Adakah Cara Efektif untuk Mencegah Kehamilan Ektopik?
Halodoc, Jakarta - Kehamilan ektopik terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi tertanam di luar rahim, biasanya di salah satu saluran tuba. Saluran ini adalah yang menghubungkan ovarium ke rahim. Jika telur tersangkut di dalamnya, telur tidak akan berkembang menjadi bayi dan bisa mengancam kondisi kesehatan ibu hamil jika kehamilan tersebut berlanjut.
Kehamilan ektopik ini tidak bisa diselamatkan dan harus dikeluarkan dengan obat atau operasi. Lantas, adakah cara-cara tertentu untuk mencegah terjadinya kehamilan ektopik? Simak ulasan berikut.
Baca juga: Inilah Bedanya Hamil Anggur dan Hamil di Luar Kandungan
Apakah Kehamilan Ektopik Bisa Dicegah?
Sayangnya, tidak ada cara untuk mencegah kehamilan ektopik. Meski begitu, ada beberapa cara yang bisa ibu lakukan untuk mengurangi risikonya. Infeksi menular seksual dan radang panggul adalah salah satu masalah kesehatan yang dapat meningkatkan risiko kehamilan ektopik. Oleh karenanya, membatasi jumlah pasangan seksual dan menggunakan kondom saat berhubungan intim bisa membantu mencegah infeksi menular seksual dan mengurangi risiko penyakit radang panggul.
Merokok juga salah satu gaya hidup sehat yang bisa memengaruhi proses pembuahan. Jadi, sebaiknya hindari kebiasaan merokok saat merencanakan kehamilan.
Berbagai Penyebab Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik biasanya terjadi ketika ada masalah dengan saluran tuba, seperti salurannya sempit atau tersumbat. Berikut sejumlah kondisi yang dapat meningkatkan risiko kehamilan ektopik:
- Penyakit radang panggul yang terjadi ketika sistem reproduksi wanita mengalami peradangan akibat infeksi menular seksual.
- Pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya.
- Pernah menjalani operasi pada saluran tuba, seperti prosedur sterilisasi.
- Menjalani perawatan kesuburan, seperti IVF dan minum obat untuk merangsang ovulasi (pelepasan sel telur).
- Hamil saat menggunakan intrauterine device (IUD) atau intrauterine system (IUS) untuk kontrasepsi.
- Punya kebiasaan merokok.
- Semakin bertambahnya usia risiko kehamilan ektopik semakin tinggi. Kondisi ini rentan dialami oleh ibu yang hamil di usia 35-40 tahun.
Baca juga: Tips Mengatasi Morning Sickness untuk Kehamilan Pertama
Punya pertanyaan lain mengenai kehamilan ektopik? Hubungi dokter spesialis kandungan lewat aplikasi Halodoc. Lewat aplikasi ini, ibu bisa menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat atau Voice/Video Call.
Kenali Tanda dan Gejalanya
Pada awalnya, ibu mungkin tidak merasakan gejala apa pun. Namun, beberapa wanita yang mengalami kehamilan ektopik biasanya memiliki tanda atau gejala awal kehamilan pada umumnya, seperti menstruasi yang terlewat, nyeri payudara, dan mual. Saat melakukan tes kehamilan pun hasilnya akan positif.
Sering kali tanda peringatan pertama dari kehamilan ektopik adalah perdarahan vagina ringan dan nyeri di bagian panggul. Jika darah bocor dari tuba falopi, ibu mungkin merasakan nyeri bahu atau keinginan untuk buang air besar. Gejala spesifik tergantung pada tempat darah terkumpul dan saraf mana yang mengalami iritasi.
Jika sel telur yang telah dibuahi terus tumbuh di tuba falopi, sel telur yang membesar bisa menyebabkan tuba pecah. Pecahnya tuba bisa menyebabkan pendarahan hebat di dalam perut. Gejala dari peristiwa yang mengancam jiwa ini termasuk pusing yang ekstrem, pingsan, dan syok.
Baca juga: Adakah Makanan yang Harus Dihindari saat Hamil Trimester Pertama?
Segera periksakan diri jika ibu memiliki tanda atau gejala kehamilan ektopik, nyeri perut atau panggul yang parah disertai dengan perdarahan vagina, sakit kepala ringan, dan sakit di bagian bahu.
Referensi:
NHS. Diakses pada 2020. Ectopic pregnancy.
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Ectopic pregnancy.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan