3 Hal yang Menjadi Pantangan pada Pengidap Thalasemia
Penderita thalasemia beresiko alami kelebihan zat besi pada tubuh. Kondisi ini umumnya terjadi akibat transfusi darah bagi pengidap thalasemia mayor. Namun, penderita thalasemia minor juga rentan mengalami kondisi ini. Maka, ada beberapa hal yang harus dijadikan pantangan untuk menghindarinya.
Halodoc, Jakarta – Thalasemia adalah kelainan darah yang bersifat genetis di mana pengidapnya rentan untuk mengalami kelebihan zat besi. Seringkali hal ini diakibatkan oleh transfusi darah sebagai prosedur pengobatan thalasemia mayor. Namun, siapa sangka, pengidap thalasemia ringan atau minor juga masih beresiko menyerap zat besi heme (hewani) dari makanan secara berlebihan. Kandungan zat besi yang berlebihan pada tubuh dapat menyebabkan keracunan. Alhasil, kondisi tersebut bisa menimbulkan masalah pada organ vital seperti hati dan jantung.
Maka dari itu, orang dengan thalasemia tentunya perlu memperhatikan asupan gizinya. Sebab banyak sumber makanan yang kaya akan zat besi heme dan harus dijadikan pantangan bagi para pengidap thalasemia. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus dihindari, antara lain:
- Konsumsi Jenis Sayuran dan Kacang Tertentu
Sayuran memang salah satu sumber makanan yang memiliki banyak manfaat. Namun, ada beberapa jenis sayuran yang harus dihindari oleh para pengidap anemia. Seperti contohnya sayuran berdaun hijau seperti brokoli, kubis, hingga bayam. Alasannya tidak lain karena kadar zat besinya nonheme yang sangat kaya.
Selain sayuran, ada beberapa jenis kacang-kacangan yang juga menjadi pantangan bagi penderita thalasemia. Seperti kacang polong, kacang merah, kacang hitam, buncis, hingga kedelai, sebagai jenis kacang yang mengandung kadar besi tertinggi. Selain itu produk olahan berbahan dasar kacang seperti selai juga harus dihindari oleh para pengidap thalasemia.
- Konsumsi Daging Merah Berlebihan
Daging memang menjadi sumber protein hewani yang dibutuhkan oleh tubuh setiap harinya. Namun, sebaiknya para pengidap thalasemia mengurangi atau bahkan menghindari konsumsi daging merah. Contohnya, seperti daging kambing, daging babi, hingga daging sapi. Perlu diketahui, penumpukan kadar zat besi dalam tubuh dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit hati, seperti hepatitis dan sirosis hati. Namuni, guna menjamin kebutuhan protein pada tubuh terpenuhi, pengidap thalasemia masih bisa mendapatkan asupan protein melalui telur, ikan, keju, tahu, tempe dan susu.
Baca juga: Thalasemia Bisa Sebabkan Gagal Jantung, Ini Penyebabnya
- Konsumsi Vitamin C dan Makanan Kayai Zat Besi
Vitamin C adalah salah satu nutrisi penting untuk asupan gizi penderita thalasemia. Vitamin ini berfungsi untuk membantu perbaikan dan pertumbuhan sel-sel gigi, tulang, dan kulit, serta membantu memelihara daya tahan dan kekebalan tubuh. Namun, ada hal yang harus dihindari saat mengonsumsi vitamin C bagi pengidap Thalasemia.
Konsumsi aneka makanan yang kaya akan vitamin C bersamaan dengan sumber makanan yang tinggi akan zat besi secara bersamaan, dapat menimbulkan penyerapan zat besi yang berlebihan pada tubuh. Ada beberapa jenis makanan yang memiliki kadar vitamin C tinggi, seperti jeruk, jambu batu (guava) hingga plum.
Meski begitu, thalasemia sendiri terbagi dalam beberapa jenis, sehingga penderitanya perlu mengkonsultasikan ke dokter terlebih dahulu. Agar bisa mendapatkan pola diet dan makan yang tidak mengganggu kesehatan pengidapnya. Jika pengidap adalah anak-anak maka orangtua diharapkan untuk mencoba banyak ragam resep baru dengan bahan-bahan rendah zat besi.Tujuannya, agar anak tidak cepat bosan dan kebutuhan akan asupan gizinya terpenuhi dengan baik.
Baca juga: Pengidap Thalasemia Dilarang Makan Daging Sapi, Mitos atau Fakta?
Apakah Thalasemia Bisa Disembuhkan?
Hingga saat ini thalasemia belum dapat disembuhkan. Meski begitu, pengidap thalasemia juga tetap bisa bugar dalam menjalani aktivitasnya dengan normal melalui berbagai perawatan dan diet khusus yang dilakukan. Lalu, adakah cara mencegah penyakit akibat kelainan genetik ini?
Agar thalasemia tak diturunkan ke anak, sebaiknya pasangan yang akan menikah perlu berkonsultasi dengan dokter. Apalagi bila salah satu pasangan atau keduanya memiliki anggota keluarga pengidap thalasemia. Terdapat beberapa upaya yang bisa dilakukan, yaitu:
- Melakukan skrining thalassemia.
- Konsultasi genetik.
- Pemeriksaan prenatal.
- Tes darah bagi pasangan yang merencanakan kehamilan. Untuk melihat nilai hemoglobin dan profil sel darah merah dalam tubuh mereka.
Selain itu, jangan lupa untuk rutin memeriksakan diri ke dokter jika kamu adalah pengidap thalasemia. Karena bila tidak ditangani dengan baik, thalasemia bisa memicu berbagai penyakit berbahaya seperti salah satunya gagal jantung. Kondisi tersebut disebabkan oleh kelebihan zat besi sehingga memicu kelainan pada otot jantung atau kardiomiopati.
Baca juga: Kenali Perbedaan pada setiap Jenis Thalasemia
Jika kamu memiliki pertanyaan seputar Thalasemia, atau keluhan kesehatan lainnya, kamu bisa bertanya langsung pada dokter melalui Chat/Video Call di aplikasi halodoc. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang di App Store atau Google Play!
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Thalasemia.
Healthline. Diakses pada 2021. Thalassemia.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan