4 Mitos Seputar Puasa untuk Ibu Hamil
Halodoc, Jakarta – Sebenarnya ibu hamil memiliki kelonggaran untuk tidak ikut menjalankan puasa. Dengan pertimbangan keselamatan janin dan calon ibu. Kendati demikian, ada sebagian ibu hamil yang merasa masih sanggup dan harus ikut berpuasa.
(Baca juga: 4 Mitos Kehamilan dari Seluruh Dunia, Ada Benarnya Nggak Sih?)
Sayangnya, ada banyak mitos yang beredar dan pada akhirnya membuat para wanita hamil merasa takut untuk berpuasa. Mitos-mitos itu sebagian besar tidak benar dan sulit dibuktikan. Jika ibu ingin menjalani puasa saat hamil, yuk cari tahu apa saja mitos-mitos dan faktanya agar tidak termakan informasi yang salah!
- Menghambat perkembangan janin
Saat berpuasa, ibu akan membatasi asupan makanan dan minuman setidaknya selama 14 jam dalam satu hari. Hal itulah yang kemudian menjadi ketakutan untuk berpuasa. Padahal, masalah ini bisa dicegah dengan memastikan kecukupan asupan nutrisi selama berpuasa.
Syarat berpuasa bagi ibu hamil adalah memenuhi kebutuhan nutrisi sebesar 2500 kilo kalori dalam satu hari. jumlah itu terdiri dari beragam makanan sehat, yaitu 50 persen karbohidrat, 30 persen protein hewani dan nabati seperti ikan, telur, daging, susu, tahu dan tempe, serta 20 persen yang dalam bentuk lemak seperti kacang-kacangan.
(Baca juga: Bolehkah Ibu Hamil Puasa?)
- Ibu kekurangan cairan
Kekurangan cairan tubuh alias dehidrasi juga dikhawatirkan akan mengintai ibu hamil yang ikut berpuasa. Meski tidak sepenuhnya salah, risiko ini sebenarnya bisa dikurangi bahkan dicegah. Caranya adalah dengan mengonsumsi air putih tetap 1,8 liter sampai 2 liter dalam satu hari, atau sekitar 8 gelas.
Jadwal asupan air putih tersebut bisa dibagi saat sahur dan berbuka puasa. Misalnya, 3 gelas saat waktu sahur dan 3 gelas setelah berbuka puasa. Lalu minum 2 gelas lainnya pada malam hari, atau sebelum tidur. Ibu juga bisa meningkatkan asupan cairan dengan cara mengonsumsi segelas susu hangat saat sahur.
- Mual dan muntah
Mual dan muntah adalah gejala alami pada ibu hamil, terutama pada trimester pertama. Sebab proses pembentukan organ janin terjadi pada masa-masa tersebut. Biasanya, calon ibu akan mengalami keluhan seperti mual, pusing, lemas, dan muntah. Jika mengalami kondisi ini, ibu tidak dianjurkan untuk ikut berpuasa.
Mual dan muntah biasanya akan lebih berkurang dan membaik seiring berjalannya waktu. Jika keluhan dirasa sudah mereda, maka ibu diperbolehkan untuk ikut berpuasa.
(Baca juga: Menu Wajib untuk Ibu Hamil yang Berpuasa)
- Bayi lahir cacat
Membatasi asupan makanan dan minuman juga dikhawatirkan akan membuat bayi terlahir cacat. Hal itu diyakini dampak dari kurangnya zat gizi yang masuk. Untuk menghindarinya, ibu harus banyak mengonsumsi vitamin yang terdiri dari asam folat.
Asam folat berperan mengurangi risiko seorang anak lahir dengan kondisi cacat. Sayuran hijau adalah jenis makanan yang paling banyak mengandung zat ini. Artinya, ibu dianjurkan untuk mencukupi konsumsi sayuran hijau saat sahur dan berbuka puasa. Lengkapi juga dengan suplemen vitamin yang terdiri dari asam folat, kalsium dan zat besi.
Penuhi kebutuhan suplemen vitamin ibu hamil sebelum berpuasa. Lebih mudah beli vitamin dan produk kesehatan lain di aplikasi Halodoc. Dengan layanan antar, pesanan akan dikirim ke rumah dalam waktu satu jam. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!