3 Kelainan Darah yang Berhubungan dengan Sel Darah Merah

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   04 September 2019
3 Kelainan Darah yang Berhubungan dengan Sel Darah Merah3 Kelainan Darah yang Berhubungan dengan Sel Darah Merah

Halodoc, Jakarta - Darah yang mengalir di dalam tubuh manusia tersusun dari beberapa komponen, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), plasma darah, dan trombosit (keping darah). Jika salah satu dari komponen-komponen tersebut mengalami kelainan, akan ada berbagai gejala yang terjadi pada tubuh. Nah, dalam pembahasan ini, akan dibahas beberapa jenis kelainan darah yang berhubungan dengan sel darah merah. 

1. Anemia

Anemia merupakan kelainan sel darah merah yang paling umum terjadi. Kelainan ini terjadi karena jumlah sel darah merah dalam tubuh terlalu rendah, sehingga tubuh tidak mendapatkan suplai darah yang kaya akan oksigen. Akibatnya, tubuh akan mengalami berbagai gejala, seperti: 

  • Tubuh sering merasa lemah atau lelah, terutama saat berolahraga.

  • Selalu merasa mudah marah.

  • Sakit kepala.

  • Sulit berkonsentrasi atau berpikir.

  • Pusing ketika berdiri sekaligus dari posisi duduk atau berbaring.

  • Warna kulit pucat.

  • Sesak napas.

Baca juga: Idiopathic Thrombocytopenic Purpura, Kelainan Darah Penyebab Memar

Jika kamu mengalami berbagai gejala tersebut, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter, agar penanganan bisa dilakukan sesegera mungkin. Sekarang, diskusi dengan dokter juga bisa dilakukan di aplikasi Halodoc, lho. Lewat fitur Chat atau Voice/Video Call, kamu bisa obrolkan langsung apapun yang ingin kamu tanyakan seputar anemia atau gangguan kesehatan lainnya.

Anemia juga terbagi menjadi beberapa jenis, berdasarkan penyebabnya, yaitu:

  • Anemia defisiensi besi.

  • Anemia pernisiosa (defisiensi vitamin B12).

  • Anemia karena penyakit kronis.

  • Anemia hemolitik autoimun.

  • Anemia aplastik.

  • Anemia megaloblastik.

  • Anemia sel sabit.

  • Anemia karena Thalasemia.

  • Anemia defisiensi folat.

2. Malaria

Malaria adalah penyakit kelainan darah berbahaya yang disebabkan oleh parasit yang dibawa oleh nyamuk Anopheles. Parasit ini dapat masuk ke dalam tubuh lewat gigitan nyamuk, yang kemudian menginfeksi sel darah merah dan merusaknya. 

Baca juga: Serupa Tapi Tak Sama, Ini Perbedaan Kurang Darah & Darah Rendah

Penyakit malaria ditandai dengan gejala menggigil yang disertai dengan demam dan berkeringat banyak. Namun, ada beberapa gejala lain yang juga dapat dialami pengidap penyakit kelainan darah ini, yaitu:

  • Demam yang bersifat periodik. Hal ini terjadi karena pecahnya skizon yang mengeluarkan berbagai antigen. Proses pematangan skizon berbeda tiap jenis plasmodium, yang dapat dibagi menjadi: P. falciparum (demam hampir setiap hari); P. vivax/ovale (demam setiap 3 hari/tertiana); dan P. malariae (demam setiap 4 hari/kuartana).

  • Splenomegali. Merupakan gejala malaria kronik yang ditandai dengan pembesaran limfa. 

  • Anemia. Terjadi akibat pecahnya eritrosit yang terinfeksi maupun tidak.

  • Ikterus. Terjadi karena hemolysis dan gangguan hepatik.

  • Gejala sistemik lainnya, seperti sakit kepala, mual muntah, nyeri otot.

3. Polisitemia Vera

Polisitemia vera merupakan kelainan sel darah merah yang ditandai oleh terlalu banyaknya produksi sel darah merah pada sumsum tulang belakang. Kondisi ini dapat memicu pembekuan darah yang kemudian menghambat aliran darah. 

Baca juga: Biar Sehat, Ini 5 Makanan yang Baik untuk Penambah Darah

Gejala polisitemia vera umumnya tidak disadari oleh pengidapnya, karena penyakit kelainan darah ini dapat berkembang selama bertahun-tahun tanpa menimbulkan gejala. Namun, pada beberapa pengidap, ada beberapa gejala yang mungkin muncul, seperti:

  • Nyeri kepala.

  • Pusing.

  • Lemah, letih, dan lesu.

  • Pandangan kabur.

  • Produksi keringat berlebih.

  • Gatal pada kulit terutama setelah mandi.

  • Nyeri dan bengkak pada satu sendi, yang paling sering pada jempol kaki.

  • Sesak napas.

  • Sensasi baal, kesemutan, rasa terbakar, atau kelemahan pada tangan maupun kaki.

  • Demam.

  • Perut kembung, begah dan terasa penuh akibat pembesaran limfa.

  • Perdarahan minor, seperti munculnya memar pada kulit.

  • Penurunan berat badan signifikan yang tidak direncanakan.

Polisitemia vera merupakan kondisi kronis yang umumnya tidak dapat disembuhkan. Penanganan medis yang dilakukan biasanya difokuskan untuk mengurangi jumlah sel darah yang berada di dalam tubuh pengidap, guna menurunkan risiko terjadinya komplikasi.

Referensi:
WebMD. Diakses pada 2019. Blood Disorder Types and Treatment.
Healthline. Diakses pada 2019. Blood Disease: White and Red Blood Cell, Platelets and Plasma.
Medical News Today. Diakses pada 2019. What Types of Blood Disorder Are There?