Panduan Lengkap Kateter: Jenis dan Penggunaan

7 menit
Ditinjau oleh  dr. Adryansyah Can, SpU   26 Februari 2025

Kateter dipasang sampai pasien bisa mengosongkan kandung kemih sendiri.

Panduan Lengkap Kateter: Jenis dan PenggunaanPanduan Lengkap Kateter: Jenis dan Penggunaan

DAFTAR ISI

  1. Kondisi Medis yang Memerlukan Kateter
  2. Jenis Kateter
  3. Apa Kata Riset?
  4. Cara Menggunakan Kateter

Kateter adalah sebuah alat berbentuk tabung kecil dan fleksibel yang berfungsi untuk membantu pasien mengosongkan kandung kemih.

Biasanya, alat ini digunakan secara sementara hingga pengidap gangguan kesehatan dapat mengosongkan kandung kemih secara mandiri.

Kandung kemih yang tidak dikosongkan dapat menyebabkan tekanan pada ginjal. Kondisi ini dapat memicu berbagai gangguan kesehatan yang lebih berbahaya.

Untuk itu, sebaiknya ketahui beberapa kondisi medis yang memerlukan pemasangan kateter untuk mencegah berbagai gangguan kesehatan yang dapat terjadi.

Sebelum membahasnya lebih lanjut, Ini Jenis Kateter dan Prosedur untuk Menggunakannya.

Kondisi Medis yang Memerlukan Kateter

Kantong kateter terdiri dari berbagai ukuran yang berbeda dan bisa disesuaikan dengan kondisi fisik penggunanya.

Selain itu, kateter juga terbuat dari beberapa bahan yang berbeda, seperti karet, plastik, hingga silikon.

Saat penggunaan kateter, selang yang berbentuk tipis dan fleksibel akan dimasukkan ke dalam saluran kencing agar penggunanya bisa membuang urine secara normal.

Ada beberapa kondisi medis yang direkomendasikan oleh dokter untuk menggunakan kateter, yaitu:

1. Retensi Urine

Retensi urine adalah gangguan kesehatan pada kandung kemih yang menyebabkan pengidapnya kesulitan membuang air kecil.

Selain kesulitan membuang air kecil, pengidap retensi urine juga kerap merasakan sensasi buang air kecil yang tidak tuntas.

Meskipun dapat dialami siapa saja, tetapi retensi urine lebih banyak dialami oleh pria. 

Ada berbagai pemicu yang dapat menyebabkan seseorang mengalami resistensi urine, seperti penyumbatan saluran kemih, gangguan sistem saraf, riwayat operasi, efek samping penggunaan obat, gangguan pada otot kandung kemih, hingga infeksi.

2. Inkontinensia Urine

Kondisi ini terjadi ketika seseorang tidak mampu menahan buang air kecil. Inkontinensia urine sering dialami oleh lansia, khususnya wanita.

Kondisi ini bisa berbahaya dan memicu gangguan kesehatan fisik maupun mental pada pengidapnya.

Penggunaan kateter dinilai efektif untuk pengidap inkontinensia urine ketika semua pengobatan yang dilakukan tidak menunjukkan hasil yang baik.

Ketahui lebih lanjut seputar Inkontinensia Urine – Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya berikut ini.

3. Persalinan Caesar

Saat akan menjalani persalinan caesar, pemasangan kateter pada ibu hamil diperlukan untuk membantu mengosongkan kandung kemih saat akan menerima anestesi epidural. 

Penggunaan kateter untuk persalinan caesar digunakan secara sementara. Beberapa jam setelah persalinan dilakukan, kateter akan dilepaskan kembali.

Selain caesar, pahami jenis lain Persalinan – Gejala, Metode, dan Faktor Risikonya berikut ini.

4. Tindakan Bedah Area Genital

Beberapa tindakan bedah juga membutuhkan pemasangan kateter untuk mengeringkan kandungan kemih sesaat sebelum tindakan, selama tindakan, hingga setelah tindakan bedah. 

Beberapa tindakan bedah yang membutuhkan pemasangan kateter adalah operasi kelenjar prostat dan perbaikan patah tulang pinggul. 

5. Bladder Outlet Obstruction

Bladder outlet obstruction adalah penyumbatan pada pangkal kandung kemih. Kondisi ini membuat aliran urine menuju uretra terhambat atau terhenti. 

Kondisi ini bisa diatasi sesuai dengan penyebabnya.

Tetapi, pada sebagian besar kasus, penggunaan kateter menjadi salah satu perawatan yang dilakukan oleh pengidap bladder outlet obstruction untuk mengatasi penyumbatan kandung kemih dan melancarkan aliran urine.

Jenis Kateter

Berikut berbagai jenis kateter yang perlu kamu ketahui:

1. Kateter Intermiten

Kateter ini digunakan untuk sementara waktu dan dilepas setelah urine dikosongkan.

Biasanya digunakan pada pasien yang hanya sesekali perlu bantuan untuk buang air kecil. 

Kateter intermiten dapat dimasukkan beberapa kali dalam sehari sesuai kebutuhan.

2. Kateter indwelling (kateter foley)

Kateter ini dibiarkan berada di dalam kandung kemih untuk jangka waktu tertentu. 

Alat ini dilengkapi dengan balon kecil di ujungnya yang diisi dengan air untuk menjaga agar tetap di tempat. Kateter pun akan terhubung ke kantong urine di luar tubuh.

3. Kateter suprapubik

Kateter ini dipasang melalui lubang kecil di perut langsung ke kandung kemih, bukan melalui uretra. 

Biasanya digunakan pada pasien yang memerlukan kateterisasi jangka panjang atau ketika kateter uretra tidak memungkinkan.

4. Kateter kondom

Kateter ini digunakan pada pria dan dipasang seperti kondom. Ini terhubung ke tabung yang membawa urin ke kantong kolektor. 

Kateter jenis ini lebih nyaman karena tidak perlu dimasukkan ke dalam tubuh.

Apa Kata Riset?

Sebuah riset yang dimuat dalam jurnal BMC Health Service Research mencetuskan penerapan program SafetyLEAP untuk mengurangi risiko penggunaan kateter seperti infeksi saluran kemih, trauma saluran urin, dan delirium. 

Program ini dirancang untuk meningkatkan keselamatan pasien dengan melibatkan pemimpin dan staf medis, melakukan audit serta umpan balik, dan melaksanakan intervensi perbaikan yang terencana.

Hasilnya menunjukkan bahwa setelah implementasi program, prevalensi penggunaan kateter harian menurun dari 22 persen menjadi 13 persen.

Untuk mengurangi risiko infeksi saat memakai kateter, penelitian ini menekankan pentingnya memastikan bahwa pemasangan kateter hanya dilakukan jika benar-benar diperlukan, mengevaluasi penggunaannya setiap hari, dan menjaga kebersihan serta teknik pemasangan yang tepat.

Cara Menggunakan Kateter

Berikut cara menggunakan kateter berdasarkan jenisnya:

1. Kateter intermiten

Kateter dimasukkan ke uretra sampai mencapai kandung kemih, lalu urin akan mengalir keluar melalui kateter. 

Setelah kandung kemih kosong, kateter dilepas dan dibuang, atau disimpan jika kateter dapat digunakan ulang setelah disterilkan.

2. Kateter indwelling

Kateter ini dipasang melalui uretra atau lubang kecil di perut (suprapubik), kemudian balon di ujung kateter diisi air untuk menahannya di tempat. 

Kateter ini dihubungkan ke kantong urin yang perlu dikosongkan secara berkala. Penggunaannya bisa untuk beberapa hari hingga beberapa minggu tergantung kebutuhan medis.

3. Kateter Suprapubik

Setelah dokter membuat sayatan kecil di perut bagian bawah, kateter dimasukkan langsung ke kandung kemih. 

Kateter ini dihubungkan ke kantong urin yang diletakkan di luar tubuh, dan bisa digunakan untuk waktu lama dengan perawatan yang baik.

4. Kateter kondom

Setelah kondom kateter dipasang di penis, ujung kateter dihubungkan ke kantong urin. 

Penggunaannya lebih nyaman karena kateter tidak masuk ke tubuh. Kantong urin perlu diganti dan dibersihkan secara berkala.

Jika kamu atau kerabat membutuhkan penggunaan kateter dalam jangka waktu yang panjang, sebaiknya ketahui lebih banyak informasi yang dibutuhkan untuk pemasangan maupun perawatan kateter di rumah sebelum keluar rumah sakit. 

Hal ini akan membantu kamu untuk mencegah risiko komplikasi akibat penggunaan kateter, seperti infeksi.

Kamu bisa gunakan aplikasi Halodoc dan tanyakan langsung pada dokter seputar informasi perawatan dan gaya hidup yang perlu dilakukan oleh pengguna kateter.

Referensi:
NHS. Diakses pada 2025. Urinary Catheter.
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease. Diakses pada 2025. Treatment of Urinary Retention.
Healthline. Diakses pada 2025. Urinary Catheter.
Urology Care Foundation. Diakses pada 2025. Urinary Incontinence.
Wooller KR, et al. Diakses pada 2025. A pre and post intervention study to reduce unnecessary urinary catheter use on general internal medicine wards of a large academic health science center.

FAQ

1. Kenapa pasien dipasang kateter?

Kateter dipasang untuk membantu pasien mengosongkan kandung kemih jika mereka tidak dapat melakukannya sendiri. 

Hal ini diperlukan dalam beberapa kondisi medis seperti:

  • Retensi urine: Kesulitan membuang air kecil.
  • Inkontinensia urine: Tidak mampu menahan buang air kecil.
  • Persalinan caesar: Membantu mengosongkan kandung kemih selama proses anestesi.
  • Tindakan bedah area genital: Misalnya, operasi prostat.
  • Bladder outlet obstruction: Penyumbatan saluran kencing.

Pemasangan kateter juga mencegah tekanan pada ginjal yang dapat memicu gangguan kesehatan serius.

2. Apa efek samping pemasangan kateter?

Beberapa efek samping pemasangan kateter meliputi:

  • Infeksi saluran kemih (ISK): Risiko infeksi akibat keberadaan benda asing di saluran kencing.
  • Iritasi atau cedera pada uretra: Akibat pemasangan atau penggunaan jangka panjang.
  • Ketidaknyamanan atau rasa sakit: Terutama jika kateter digunakan dalam waktu lama.
  • Pendarahan ringan: Kadang terjadi saat pemasangan awal.

3. Pasang kateter apakah sakit?

Proses pemasangan kateter bisa menimbulkan rasa tidak nyaman atau sedikit sakit, terutama ketika selang dimasukkan melalui uretra. 

Namun, dokter atau perawat biasanya menggunakan pelumas atau anestesi lokal untuk meminimalkan rasa sakit.