Anak Kena Prank Orangtua, Ini Dampak Negatifnya
Halodoc, Jakarta - Sebagai anak, tentu mereka membutuhkan rasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan orangtuanya. Sebab, hanya orangtualah yang dianggapnya mampu memberikan kehangatan dan perlindungan dalam situasi apapun. Orangtua tentu juga menjadi sosok yang paling dipercayai anak untuk meningkatkan rasa nyaman dan aman.
Bagaimana jika orangtua justru gemar menjahili saat bercanda dengan anak, bahkan sampai membohongi anaknya sendiri? Meskipun sebenarnya tujuannya hanya untuk lucu-lucuan. Seperti yang dilakukan oleh public figure Nagita Slavina kepada anaknya Rafatar di kanal Youtube-nya. Ia sengaja melakukan prank (gurauan) dengan membohongi sang buah hati.
Baca juga: Anak Jahil Bukan berarti Nakal, Ini yang Harus Dilakukan
Dalam video tersebut, jelas sekali terlihat betapa sedihnya sang anak menerima kebohongan orangtuanya. Ketika orangtua berbohong (meski bergurau), hal ini tetap saja menyakiti perasaan mereka dalam beberapa waktu.
Di saat hal tersebut terjadi, anak akan meragukan dirinya sendiri. Sejatinya, anak menjadikan orangtua sebagai panutan, terutama ketika membedakan mana yang baik dan tidak baik. Dengan kata lain, anak mempercayai orangtuanya sebagai sumber informasi yang akurat dan dapat diandalkan. Namun, ketika anak diberitahu bahwa kebenarannya adalah sebuah kebohongan, ia akan ragu dan mengalami krisis kepercayaan terhadap dunia di luar rumahnya.
Maka jangan heran, jika setelah kamu melakukan kejahilan yang cukup berbahaya, seperti berbohong, sang anak akan membenci orangtuanya. Bahkan, Si Kecil tidak akan lagi mempercayai orangtuanya sebagai panutan.
Baca juga: Mengurangi Risiko Cemburu Sang Kakak pada Adik
Selain itu, setelah sang anak mengetahui bahwa orangtuanya menjahilinya dengan cara berbohong, anak akan menganggap apa yang dilakukan orangtuanya itu boleh dilakukan, padahal tidak. Sebagai dampaknya, di kemudian hari ia pun akan meniru apa yang dilakukan oleh orangtuanya. Bisa jadi mereka mengeksplornya menjadi lebih “hebat”.
Akibatnya, kelak sang anak memiliki perilaku buruk. Perilaku buruk pada anak memang disebabkan oleh banyak hal. Bisa jadi ada hal yang tidak dapat anak ungkapkan, sehingga membuat ia cenderung melampiaskannya dengan cara yang negatif atau tidak tepat. Untuk itu, ada baiknya orangtua memberikan cara bergurau yang memang menyenangkan hati anak dan membuatnya bahagia. Bukan sebaliknya, yaitu membuat hatinya sedih dan menangis.
Pertumbuhan Mental Anak yang Utama
Tumbuh kembang anak harus diperhatikan sejak dini. Termasuk pertumbuhan mental dan psikisnya, terutama dalam hal memahami pemikiran dan emosi pada anak yang sering dilalaikan.
Orangtua tidak boleh semena-mena dan berperilaku menyepelekan dalam mendidik anak. Berikanlah ruang bagi mereka untuk dapat mengekspresikan diri dengan emosi dan pemikiran yang baik. Apabila orangtua tidak konsisten dalam menjalankan pola asuh anak, akan ada berbagai dampak buruk bagi anak. Salah satunya adalah perilaku manipulatif.
Perasaan yang harus dimiliki oleh seorang anak adalah rasa aman, terutama dari orangtuanya. Apabila rasa aman sudah terbentuk antara anak dan orangtua, sang buah hati tidak akan takut pada orangtua. Dengan begitu, ia pun akan memiliki rasa percaya saat ia harus mengungkapkan isi hati dan pikirannya pada orangtua sampai ia tumbuh dewasa nanti. Hubungan antara orangtua dan anak pun akan terjalin dengan baik. Di saat itulah orangtua dapat memahami pikiran dan emosinya.
Baca juga: Hai Gengs, Mengganggu Temanmu yang Phobia Sama Sekali Tidak Lucu. Ini Alasannya
Nah, ternyata dalam bergurau atau bercanda dengan anak juga perlu hati-hati, ya. Kamu juga bisa lho berdiskusi dengan psikolog melalui aplikasi Halodoc mengenai pola asuh anak yang baik. Diskusi dengan psikolog di Halodoc dapat dilakukan via Chat atau Voice/Video Call kapan dan di mana saja. Saran dapat diterima secara praktis dengan download aplikasi Halodoc di Google Play atau App Store sekarang juga!