Apakah Cek Antibodi Diperlukan setelah Mendapatkan Vaksin COVID-19?
Halodoc, Jakarta – Vaksin COVID-19 diberikan untuk membantu menurunkan risiko infeksi virus corona, yaitu dengan merangsang produksi antibodi yang bertugas melindungi tubuh. Antibodi merupakan zat kimia yang termasuk dalam sistem imunitas atau kekebalan tubuh dan beredar di aliran darah. Fungsi penting antibodi adalah melindungi tubuh dari serangan antigen seperti virus, bakteri, dan zat asing yang bisa menjadi penyebab penyakit.
Cek antibodi digunakan untuk mengetahui kadar antibodi yang ada di dalam tubuh, termasuk yang didapatkan dari vaksinasi. Lantas, apakah cek antibodi perlu dilakukan setelah mendapatkan vaksin COVID-19? Mungkin tes ini dibutuhkan, tetapi perlu untuk mengetahui kapan tepatnya cek antibodi harus dilakukan untuk mendapat hasil yang akurat.
Baca juga: Sebelum Tes COVID-19, Ketahui Urutan Tes Paling Akurat
Mengenal Manfaat Cek Antibodi
Jika dirasa perlu, cek antibodi boleh saja dilakukan setelah mendapat vaksin corona. Namun, bukan berarti tes ini harus segera dilakukan setelah vaksinasi. Pada dasarnya, antibodi di dalam tubuh akan terbentuk setidaknya satu bulan setelah pemberian vaksin. Nah, tes antibodi yang dilakukan sebelum waktu tersebut akan sia-sia, sebab hasil pemeriksaan tidak akan menunjukkan kadar antibodi yang akurat.
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimal, tes antibodi disarankan dimulai minimal 14 hari setelah mendapatkan dosis kedua vaksin COVID-19. Perlu disadari, jenis tes ini hanya dilakukan untuk membantu mengetahui kadar antibodi yang ada di dalam tubuh, bukan menilai apakah vaksin yang diberikan bekerja dengan baik atau tidak.
Nyatanya, ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi respons tubuh terhadap vaksin yang diberikan. Dengan kata lain, efek vaksin pada satu orang dengan yang lainnya bisa saja berbeda. Antibodi yang terdeteksi melalui tes juga bisa saja muncul karena riwayat infeksi virus sebelumnya. Maka dari itu, cobalah untuk berbicara terlebih dahulu pada dokter sebelum memutuskan untuk melakukan tes.
Baca juga: Swab Antigen Bisa Gantikan Rapid Test Antibodi
Antibodi yang terbentuk pada kasus COVID-19 adalah antibodi IgG, yaitu jenis antibodi yang muncul saat antigen seperti virus atau kuman tertentu masuk ke dalam tubuh. Saat hal itu terjadi, sel-sel darah putih akan “mengingat antigen” tersebut dan mulai membentuk antibodi IgE untuk melawan paparannya. Ada sejumlah tes antibodi yang bisa dilakukan, salah satunya IgG SRBD/SARS COV-2 Quantitative Test.
Bagaimana Cara Membaca Tes Antibodi?
Pada dasarnya, hasil tes antibodi bisa menunjukkan hasil positif maupun negatif, tergantung pada ada atau tidaknya antibodi yang terdeteksi. Selain itu, ada juga kemungkinan tes antibodi COVID-19 menyebabkan hasil tes positif palsu atau negatif palsu. Berikut penjelasannya:
- Hasil Positif Palsu
Cek antibodi bisa menunjukkan hasil positif atau ada antibodi yang terdeteksi. Namun, sebenarnya tubuh tidak memiliki antibodi atau belum pernah terinfeksi virus sama sekali sebelumnya. Sayangnya, hal ini bisa memberikan rasa aman palsu terkait perlindungan dari virus corona.
- Hasil Negatif Palsu
Hasil negatif palsu berarti cek antibodi tidak bisa mendeteksi adanya antibodi yang terbentuk. Namun, sebenarnya tubuh memiliki antibodi yang cukup untuk melindungi dari penyebab penyakit. Hal ini bisa saja terjadi karena tes antibodi dilakukan terlalu cepat, sehingga antibodi belum terbentuk sempurna dan belum terdeteksi.
Baca juga: Ketahui Hubungan Antigen dan Antibodi untuk Deteksi Virus
Boleh saja jika kamu merasa perlu melakukan cek antibodi IgG SRBD/SARS COV-2 Quantitative Test setelah mendapat vaksin. Cek antibodi bisa dilakukan untuk memantau dan mengetahui kadar antibodi yang dimiliki tubuh. Biar lebih mudah, pakai aplikasi Halodoc untuk mencari tahu rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang menunjang pemeriksaan ini. Download aplikasinya sekarang!