5 Cara Mendidik Remaja Menyikapi Hasrat Seksualnya
Halodoc, Jakarta - Survei yang dilakukan Komite Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Kementrian Kesehatan pada tahun 2013 menyebut, sebanyak 62,7 persen remaja Indonesia telah melakukan hubungan seksual di luar nikah. Hal ini menjadi isu prioritas karena selain bertentangan dengan ajaran agama, seks pranikah meningkatkan risiko infeksi penyakit menular seksual.
Masa Puber Pengaruhi Hasrat Seksual Remaja
Kelenjar seks (gonads) tidak hanya mengatur perubahan fisik, tapi juga psikis remaja seperti rasa suka terhadap lawan jenis. Hal ini kerap menimbulkan konflik karena hasrat seksual dan pertimbangan moral sering tidak sejalan. Hasrat seksual terlalu besar tak jarang menjadi pembenaran sebagai dalih perilaku seksual pranikah.
Agama hanya membolehkan hasrat seksual disalurkan melalui pernikahan, begitu pula dengan budaya ketimuran. Itu mengapa pada zaman dahulu, usia pernikahan tergolong muda. Kini, remaja memiliki kesempatan untuk sekolah dan berkarya sebelum menikah. Remaja diharapkan mampu memiliki kontrol diri yang kuat, terutama perihal hasrat seksual. Itu sebabnya peran orangtua dibutuhkan untuk mengedukasi anak tentang kesehatan reproduksi.
-
Beri tahu jika seks bebas memiliki risiko. Termasuk kehamilan bagi remaja perempuan dan infeksi menular seksual (IMS) seperti HIV/AIDS, sifilis, dan gonore. IMS bisa terjadi pada siapa saja, termasuk remaja perempuan dan laki-laki.
-
Ajarkan cara menghargai diri sendiri dan orang lain. Menghargai diri sendiri adalah salah satu cara agar remaja tidak mudah terpengaruh oleh citra “remaja sempurna” di media, bujukan teman, maupun kekasih. Jelaskan pada anak bahwa ia harus menghargai lawan jenisnya dan tidak meniatkan hubungan romantis sebagai sarana penyaluran hasrat seksual. Beri tahu juga bahwa cinta tidak sama dengan seks.
-
Hindari dari konten pornografi. Media dengan konten pornografi terbukti menimbulkan hasrat seksual pada remaja. Akses terhadap pornografi secara berulang dapat merusak otak bagian pengambilan keputusan dan merusak empat hormon baik. Salah satu efeknya, seorang anak yang melihat konten pornografi berpotensi melampiaskan hasrat seksual tanpa memedulikan rasa malu serta rasa takut pada orangtua ataupun Tuhan. Atau, ibu bisa memberitahu anak bahwa apa yang ia lihat tidak untuk dipraktekan.
-
Ajarkan cara bertanggung jawab. Beri tahu anak bahwa tanpa orangtua mengawasi, ia harus tetap bertanggung jawab atas perilakunya. Sehingga ia perlu menghindari perilaku yang berdampak negatif bagi diri sendiri dan keluarganya.
-
Libatkan dalam kegiatan positif. Misalnya dalam kegiatan organisasi di sekolah, ekstrakurikuler, mendalami hobi, dan rutin berolahraga. Kegiatan positif ini dapat mengurangi dan mengalihkan hasrat seksual yang muncul. Jika remaja cukup sibuk dengan kegiatan positif yang ia sukai, kemungkinan untuk memikirkan dan melakukan aktivitas seks berkurang.
-
Ciptakan waktu berkualitas dengan anak. Kedekatan anak dengan orangtua membuatnya terbuka atas segala hal, termasuk urusan pendidikan dan percintaan. Jika ia menunjukkan perilaku berbeda, jangan ragu bertanya tentang apa yang sedang dirasakan dan dialaminya. Dengarkan apa yang dibicarakan dan beri nasehat bila perlu. Hindari mengkritik, menuduh, dan menghakimi anak tanpa bukti karena hal ini justru memperumit keadaan.
Jika ibu punya pertanyaan lain seputar psikologis remaja, jangan ragu berdiskusi dengan dokter Halodoc. Ibu bisa menghubungi dokter Halodoc kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!
*artikel ini pernah tayang di SKATA