3 Pilihan Terapi untuk Pengobatan Penyakit PPOK

3 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   30 Januari 2023

“PPOK atau Penyakit Paru Obstruktif Kronis terjadi karena penyumbatan saluran udara pada organ paru yang mengakibatkan pengidapnya sulit bernapas. Kelainan ini dapat ditangani dengan terapi oksigen atau rehab paru.”

3 Pilihan Terapi untuk Pengobatan Penyakit PPOK3 Pilihan Terapi untuk Pengobatan Penyakit PPOK

Halodoc, Jakarta – Tahukah kamu kalau Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah gangguan pada organ paru-paru yang tidak bisa sembuh? Inilah sebabnya, penanganan untuk masalah kesehatan ini hanya berfokus pada mencegah gejala memburuk dan menurunkan risiko komplikasi. 

Jika mendapatkan penanganan yang tepat, pengidap PPOK bisa kembali aktif dan sehat secara menyeluruh, mencegah terjadinya kekambuhan, dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi. Salah satu cara penanganan penyakit paru satu ini adalah melalui terapi. 

Terapi untuk Penanganan PPOK

Penyakit Paru Obstruktif Kronis dapat mengakibatkan kerusakan pada kemampuan paru-paru untuk mengedarkan oksigen. Adapun, bentuk terapi yang menjadi pilihan untuk menangani kondisi ini yaitu:

Terapi paru

Pertama, terapi paru yang membantu pengidap bernapas lebih mudah sekaligus mensuplai oksigen sesuai dengan kebutuhan paru-paru. Selain itu, terapi ini dapat membantu pengidap untuk:

  • Mengurangi gejala yang muncul.
  • Membantu pengidap lebih mudah untuk beristirahat.
  • Mencegah kekambuhan dan meningkatkan kualitas hidup pengidap.

Rehabilitasi paru

Selain itu, dokter juga merekomendasikan terapi PPOK dengan rehabilitasi paru atau rehabilitasi pernapasan. Ini merupakan program khusus untuk pengidap kelainan paru-paru. 

Melalui terapi ini, pengidap bisa mempelajari cara mengontrol napas dari nutrisi, olahraga, dan selalu berpikiran positif. Selain itu, pengidap juga bekerja sama dengan banyak ahli kesehatan untuk mendapatkan program rehabilitasi yang sesuai dengan kebutuhan.

Terapi rehabilitasi organ paru akan menurunkan potensi pengidap untuk mendapat perawatan intensif pada fasilitas layanan kesehatan, meningkatkan kapabilitas pengidap untuk melakukan aktivitas sehari-hari, serta meningkatkan kualitas hidup pengidap. 

Terapi ventilasi non-invasif

Kemudian, ada pula terapi ventilasi non-invasif. Ini adalah alat bantu napas yang tidak memotong jalur napas bagian atas dengan pita trakea. Terapi satu ini memakai masker guna membantu meningkatkan pernapasan. Oleh sebab itu, pengidap bisa melakukan terapi ini secara mandiri. 

Cara Pencegahan PPOK

Penyebab PPOK umumnya bisa terdeteksi dengan jelas. Ini artinya, tindakan pencegahannya juga bisa kamu lakukan dengan mudah, yaitu:

  • Tidak merokok. Merokok menjadi penyebab PPOK yang paling umum. Jadi, berhenti merokok menjadi cara pencegahan yang paling baik.
  • Menghindari kontak dengan seseorang yang memiliki infeksi saluran napas. Sebab, infeksi saluran pernapasan bagian bawah yang berulang, pneumonia, maupun bronkitis akut dapat memicu munculnya jaringan parut pada organ paru-paru. Sayangnya, jaringan parut sendiri memiliki peran dalam pembentukan PPOK.
  • Mengurangi paparan iritan dan lingkungan. Misalnya, asap rokok, debu dan asap kimia dari tempat kerja, dan polusi udara. 
  • Mengonsumsi suplemen kurkumin. Senyawa aktif pada temulawak dan curcumin memiliki efek antiperadangan dan antioksidan yang membantu memberikan perlindungan untuk organ paru-paru. 
  • Tes darah. Pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar Alpha-1-Antitrypsin juga bisa membantu mengetahui risiko PPOK untuk kondisi genetik. Ini merupakan sejenis protein yang melindungi organ paru dari kerusakan karena peradangan. 

Jika kamu membutuhkan rekomendasi klinik atau laboratorium terbaik untuk melakukan pemeriksaan darah, kamu bisa periksa kesehatan dengan melalui aplikasi Halodoc. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang untuk memudahkan kamu mendapatkan solusi kesehatan terlengkap.

Referensi:
Everyday Health. Diakses pada 2023. A Guide to Prevention and Treatment.
Lung. Diakses pada 2023. Treating COPD.
Mayo Clinic. Diakses pada 2023. COPD.