3 Komplikasi Kehamilan Ektopik yang Perlu Diwaspadai
Halodoc, Jakarta - Kehamilan ektopik terjadi ketika seorang wanita hamil, tapi sel telur berada di luar lokasi seharusnya di lapisan dalam rahim. Sel telur tidak dapat berkembang secara normal, dan wanita hamil kemungkinan akan menghadapi konsekuensi serius.
Kebanyakan kehamilan ektopik terjadi di tuba falopi, tapi bisa juga terlahir di leher rahim, ovarium, atau di rongga perut. Pada kehamilan normal, pembuahan terjadi di saluran tuba, yaitu tempat sel telur bertemu dengan sel sperma. Telur yang telah dibuahi kemudian masuk ke dalam rahim dan ditanamkan ke dalam lapisan rahim. Embrio berkembang menjadi janin dan tetap berada di dalam rahim sampai lahir. Perlu kamu waspadai, bahwa kehamilan ektopik bisa berakibat fatal dan menimbulkan komplikasi.
Baca juga: Inilah Fakta Mengenai Kehamilan Ektopik
Komplikasi Kehamilan Ektopik yang Dapat Terjadi
Kehamilan ektopik bisa berakibat fatal jika tidak mendapatkan perawatan yang tepat. Misalnya, falopi bisa pecah, menyebabkan perdarahan internal perut, syok, dan kehilangan darah yang serius. Komplikasi kehamilan ektopik lebih mungkin terjadi jika diagnosis atau pengobatan tidak segera dilakukan (ditunda), atau jika kondisinya tidak diketahui (belum terdiagnosis).
- Perdarahan Internal. Seorang wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik dan tidak menerima diagnosis atau pengobatan tepat waktu lebih mungkin mungkin mengalami perdarahan internal yang parah. Kondisi ini dapat menyebabkan syok dan dampak yang serius.
- Kerusakan Tuba Falopi: Menunda pengobatan juga dapat menyebabkan kerusakan tuba falopi, secara signifikan meningkatkan risiko kehamilan ektopik di masa mendatang.
- Depresi: Hal ini dapat terjadi akibat perasaan berduka karena keguguran dan mengkhawatirkan kehamilan di masa depan.
Penting untuk diingat bahwa kehamilan dapat terjadi lagi bahkan jika tuba falopi diangkat. Jika kedua tuba diangkat, fertilisasi in-vitro (IVF) masih menjadi pilihan jika seorang wanita ingin hamil.
Baca juga: Hamil Tetapi Enggak Punya Embrio, Kok Bisa?
Penanganan Kehamilan Ektopik yang Harus Segera
Untuk mengetahui apakah kehamilan normal atau tidak, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan, yaitu tes kehamilan dan pemeriksaan panggul. Dokter mungkin akan melakukan USG untuk melihat rahim dan saluran tuba.
Jika seorang wanita memang mengalami kehamilan ektopik, maka sel telur yang dibuahi tidak akan bertahan hidup diluar rahim. Dokter perlu mengeluarkannya supaya kamu tidak mengalami masalah kesehatan yang serius. Dokter akan menggunakan salah satu dari dua metode penanganan, yaitu pengobatan atau operasi.
- Pengobatan
Jika tuba falopi kamu belum pecah dan kehamilan belum berlangsung lama, dokter dapat memberikan suntikan metotreksat (Trexall). Ini dapat menghentikan sel untuk tumbuh.
- Operasi
Pada kasus lain, seorang wanita yang mengalami kehamilan ektopik mungkin memerlukan operasi. Tindakan yang paling umum dilakukan yaitu laparoskopi. Dokter akan membuat sayatan sangat kecil di perut bagian bawah dan memasukkan tabung tipis dan fleksibel yang disebut laparoskop untuk menghilangkan kehamilan ektopik.
Jika tuba falopi kamu rusak, dokter mungkin akan melepaskan tabung laparoskop. Jika kamu mengeluarkan banyak darah atau dokter menduga tuba falopi pecah, kamu mungkin memerlukan operasi darurat dengan sayatan yang lebih besar. Ini disebut laparotomi.
Baca juga: Inilah Bedanya Hamil Anggur dan Hamil di Luar Kandungan
Setelah menghadapi kehamilan ektopik, mungkin akan sulit bagi kamu untuk mengalami kehamilan biasa setelahnya. Pertimbangkan untuk berbicara dengan dokter spesialis melalui aplikasi Halodoc, terutama jika saluran tuba kamu sudah diangkat.
Diskusikan pula dengan dokter tentang berapa lama kamu harus menunggu sebelum mencoba kehamilan berikutnya. Beberapa dokter menyarankan untuk memberi jeda setidaknya 3 bulan agar tubuh punya waktu untuk pulih.
Referensi: