Apa yang Terjadi pada Bayi yang Mengalami Hidrosefalus?
“Bayi dengan hidrosefalus kongenital--yang terjadi karena kelainan bawaan yang disebabkan oleh sifilis, toksoplasma atau rubella—lebih mungkin mengalami kerusakan otak permanen, yang dapat mengakibatkan komplikasi jangka panjang. Sejauh ini, tidak ada pencegahan untuk hidrosefalus. Hal yang bisa dilakukan adalah mencegah pemicunya.”
Halodoc, Jakarta – Menjaga kesehatan selama hamil adalah hal yang penting untuk dilakukan. Salah satu jenis penyakit yang cukup dikhawatirkan terjadi oleh ibu hamil adalah sifilis, toksoplasma, dan rubella. Pasalnya, infeksi ini bisa mengakibatkan komplikasi berupa radang otak pada bayi. Radang otak pada bayi bisa memicu hidrosefalus akibat penumpukan cairan yang berlebihan di dalam otak bayi.
Pada kondisi normal, cairan otak dibutuhkan untuk yang mengisi ruangan-ruangan (ventrikel) di dalam otak dalam jumlah tertentu. Namun, pada hidrosefalus, jumlah cairan otak tersebut berlebihan, sehingga menimbulkan penekanan sel-sel otak dan gangguan saraf. Yuk, pahami lebih jauh mengenai hidrosefalus di sini!
Faktor Risiko Hidrosefalus pada Bayi
Hidrosefalus bisa terjadi saat bayi baru saja lahir atau saat bayi sudah tumbuh lebih besar. Pada bayi yang baru lahir, faktor yang meningkatkan risiko tersebut, antara lain:
Baca juga: Terserang Hidrosefalus, Bisakah Disembuhkan?
1. Adanya perkembangan yang tidak normal pada sistem saraf pusat, sehingga menghalangi aliran cairan serebrospinal.
2. Munculnya perdarahan di ventrikel otak, sehingga memicu kemungkinan bayi lahir prematur. 3. Saat hamil, ibu mengalami infeksi pada rahim, yang kemudian memicu peradangan di jaringan otak janin.
Sementara itu, jika hidrosefalus terjadi setelah anak tumbuh besar, faktor risikonya antara lain:
1. Adanya tumor di otak atau sumsum tulang belakang anak.
2. Terjadinya infeksi yang menyerang otak atau sumsum tulang belakang.
3. Mengalami perdarahan di pembuluh darah otak.
4. Menjalani operasi di area kepala.
Tingkat keparahan hidrosefalus tergantung pada beberapa faktor, termasuk kapan berkembang dan bagaimana perkembangannya. Jika kondisinya sudah lanjut saat bayi lahir, kemungkinan besar akan terjadi kerusakan otak dan cacat fisik. Jika kasusnya tidak begitu parah dan pengobatannya tepat dan cepat, kemungkinan untuk sembuh lebih besar.
Baca juga: Anak Alami Hidrosefalus, Apakah Berbahaya?
Bayi dengan hidrosefalus kongenital--yang terjadi karena kelainan bawaan yang disebabkan oleh sifilis, toksoplasma atau rubella—lebih mungkin mengalami beberapa kerusakan otak permanen, yang dapat mengakibatkan komplikasi jangka panjang. Cacat otak pada bayi yang mengalami hidrosefalus kongenital bisa memicu kondisi sebagai berikut pada anak:
1. Rentang perhatian terbatas
2. Autisme
3. Kesulitan belajar
4. Masalah koordinasi fisik
5. Masalah dengan memori
6. Masalah bicara
7. Masalah penglihatan
Pengobatan Hidrosefalus pada Bayi
Hidrosefalus dapat ditangani melalui tindakan operasi. Tindakan ini bertujuan untuk mengembalikan dan menjaga kadar cairan di dalam otak. Terdapat dua metode operasi yang bisa dilakukan, antara lain:
Baca juga: Prosedur Operasi untuk Mengobati Hidrosefalus
1. Pemasangan Shunt
Shunt adalah selang khusus yang akan dipasang di dalam kepala bayi guna mengalirkan cairan otak ke bagian lain di tubuh. Sehingga cairan mudah terserap ke dalam aliran darah. Umumnya bagian tubuh yang dipilih untuk mengalirkan cairan otak adalah rongga perut. Beberapa pengidap hidrosefalus memerlukan shunt untuk seumur hidupnya sehingga pemeriksaan rutin wajib dilakukan.
2. Endoscopic third ventriculostomy (ETV)
ETV dilakukan dengan membuat lubang baru di dalam rongga otak, sehingga cairan di dalam otak bisa mengalir ke luar. Prosedur ini sering diterapkan pada hidrosefalus terjadi akibat penyumbatan di dalam rongga otak.
Hidrosefalus sering kali tidak dapat dicegah. Mencegah kondisi mendasar yang menyebabkan hidrosefalus bisa menjadi bentuk pencegahan yang paling efektif. Informasi selengkapnya mengenai penanganan hidrosefalus bisa ditanyakan langsung ke Halodoc.