Anak-Anak Berisiko Rendah Alami COVID-19 yang Parah

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   12 Juli 2021
Anak-Anak Berisiko Rendah Alami COVID-19 yang ParahAnak-Anak Berisiko Rendah Alami COVID-19 yang Parah

“COVID-19 gelombang kedua mulai gencar menyerang anak-anak. Hal ini membuat para orangtua khawatir karena anak-anak yang memiliki daya tahan tubuh yang belum kuat. Namun, penelitian terbaru di Inggris menemukan bahwa risiko anak-anak dan remaja mengalami sakit parah dan meninggal akibat COVID-19 sangat rendah. Meski begitu, para peneliti menyarankan agar anak-anak mendapatkan vaksinasi COVID-19.”

Halodoc, Jakarta – Pada gelombang kedua COVID-19 ini, diketahui semakin banyak anak yang terinfeksi COVID-19. Anak-anak menjadi salah satu kelompok yang paling dikhawatirkan berisiko mengalami dampak yang parah akibat COVID-19. Itulah mengapa pemerintah Indonesia akhirnya memutuskan untuk memberikan izin vaksinasi untuk anak mulai dari usia 12-17 tahun.

Namun, menurut analisis baru dari data infeksi COVID-19, risiko mengalami sakit parah atau meninggal akibat COVID-19 sangat rendah pada anak-anak dan remaja. Para peneliti mengungkapkan bahwa anak-anak memang berisiko tinggi mengalami sakit parah akibat COVID-19, terutama mereka yang mengidap penyakit kronis dan cacat saraf, namun risikonya secara keseluruhan tetap rendah. Berikut ulasannya.

Baca juga: Perlu Tahu, Ini 4 Fakta Virus Corona pada Anak dan Balita

Risiko Dampak Parah Akibat COVID-19 pada Anak, Rendah

Penemuan mengenai risiko keparahan akibat COVID-19 yang rendah pada anak-anak berasal dari tiga studi yang dipimpin oleh para peneliti di University College London, University of Bristol, University of York dan University of Liverpool. Para peneliti tersebut mengklaim bahwa studi mereka tentang anak-anak adalah yang paling komprehensif di dunia.

Mereka memeriksa data kesehatan masyarakat Inggris dan menemukan bahwa sebagian besar anak-anak yang meninggal karena COVID-19 memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya, yaitu:

  • Sekitar 15 anak memiliki kondisi yang mendasarinya, di mana 13 di antaranya hidup dengan disabilitas saraf yang kompleks.
  • Enam tidak memiliki kondisi mendasar yang tercatat dalam lima tahun terakhir. Meski begitu, peneliti menyatakan adanya kemungkinan beberapa penyakit mungkin terlewatkan.
  • Lebih lanjut, 36 anak terkonfirmasi positif COVID-19 pada saat kematian mereka, tapi analisis menunjukkan bahwa mereka meninggal karena penyebab lain.
  • Meskipun risiko secara keseluruhan rendah, anak-anak dan orang muda yang meninggal akibat COVID-19 cenderung berusia di atas 10 tahun dan berasal dari etnis kulit hitam dan Asia.

Sementara itu, sebuah studi terkait yang dipublikasikan di server Research Square dan melihat data Inggris menemukan ada 25 anak dan remaja yang meninggal akibat COVID-19. Para peneliti memperkirakan bahwa 25 kematian dalam populasi sekitar 12 juta anak di Inggris ini memberikan angka kematian secara keseluruhan 2 per juta anak.

Baca juga: Orangtua Jangan Lengah, Waspadai Gejala Virus Corona pada Anak

Faktor yang Meningkatkan Risiko Anak Alami Dampak Parah

Dr Joseph Ward, penulis utama studi pertama, dari UCL Great Ormond Street Institute of Child Health mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang terkait dengan risiko COVID-19 para yang lebih tinggi tampaknya konsisten secara luas, baik pada anak-anak dan orang dewasa.

Studi menemukan bahwa risiko untuk masuk ke perawatan intensif akibat COVID-19 lebih tinggi di kalangan anak muda etnis kulit hitam dibandingkan dengan kulit putih, serta di antara orang muda yang memiliki kondisi kesehatan, seperti diabetes, asma, dan penyakit kardiovaskular. Orang-orang muda yang mengidap lebih dari 1 kondisi memiliki risiko paling tinggi untuk mengalami keparahan akibat COVID-19.

Dr Clare Smith, penulis utama studi kedua mengungkapkan bahwa mereka menemukan hanya 40 persen anak-anak dan remaja yang terkonfirmasi positif COVID-19 pada saat kematian, yang benar-benar meninggal karena COVID-19.

Hal ini menekankan bahwa risiko kematian akibat COVID-19 pada anak lebih rendah dari angka sederhana yang ditunjukkan. Dr Smith lebih lanjut mengungkapkan bahwa anak-anak dan remaja dengan disabilitas saraf kompleks yang memiliki risiko kematian paling tinggi.

Sementara itu, menurut penulis utama studi ketiga, Dr Rachel Harwood dari University of Liverpool, obesitas yang diketahui bisa meningkatkan risiko orang dewasa mengalami penyakit COVID-19 yang parah, ternyata juga berlaku pada anak-anak dan remaja.

Profesor Russel Viner, penulis senior pada dua studi menyatakan studi baru ini menunjukkan bahwa risiko penyakit parah atau kematian akibat SARS-CoV-2 pada anak-anak dan remaja sangat rendah. Orang-orang muda yang berisiko tinggi adalah mereka yang memiliki berbagai kondisi kesehatan dan cacat kompleks.

Namun, Dr Viner mengatakan bila ada vaksin yang memadai, penelitian mereka tetap menyarankan agar kelompok anak-anak tertentu yang berisiko untuk menerima vaksin COVID-19.

Baca juga: IDI Sarankan Vaksinasi Covid-19 untuk Anak-Anak

Itulah penjelasan mengenai studi baru yang mengungkapkan risiko anak-anak dan remaja mengalami sakit parah dan kematian akibat COVID-19 sangat rendah. Bila anak ibu mengalami gejala kesehatan tertentu yang mengkhawatirkan, sebaiknya segera bawa ia ke dokter untuk diperiksa.

Sekarang, ibu bisa membawa anak berobat ke dokter dengan buat janji di rumah sakit pilihan ibu melalui aplikasi Halodoc. Yuk, download aplikasinya sekarang juga di App Store dan Google Play.

Referensi:
BBC. Diakses pada 2021. Covid: Children’s extremely low risk confirmed by study.
Nursing Times. Diakses pada 2021. UK studies find ‘very low’ risk of severe Covid-19 illness in children