Anosmia, Benarkah Penyakit Ini Bersifat Genetik?
Halodoc, Jakarta – Anosmia merupakan kondisi di mana seseorang kehilangan fungsi penciuman. Dengan kata lain, orang dengan kondisi ini kehilangan atau tidak memiliki kemampuan untuk mencium bau-bauan. Umumnya, kondisi ini hanya berlangsung sementara dan terjadi akibat penyakit flu. Namun, anosmia ternyata juga bisa berlangsung dalam waktu lama, bahkan terjadi karena kelainan genetik.
Secara umum, anosmia terjadi karena adanya penumpukan molekul kimia yang menyebabkan fungsi penciuman terhalang. Anosmia juga bisa diakibatkan oleh gangguan saraf dari hidung menuju otak. Pada kasus yang langka, anosmia bisa terjadi karena kelainan genetik yang disebut dengan anosmia bawaan alias congenital anosmia. Anosmia bawaan diduga berkaitan dengan penyakit Kallmann's syndrome.
Baca juga: Tidak Dapat Mencium Bau, Ini Gejala dari Anosmia
Mengenal Anosmia Secara Umum
Anosmia bisa terjadi akibat kelainan genetik, tetapi kondisi itu sangat jarang terjadi. Kebanyakan kasus anosmia bersifat sementara dan terjadi akibat gangguan kesehatan lain, misalnya flu. Saat seseorang mengalami flu, risiko hilangnya kemampuan penciuman akan lebih tinggi. Namun biasanya, hal tersebut hanya bersifat sementara dan penciuman akan kembali setelah flu sembuh.
Namun, ada beberapa kondisi lain yang bisa membuat penyakit ini bertahan dalam jangka panjang, bahkan menetap. Risiko anosmia menjadi lebih besar pada orang yang sudah lanjut usia alias lansia. Anosmia yang bertahan dalam waktu panjang bisa menjadi tanda penyakit tertentu dan harus mendapat penanganan medis segera.
Selain faktor penuaan, anosmia juga bisa terjadi karena ada masalah pada dinding dalam hidung, iritasi atau penumpukan lendir, penyumbatan pada rongga hidung, polip hidung, hingga kerusakan pada saraf penciuman. Kerusakan pada saraf penciuman bisa disebabkan oleh hal, di antaranya penuaan, tumor otak, penyakit alzheimer, cedera kepala, diabetes, aneurisma otak, penyakit parkinson, hingga radioterapi.
Baca juga: Kisah Cinta Tak Indah Karena Anosmia, Bisakah?
Anosmia yang terjadi karena gangguan saraf harus ditangani segera dan tidak boleh diabaikan begitu saja. Anosmia yang terjadi mendadak tanpa diketahui penyebabnya juga harus diwaspadai. Semakin cepat penanganan yang dilakukan, maka akan semakin kecil risiko penyakit ini berkembang menjadi lebih buruk.
Pengobatan untuk anosmia tergantung pada penyebabnya. Jika anosmia muncul berbarengan dengan penyakit tertentu, misalnya flu, maka penciuman akan kembali normal saat penyakit tersebut disembuhkan. Sebaliknya, anosmia yang terjadi karena cacat lahir biasanya tidak bisa disembuhkan dan akan terjadi secara permanen.
Maka dari itu, perlu dilakukan pemeriksaan untuk mendiagnosis anosmia dan mengetahui apa penyebabnya. Hal itu akan membuat pengobatan menjadi lebih mudah dan efektif. Untuk mendiagnosis penyakit ini, dokter akan terlebih dahulu memeriksa riwayat kesehatan dan kondisi fisik pasien. Pemeriksaan riwayat juga meliputi pertanyaan apakah pernah mengalami cedera kepala atau tidak.
Sementara pada pemeriksaan fisik, dokter akan berfokus pada bagian hidung. Tujuannya untuk mengetahui ada atau tidak pembengkakan, peradangan, nanah, atau polip. Pemeriksaan fisik juga bertujuan untuk mengecek kemungkinan ada halangan pada hidung yang bisa memicu anosmia.
Pemeriksaan pada saraf dan otak mungkin juga akan dilakukan. Maka dari itu, kamu mungkin akan disarankan untuk menjalani prosedur MRI dan CT scan jika diduga mengalami anosmia.
Baca juga: Inilah yang Terjadi saat Indra Penciuman Hilang
Cari tahu lebih lanjut seputar anosmia dan apa saja penyebabnya dengan bertanya pada dokter di aplikasi Halodoc. Dokter bisa dihubungi melalui Video/Voice Call dan Chat kapan dan di mana saja. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!