10 Gejala Gangguan Tidur Obstructive Sleep Apnea (OSA)
Halodoc, Jakarta - Gangguan tidur sebenarnya bukan cuma seputar insomnia saja. Apa kamu pernah mendengar obstructive sleep apnea (OSA)? Obstructive sleep apnea membuat seseorang berhenti bernapas untuk sementara saat tertidur. Seseorang yang mengalami kondisi ini bakal kekurangan oksigen dan berkali-kali terjaga, bahkan terbangun karena merasa tercekik.
Gangguan ini tak terjadi sekali dua kali saja, tapi bisa sampai 30 kali. Wah, cukup gawat, ya? Nah, pertanyaannya, seperti apa gejala obstructive sleep apnea yang dialami pengidapnya?
Baca juga: Ketahui 3 Penanganan Obstructive Sleep Apnea
Mendengkur Keras sampai Sakit Kepala
Seseorang yang mengalami obstructive sleep apnea biasanya mengalami beragam gejala, seperti:
- Mendengkur dengan sangat keras.
- Mendengkur diselingi oleh hening yang lama saat napas terhenti.
- Keheningan diikuti dengan dengusan dan napas yang keras saat mencoba bernapas.
- Pola ini berulang sepanjang malam.
- Tersedak, atau terengah-engah saat tidur.
Pada beberapa kasus, gejala obstructive sleep apnea juga meliptui:
6.Mengantuk secara berlebihanan di siang hari
7.Bangun dengan mulut kering atau sakit tenggorokan
8.Mengalami perubahan suasana hati, seperti depresi atau mudah tersinggung.
9.Kesulitan berkonsentrasi pada siang hari
10.Sakit kepala di pagi hari
Kebanyakan pengidap OSA tidak mengetahui kalau pernapasan mereka mulai dan berhenti saat tertidur. Biasanya anggota keluarga atau orang yang tidur dengan pengidap OSA akan mendengar dengkuran keras, bahkan dengkuran cukup keras untuk didengar melalui dinding.
Nah, bagi kamu yang mengalami gejala-gejala di atas, segera temui dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Kamu bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc.
Baca juga: Susah Tidur? Ini yang Perlu Dilakukan
Gejalanya sudah, bagaimana dengan penyebabnya?
Dipicu Beragam Faktor Risiko
Mau tahu apa yang penyebab obstructive sleep apnea? Kondisi ini terjadi ketika otot di belakang tenggorokan rileks dan memblokir saluran napas. Saat terjadi pemblokiran udara sebagian atau sepenuhnya, maka kadar oksigen dalam darah dapat menurun karena penghentian pernapasan (10-20 detik).
Nah, kurangnya oksigen menyebabkan otak menjadi ‘panik’ dan membangunkan tubuh untuk bernapas kembali. Selain itu, ada pula beberapa faktor yang memicu terjadinya OSA, antara lain:
- Distribusi lemak di perut.
- Jenis kelamin, OSA paling sering dialami oleh laki-laki.
- Umur, seiring bertambahnya usia, semakin besar juga risiko mengalami OSA.
- Perokok.
- Deformitas struktural, penyempitan saluran napas.
- Pecandu alkohol.
- Pengguna obat-obat penenang.
- Tidur telentang.
- Pembesaran amandel atau adenoid pada anak-anak.
- Kondisi medis tertentu seperti hipertensi, asma, atau diabetes.
Hati-hati, jangan sekali-kali memandang remeh gangguan tidur yang satu ini. Pasalnya, dalam beberapa kasus obstructive sleep apnea bisa menimbulkan komplikasi, salah satunya masalah kardiovaskular.
Alasannya, penurunan kadar oksigen dalam darah yang terjadi secara tiba-tiba akibat OSA, dapat meningkatkan tekanan darah dan membebani sistem kardiovaskular.
Baca juga: Gangguan Tidur Sleep Apnea, Bisa Sebabkan Penyakit Jantung dan Stroke
Makanya jangan heran bila banyak pengidap obstructive sleep apnea juga mengidap tekanan darah tinggi. Nah, kondisi ini yang nantinya bisa berujung pada risiko penyakit jantung.
Semakin parah OSA, maka semakin besar meningkatnya risiko penyakit arteri koroner, serangan jantung, gagal jantung, dan stroke. Jadi, apabila terjadi gejala OSA, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter, ya!