5 Gangguan Mental yang Memengaruhi Perkembangan Anak
“Memiliki rasa cemas berlebihan pada diri anak juga bisa mengganggu perkembangannya. Jika dalam setiap kegiatan anak kerap merasa cemas, tentu anak tidak akan bisa berkonsentrasi dalam berkegiatan.”
Halodoc, Jakarta – Menilai kesehatan anak bukan hanya dilihat dari kondisi kesehatan fisiknya saja, melainkan juga dari kondisi mental dan tumbuh kembangnya sesuai dengan usia. Mental yang sehat akan membantu anak tumbuh kembang dengan baik.
Hal ini juga akan memengaruhi perkembangan perilaku anak hingga dewasa nanti. Sebaiknya, orang tua jangan sampai mengabaikan perubahan yang terjadi pada anak. Apalagi jika sudah menunjukan gejala-gejala awal tanda gangguan kesehatan mental. Simak selengkapnya jenis gangguan mental yang dapat memengaruhi perkembangan mental anak di sini!
Gangguan Mental pada Anak dan Pencegahannya
Ada banyak hal yang bisa memengaruhi kondisi kesehatan mental seorang anak. Faktor kesehatan, riwayat genetik, penggunaan obat, masalah saat kehamilan, dan bahkan lingkungan sekitar, seperti keluarga atau tempat bermain pun bisa memicu gangguan mental.
Untuk itu, orang tua perlu memahami jenis gangguan mental yang berisiko dialami anak sebagai bentuk penanganan dan pencegahan.
1. Gangguan Cemas (Ansietas)
Memiliki rasa cemas sebenarnya adalah hal yang wajar ditimbulkan oleh anak-anak. Namun, sebaiknya ibu perlu memberikan perhatian jika anak memiliki rasa cemas dengan berlebihan.
Tidak hanya membuat kegiatan dan aktivitas anak sehari-hari terganggu, memiliki rasa cemas berlebihan pada diri anak juga bisa mengganggu perkembangannya. Jika dalam setiap kegiatan perasaan cemas selalu merundung anak, tentu anak tidak akan bisa berkonsentrasi dalam melakukan sesuatu.
Sebaiknya, ibu mencari tahu apa yang menyebabkan anak memiliki perasaan cemas yang sangat berlebihan. Tidak ada salahnya mendampingi anak hingga anak merasa tenang.
2. Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar pada anak adalah salah satu penyakit mental yang berhubungan dengan adanya faktor kelainan otak. Hal ini dapat menyebabkan perubahaan mood dan pergeseran yang tidak lazim di tingkat energi dan aktivitas yang dilakukan anak.
Anak-anak yang mengalami bipolar bisa mengalami episode mania atau episode depresi. Saat anak mengalami episode mania, maka anak akan terlihat memiliki banyak energi dan akan lebih aktif dari biasanya.
Kemudian, ada episode depresi yang akan membuat anak terlihat selalu tidak bersemangat dan membuat anak merasa sangat terpuruk pada apapun yang sedang dikerjakan. Gangguan bipolar pada anak tidak dapat disembuhkan, tetapi ibu bisa membantu anak untuk belajar mengatur perubahan mood-nya dengan baik.
3. Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD)
Anak dengan gangguan ADHD akan mengalami kesulitan memperhatikan, mengendalikan perilaku impulsif (mungkin bertindak tanpa memikirkan apa akibatnya), atau terlalu aktif. ADHD tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikelola dan beberapa gejala dapat membaik seiring bertambahnya usia anak.
Perawatan standar untuk ADHD pada anak-anak termasuk obat-obatan, terapi perilaku, konseling dan layanan pendidikan. Perawatan ini dapat meredakan banyak gejala ADHD, tetapi tidak menyembuhkannya.
4. Obsessive-Compulsive Disorder (OCD)
Banyak anak terkadang memiliki pikiran yang mengganggu mereka, dan mereka mungkin merasa harus melakukan sesuatu terhadap pikiran tersebut, meskipun tindakan mereka sebenarnya tidak masuk akal.
Misalnya, anak menjadi khawatir akan hal buruk yang bisa terjadi ketika mereka tidak mengenakan pakaian favorit. Anak-anak mungkin mengalami gangguan OCD ketika pikiran yang tidak diinginkan, dan perilaku yang mereka rasa harus mereka lakukan mengganggu aktivitas sehari-hari. Pikiran ini disebut obsesi, sedangkan perilakunya disebut kompulsi.
5. Gangguan Perilaku
Anak-anak terkadang berdebat, agresif, atau bertindak marah atau menentang orang dewasa. Gangguan perilaku dapat didiagnosis ketika perilaku mengganggu ini bertahan dari waktu ke waktu, atau malah semakin parah.
Gangguan perilaku yang melibatkan tindakan dan menunjukkan perilaku yang tidak diinginkan terhadap orang lain ini disebut dengan gangguan eksternalisasi. Anak-anak yang mengeksternalisasi perilaku negatif berisiko lebih tinggi mengalami kenakalan remaja dan kekerasan.
Mengetahui perubahan perilaku pada anak dapat membantu pencegahan dan penanganan lebih lanjut. Jika tanda-tanda ini dialami anak, orang tua bisa buat janji pemeriksaan medis dengan menggunakan aplikasi Halodoc. Yuk, download Halodoc sekarang juga!