Apakah Bahaya Si Kecil Punya Teman Khayalan?
Halodoc, Jakarta - Saat anak bermain sendiri di rumah dengan mainannya, orangtua mungkin mendapati anak tengah berbicara dengan boneka atau robot milik anak. Hal ini memang cukup wajar, namun bagi anak yang terlampau kreatif, ia bahkan bisa saja memiliki teman khayalan.
Anak yang memiliki teman khayalan biasanya merupakan anak sulung atau anak semata wayang. Namun, ini bukan berarti teman khayalan hanya dimiliki oleh anak yang kesepian, pasalnya anak-anak yang memiliki teman khayalan cukup kreatif dan memiliki lingkungan sosial yang baik.
Lantas, apakah memiliki teman khayalan berbahaya untuk Si Kecil? Dan apakah anak yang memiliki teman khayalan kelak akan mengalami gangguan psikologis? Mari simak ulasannya berikut!
Baca juga: Anak Punya Teman Khayalan, Pertanda Skizofrenia?
Bukan Pertanda Anak Bermasalah
Teman khayalan bukan pertanda bahwa seorang anak bermasalah. Sebuah penelitian terhadap orang-orang yang sangat berprestasi dan kreatif yang menyabet penghargaan "genius" dari MacArthur Foundation bahkan menemukan, lebih dari seperempat penerima penghargaan ini memiliki teman khayalan sewaktu mereka kecil.
Teman khayalan bisa menjadi alat yang digunakan anak-anak untuk mengatasi masalah mereka. Anak-anak yang pernah mengalami trauma, misalnya, dapat mengandalkan teman khayalan untuk membantu mereka melewati masa-masa sulit.
Beberapa orangtua mungkin khawatir saat anak memiliki teman khayalan berarti ia benar-benar tak memiliki teman sejati atau kesepian. Namun, perlu ditekankan bahwa memiliki teman khayalan tidak berarti anak punya masalah sosial atau memiliki keterampilan sosial yang buruk. Teman khayalan bahkan bisa berfungsi sebagai cara yang aman untuk melatih keterampilan persahabatan, seperti menyelesaikan konflik dan berbagi.
Saat anak berbicara dengan teman imajiner, maka mampu meningkatkan keterampilan komunikasi anak. Terlibat dalam dialog dengan teman imajiner akan membuat anak harus bisa mengambil perspektif teman imajiner. Akibatnya, penelitian menunjukkan anak-anak dengan teman khayalan mungkin lebih baik dalam memahami perspektif pendengar atau pengamat.
Baca juga: Kenali Disleksia, Penyebab Gangguan Belajar pada Anak
Lantas, Bagaimana Orangtua Harus Bersikap?
Saat orangtua menyadari bahwa Si Kecil memiliki teman khayalan, jangan menantang keberadaan teman khayalan. Sebaliknya, biarkan anak-anak untuk bermain bersama. Meskipun pada awalnya anak akan bersikeras bahwa teman khayalannya nyata , akan tetapi sebagian besar anak akan tahu perbedaannya dan akan mengakuinya jika ditekan.
Selain itu, bukan berarti orangtua perlu melayani teman imajiner anak dengan memberikan semangkuk camilan sendiri. Orangtua bisa mencoba meminta anak berbagai makanan mereka. Penting juga bagi orangtua untuk tidak membiarkan teman khayalan anak bertanggung jawab atas kesalahan perilaku mereka.
Jika anak memiliki teman khayalan, nikmatilah. Biarkan dirimu terpesona oleh kreativitas anak dan kaget betapa dia bisa begitu berwawasan. Lagipula teman khayalan umumnya tidak akan ada lama. Ketika anak-anak bertransisi keluar dari masa kanak-kanak, teman khayalan biasanya memudar, menjadi kurang penting, atau bahkan dilupakan. Ia mungkin mengembangkan kreativitas mereka dalam bentuk yang berbeda.
Pada kesempatan langka ketika anak berjuang untuk memisahkan kenyataan dari fantasi, maka penting untuk segera menemui dokter anak. Terlebih jika anak tidak dapat memahami bahwa temannya benar-benar tidak ada. Kamu bisa buat janji dengan dokter di Halodoc untuk melakukan pemeriksaan di rumah sakit terdekat.
Baca juga: Anak Muda Rentan Alami Gangguan Kesehatan Mental
Namun, ketahuilah bahwa psikosis pada anak jarang terjadi. Teman imajiner di masa kecil juga bukan merupakan prediktor psikosis di kemudian hari. Anak-anak dengan teman khayalan tidak memiliki kemungkinan untuk mengembangkan gejala disosiatif di masa dewasa.