yang tidak normal.
- Wanita yang mengalami masalah kesuburan.
- Wanita yang perlu menjalankan perawatan saat ingin mendapatkan kehamilan.
Baca juga: Tips Promil setelah Mengalami Kehamilan Ektopik
Jika diketahui memiliki gejala kehamilan ektopik, segera diskusikan dengan dokter di aplikasi Halodoc untuk mengetahui langkah selanjutnya yang harus dilakukan. Penanganan diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang membahayakan di kemudian hari. Berikut ini beberapa gejala yang perlu diwaspadai:
- Telat menstruasi, disertai dengan sakit punggung bagian bawah, dan panggul.
- Mengalami kram perut, disertai dengan perdarahan vagina tidak normal.
- Sakit perut parah, sakit bahu, tekanan darah rendah, pingsan, serta tekanan di rektum.
Umumnya, gejala kehamilan ektopik sama dengan kehamilan biasa. Kehamilan ini bisa terdeteksi dengan menggunakan tespek. Pada kehamilan ektopik dalam kasus yang parah, janin yang pecah dapat ditandai dengan sejumlah gejala, seperti sakit perut parah, sakit bahu, tekanan darah rendah, pingsan, serta tekanan di rektum.
Referensi:
NHS UK. Diakses pada 2020. Ectopic pregnancy.
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Ectopic pregnancy.
Healthline Parenthood. Diakses pada 2020. Ectopic Pregnancy.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan