Adakah Efek Samping Pemeriksaan EEG dan Brain Mapping
Halodoc, Jakarta - EEG, atau yang lebih dikenal dengan electroencephalography merupakan prosedur pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan cakram logam kecil bernama elektroda yang diletakkan pada kulit kepala guna mendeteksi aktivitas listrik dalam otak. Ketika pemeriksaan EEG dilakukan, alat akan menampilkannya aktivitas sel-sel otak dengan garis bergelombang pada layar.
Nah, apa yang dimaksud dengan brain mapping? Brain mapping merupakan analisis pemetaan otak yang bisa juga disebut dengan EEG kuantitatif atau qEEG. Baik EEG dan brain mapping dilakukan guna mengevaluasi fungsi otak seseorang yang dilakukan oleh para ahli.
Baca juga: Ini Prosedur Melakukan Pemeriksaan Electroencephalography
Adakah Efek Samping Pemeriksaan EEG dan Brain Mapping?
Pemeriksaan EEG dan brain mapping merupakan pemeriksaan yang sangat aman untuk dilakukan. Kedua pemeriksaan tersebut nyaman dilakukan, karena tidak menimbulkan rasa nyeri. Meskipun alat yang digunakan terlihat menyeramkan, kedua prosedur pemeriksaan tersebut tidak melibatkan aliran listrik apapun yang dimasukan ke dalam otak.
Biasanya, orang baru menjalani pemeriksaan EEG dan brain mapping akan merasakan keluhan ringan, seperti kesemutan di bibir, pusing, atau warna kemerahan pada bagian yang ditempeli oleh alat. Namun, keluhan-keluhan yang dialami akan menghilang dengan sendirinya. Namun, pada kasus yang sangat jarang terjadi, pemeriksaan EEG dapat memicu terjadinya kejang.
Untuk lebih jelasnya, kamu bisa menanyakan langsung dengan dokter ahli pada aplikasi Halodoc. Tanyakan dengan jelas bagaimana prosedur dilakukan, serta apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebelum dan sesudahnya untuk meminimalisir terjadinya kesalahan dan komplikasi yang bisa saja terjadi.
Hal yang Harus Diketahui Sebelum Melakukan EEG dan Brain Mapping
EEG dilakukan dengan menggunakan alat yang diletakkan pada kulit kepala dan menyerupai penutup kepala yang akan menangkap impuls listrik di otak. Pemeriksaan ini membutuhkan waktu sekitar 15 menit, dan akan menghasilkan pola gelombang otak dari berbagai bagian.
Pemeriksaan EEG akan menghasilkan data yang akan diubah menjadi brain mapping secara visual. Dengan begitu, area kepala yang mengalami gangguan akan diketahui. Format dari hasil laporan akan menampilkan gambaran yang jelas dan ringkas, sehingga dapat dengan mudah dipahami.
Baca juga: 8 Penyakit yang Bisa Didiagnosis Lewat Pemeriksaan EEG
Tujuan Pelaksanaan EEG dan Brain Mapping
Brain mapping merupakan pencitraan yang dilakukan pada saraf otak yang digunakan untuk memantau dan menilai kesehatan otak secara keseluruhan. Selain itu, EEG dan brain mapping juga dapat dilakukan untuk mengetahui potensi dan kerja otak.
Otak memang menjadi salah satu bagian tubuh yang cukup penting dan dapat mengalami kerusakan fungsi. Apalagi, jika seseorang mengidap kecanduan obat-obatan, otak adalah bagian yang paling rentan mengalami kerusakan fungsi karena hal tersebut. Jika hal tersebut terjadi, prosedur EEG dapat dilakukan guna mengukur dampak yang ditimbulkan pada jaringan saraf otak.
Tak hanya pengidap kecanduan obat-obatan, kedua pemeriksaan ini juga dapat dilakukan oleh orang yang berisiko tinggi memiliki gangguan kesehatan pada otak, seperti seseorang dengan riwayat penyakit yang dapat berdampak pada otak, seperti demensia.
Baca juga: Ketahui Penjelasan Tentang Electroencephalography (EEG)
Hal-Hal yang Dilakukan Sebelum Melakukan EEG dan Brain Mapping
Pada umumnya, semua pemeriksaan memerlukan berbagai macam persiapan yang harus dilakukan sebelum prosedur dimulai. Dalam hal ini, sebelum melakukan EEG dan brain mapping peserta diharuskan untuk mencuci rambut pada malam atau satu hari sebelum pemeriksaan dilakukan, menghindari makanan atau minuman yang mengandung kafein, serta menghindari konsumsi makanan yang mengandung gula tambahan.
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Electroencephalogram.
Web MD. Diakses pada 2019. EEG Test (Electroencephalogram): Purpose, Procedure, & Results.