Alergi Susu Bisakah Disembuhkan?
"Alergi susu terjadi saat sistem kekebalan tubuh bayi mengira protein dalam susu bayi adalah ancaman. Sistem kekebalan tubuh pada bayi kemudian melawan protein tersebut dan menyebabkan reaksi alergi seperti muntah, gatal-gatal, ruam kering, suara napas berat dan berbunyi, serta gangguan pencernaan seperti diare. Namun, seiring berjalannya waktu, alergi susu pada bayi dan anak mungkin bisa sembuh."
Halodoc, Jakarta - Alergi susu adalah suatu kondisi saat sistem imunitas tubuh memberikan respons yang berlebihan terhadap kandungan protein di dalam susu. Senyawa yang paling sering menyebabkan kondisi ini adalah protein alpha S1-casein dalam susu sapi. Alergi susu tercatat sebagai salah satu hipersensitivitas yang paling umum terjadi pada bayi dan anak-anak.
Susu sapi adalah penyebab utama reaksi alergi pada anak kecil dan salah satu dari delapan makanan yang bertanggung jawab atas 90 persen alergi anak. Tujuh lainnya adalah telur, kacang tanah, kacang pohon, kedelai, ikan, kerang, dan gandum.
Selain itu, alergi susu terkadang disalah artikan sebagai intoleransi laktosa karena mereka sering berbagi gejala. Padahal, kedua kondisi tersebut sangat berbeda. Intoleransi laktosa terjadi ketika seseorang kekurangan enzim (laktase) untuk memetabolisme laktosa (gula susu) di usus.
Lantas, bisakah alergi susu pada anak disembuhkan? Cari tahu jawabannya melalui ulasan berikut!
Baca juga: 5 Hal yang Bisa Dilakukan jika Anak Alergi Susu
Bisakah Alergi Susu Sapi Hilang?
Pada pengidap alergi susu, sistem imun yang bertugas sebagai pelindung tubuh dari kuman dan ancaman lainnya justru menggunakan antibodi untuk melawan protein pada susu yang dianggap sebagai suatu zat yang berbahaya.
Hal ini terjadi karena sistem imun yang dimiliki oleh bayi masih imatur dan rentan terhadap alergen. Selain itu, sistem kekebalan tubuh pada bayi akan melawan protein yang terdapat dalam susu sapi dan akan menimbulkan reaksi alergi seperti muntah, gatal-gatal, ruam kering, suara napas berat dan berbunyi (mengi), serta gangguan pencernaan seperti diare.
Muntah setelah makan merupakan cara paling umum seorang bayi untuk menunjukkan alergi pada susu sapi. Reaksi yang lebih parah juga bisa terjadi. Menangis, kembung, dan kolik juga dapat menjadi satu-satunya manifestasi alergi susu sapi pada bayi. Sebagian besar anak dengan alergi susu sapi juga alergi terhadap susu kambing atau domba. Jadi, kedua susu tersebut bukanlah pengganti susu yang harus dikonsumsi oleh anak.
Untungnya, alergi susu sapi ini dapat sembuh seiring dengan pertumbuhan anak. Matangnya sistem kekebalan tubuh akan terjadi seiring dengan pertumbuhannya.
Namun, jika kamu cukup khawatir akan kondisi anak yang alami alergi susu, tidak ada salahnya melakukan pemeriksaan di rumah sakit. Kini kamu juga bisa buat janji di Halodoc untuk bertemu dokter spesialis anak di rumah sakit. Dengan Halodoc, kamu jadi tak perlu lagi antre dan buang waktu untuk menunggu lama di rumah sakit.
Baca juga: 7 Tanda Mengenali Alergi Susu pada Anak
Hal yang Harus Dilakukan saat Anak Mengalami Alergi Susu Sapi
Susu dan makanan yang berasal dari susu merupakan sumber penting kalsium, sebuah mineral yang penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi yang kuat, fungsi otot dan saraf, serta kesehatan sistem tubuh. Berikut merupakan beberapa hal yang bisa dilakukan, apabila Si Kecil positif mengidap alergi pada susu sapi:
- Hindari produk olahan susu jika anak masih mengkonsumsi ASI. Sebab, protein dalam susu sapi akan menyebabkan alergi dapat menyatu ke dalam ASI dan akan berbahaya jika diminum oleh anak.
- Hindari makanan yang mengandung susu sapi, seperti keju, yoghurt, dan lainnya.
- Jika anak alergi susu sapi formula, maka ganti susu sapi yang dikonsumsi dengan susu berbahan dasar kedelai.
- Jika anak alergi terhadap susu formula berbahan dasar kedelai, biasanya dokter akan menyarankan untuk memberikan susu formula hipoalergenik.
Baca juga: 5 Tips Memilih Susu Formula untuk Bayi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak yang tidak mengonsumsi susu sapi cenderung mengalami kekurangan vitamin D. Namun, ibu tidak perlu khawatir, karena hal ini bisa disiasati dengan dengan memberikan makanan yang kaya akan vitamin D, serta mengandung kalsium dan protein. Makanan yang kaya akan vitamin D antara lain brokoli, bayam, ikan salmon, tuna, telur, dan sarden.
Selain itu, ibu juga bisa mengajak Si Kecil untuk bermain di luar ruangan pada pagi hari agar terkena paparan sinar matahari. Pada saat terpapar sinar ultraviolet V (UVB), tubuh anak akan membentuk vitamin D. Lakukan kegiatan ini kurang lebih selama 10-15 menit, sebanyak 3 kali dalam seminggu. Kegiatan tersebut sudah cukup untuk membuat Si Kecil mendapatkan cukup vitamin D.