6 Vaksin Corona Masuk Fase 3 dan Disetujui Terbatas
Halodoc, Jakarta - Vaksin membutuhkan penelitian dan uji klinis selama bertahun-tahun agar bisa digunakan untuk mencegah berbagai penyakit. Namun untuk vaksin virus corona, para ilmuwan berlomba untuk menyelesaikannya pada tahun depan.
Hingga saat ini, para peneliti sedang menguji sebanyak 48 vaksin dalam uji klinis pada manusia, dan setidaknya 88 vaksin praklinis sedang dalam penyelidikan aktif pada hewan.
Melansir dari laman Kompas.com, bahwa uji coba vaksin sudah dimulai sejak Januari 2020 dengan mengurai SARS-CoV-2. Pembuatan dan pengujian vaksin melewati 3 tahap, selain itu juga harus melewati persetujuan awal atau terbatas dan disetujui. Apakah sudah ada vaksin yang disetujui?
Vaksin Corona yang Masuk Fase 3 dan Disetujui Terbatas
Dilansir dari laman New York Times yang memperbarui catatan vaksin sudah menambahkan Bharat Biotech ke tahap 3. Perusahaan India Bharat Biotech bekerja sama dengan Dewan Riset Medis India dan Institut Virologi Nasional untuk merancang vaksin yang disebut Covaxin berdasarkan bentuk virus corona yang tidak aktif.
Vaksin Covaxin diuji pada monyet dan hamster dan ditemukan bahwa vaksin tersebut memberikan perlindungan terhadap infeksi. Perusahaan vaksin yang membuat Covaxin kemudian meluncurkan uji klinis pada Juli. Vaksin ini akan tersedia paling cepat pada awal 2021.
Pada 23 Oktober, perusahaan India Bharat Biotech mengumumkan mereka akan menguji coba tahap 3. Inilah beberapa vaksin yang sudah masuk ke tahap 3:
- Moderna
- Pfizer dan BioNTech
- CanSino Biologics
- Gamaleya Research Institute
- Johnson & Johnson
- AstraZeneca dan Universitas Oxford
- Novavax
- Wuhan Institute of Biological Produk
- Sinopharm
- Sinovac Biotech
- Murdoch Children’s Research Institute
- Bharat Biotech
Baca juga: 3 Pertanyaan Mengenai Virus Corona yang Belum Terpecahkan
Sementara itu, terdapat 6 vaksin yang masuk tahap persetujuan awal atau terbatas, yaitu:
- CanSino Biologics
CanSino Biologics perusahaan farmasi dari China mengungkapkan bahwa vaksin COVID-19 dengan nama Ad5-nCOV yang sedang dikembangkannya adenovirus manusia yang dimodifikasi secara genetik. Ini menyebabkan flu biasa untuk membawa kode genetik untuk protein SARS-CoV-2 ke tubuh.
Teknologi ini mirip dengan yang digunakan oleh AstraZeneca dan Universitas Oxford, meskipun kandidat vaksin mereka menggunakan adenovirus simpanse yang dimodifikasi. Banyak orang mungkin memiliki antibodi adenovirus dari infeksi sebelumnya, sehingga memengaruhi kemanjuran vaksin yang dikembangkan Ad5-nCOV.
- The Gamaleya Research Institute
Vaksin keempat yang disetujui terbatas adalah vaksin dari The Gamaleya Research Institute yang menjadi bagian dari Kementerian Kesehatan Rusia. Setelah melewati proses rekayasa dan uji klinis, vaksin ini sekarang dikenal dengan nama Sputnik V. Setelah uji coba, Sputnik disebut bisa menghasilkan antibodi terhadap virus corona dan hanya memicu efek samping ringan.
- Vector Institute
Vector Institute adalah pusat penelitian biologi Rusia yang pada 26 Agustus mendaftarkan uji coba fase 1/2 (gabungan 1 dan dua) untuk vaksin COVID-19 yang mereka namakan EpiVacCorona. Vaksin ini mengandung sebagian kecil protein dari virus corona yang juga dikenal sebagai peptida.
Dikabarkan pada 14 Oktober, Vladimir Putin mengumumkan bahwa Rusia sudah menyetujui regulasi pada EpicVacCorona. Hal tersebut menjadikannya vaksin kedua yang disetujui oleh Rusia setelah Sputnik V. Seperti Sputnik V, EpiVacCorona juga sudah disetujui sebelum memulai uji coba tahap 3 yang akan dilakukan pada akhir tahun ini.
Baca juga: Ini Gejala yang Dialami Usai Sembuh dari Virus Corona
- Wuhan Institute of Biological
The Wuhan Institute of Biological mengembangkan vaksin virus yang tidak aktif bernama sinophar. Vaksin ini diuji coba pada tahap 3 di Uni Emirat Arab pada bulan Juli serta Peru dan Maroko pada bulan selanjutnya. Pada 14 September, Uni Emirat Arab memberi persetujuan darurat untuk vaksin Sinopharm agar digunakan pada pekerja perawatan kesehatan.
- Sinopharm
Vaksin ini dikembangkan oleh Institut Produk Biologi Beijing. Vaksin ini juga sudah mendapat persetujuan dini setelah melakukan uji coba tahap 3 di Uni Emirat Arab. Sama seperti vaksin sinopharm yang dikembangkan oleh The Wuhan Institute of Biological, vaksin ini diberi persetujuan untuk penggunaan terbatas, yaitu pada petugas kesehatan.
Pada bulan Oktober, ketua Sinopharm kata perusahaan bersiap-siap memproduksi dua vaksin mereka, yang rencananya akan diproduksi sebanyak 1 miliar dosis setahun.
- Sinovac Biotech
Vaksin dari Sinovac Biotech yang baru-baru ini mengumumkan hasil uji coba tahap 3 juga sudah disetujui terbatas. Vaksin ini sudah diuji di beberapa negara, salah satunya di Indonesia.
Selama uji coba, perusahaan mengklaim bahwa vaksin ini cukup aman karena tidak menimbulkan efek samping parah serta bisa menghasilkan tanggapan kekebalan tubuh. Vaksin ini dikabarkan telah dipesan dan akan masuk sebanyak 40 juta dosis ke Indonesia pada Maret 2021.
Baca juga: Menunggu Vaksin COVID-19, Idola Dunia Ini Positif Corona
Sambil menunggu ketersediaan vaksin, sebaiknya tetap mematuhi protokol kesehatan. Caranya dengan memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, serta mencuci tangan dengan sabun (3M) untuk mengurangi risiko terinfeksi virus corona.
Jika kamu mengalami gejala kesehatan yang mirip dengan COVID-19, segera bicarakan pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Jangan tunda lagi, segera download aplikasi Halodoc sekarang juga!