4 Pemeriksaan untuk Deteksi Terjadinya Gawat Janin
Halodoc, Jakarta - Dari beragamnya masalah kesehatan yang bisa menyerang janin, gawat janin (fetal distress) adalah salah satu yang kondisi yang cukup mengkhawatirkan. Gawat janin ini merupakan kondisi ketika janin kekurangan oksigen selama masa kehamilan, atau saat persalinan.
Lantas, bagaimana sih cara mendeteksi gawat janin, sehingga ibu dan janin bisa menghindari berbagai risiko yang tidak diinginkan?
Baca juga: Waspadai Penyebab Terjadinya Gawat Janin
Mendeteksi Lewat Gerak hingga Pemeriksaan Penunjang
Sebenarnya ada beberapa cara yang bisa ibu lakukan untuk mendeteksi gagal janin. Salah satunya lewat gejala yang tak normal yang ibu rasakan sebelum atau saat proses persalinan. Misalnya, pergerakan janin yang berkurang menjelang persalinan, karena ruang gerak di dalam rahim berkurang.
Padahal, normalnya pergerakan janin tetap dapat terasa dan memiliki pola yang menjelang persalinan. Nah, pergerakan janin yang berkurang atau berubah secara drastis ini bisa menjadi tanda gawat janin.
Selain itu, cara mendeteksi gawat janin juga bisa dengan melihat ukuran kandungan. Pengukuran untuk mendeteksi gawat janin ini dinamakan pengukuran tinggi puncak rahim (tinggi fundus uteri).
Pengukurannya dimulai dari tulang kemaluan ke atas. Nah, ukuran kandungan yang terlalu kecil dari usia kehamilan, juga bisa menandai adanya kondisi gawat janin.
Selain tanda-tanda di atas, dokter juga bisa mendeteksi gawat janin melalui berbagai pemeriksaan penunjang. Contohnya:
- USG Kehamilan. Pemeriksaan USG bisa membantu dokter untuk mengetahui apakan pertumbuhan janin sesuai dengan usia kandungannya.
- USG Doppler. Pemeriksaan bertujuan untuk mendeteksi denyut jantung janin (DJJ). DJJ normal berkisar antara 120-160. Pada kondisi gawat janin, DJJ umumnya kurang dari 120 kali per menit atau 160 kali per menit.
- Pemeriksaan air ketuban. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui volume air ketuban, dan melihat adanya mekonium atau tinja janin pada air ketuban.
- Cardiotocography (CTG). Melalui pemeriksaan ini, dokter bisa mengetahui respons DJJ terhadap pergerakan janin dan kontraksi rahim ibu. Pemeriksaan cardiotocography ini dapat mendeteksi kondisi gawat janin lebih dini dibandingkan dengan USG Doppler.
Nah, bagi ibu yang memiliki keluhan seputar kehamilan, segera temui dokter untuk mendapatkan saran dan penanganan medis yang tepat. Ibu bisa pergi ke rumah sakit pilihan dan sebelumnya membuat janji dengan dokter melalui aplikasi Halodoc. Cara ini akan memudahkan pemeriksaan tanpa perlu mengantre.
Baca juga: Ibu, Ketahui 4 Gejala Gawat Janin yang Harus Ditangani
Kenali Berbagai Faktor Risikonya
Penyebab utama gawat janin adalah janin yang tidak mendapatkan cukup oksigen, sehingga mengalami hipoksia. Kondisi ini dapat terjadi secara kronik (dalam jangka waktu lama) atau akut.
Berikut ini faktor risiko yang memicu gawat janin hingga menyebabkan hipoksia, yaitu:
- Janin dari ibu dengan diabetes.
- Janin yang pertumbuhannya terhambat.
- Janin dengan kelainan letak.
- Janin pre-term dan post-term.
- Janin kelainan bawaan atau infeksi.
- Gangguan plasenta atau ari-ari, bisa menyebabkan pasokan oksigen dan nutrisi berkurang.
- Kehamilan kembar.
- Ibu yang mengidap anemia, diabetes, asma, atau hipotiroidisme.
- Komplikasi kehamilan seperti preeklamsia atau polihidramnion.
Nah, untuk terhindar dari gawat janin ini ibu sangat direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin ke dokter kandungan. Dengan begitu, kesehatan ibu dan janin dapat terpantau dengan baik.
Ibu juga bisa berdiskusi dengan dokter kandungan melalui aplikasi Halodoc. Tanpa perlu keluar rumah, ibu bisa menghubungi dokter ahli kapan saja dan di mana saja. Praktis, kan?
Referensi:
American Pregnancy Association. Fetal Distress: Diagnosis, Conditions & Treatment.
MedicineNet. Diakses pada 2020. Medical Definition of Fetal Distress
Baby Centre UK. Diakses pada 2020. Fetal Distress.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan