Alasan Diabetes Tipe 2 Bisa Sebabkan Gangguan Testosteron
Halodoc, Jakarta - Testosteron adalah hormon utama pada pria. Hal ini berfungsi untuk mengatur libido atau dorongan seksual pada pria dan pengembangan karakteristik seks pada pria, seperti rambut wajah, tubuh, testis, dan Mr P. Testosteron juga melindungi kesehatan jaringan tulang dan otot.
Kekurangan testosteron dikaitkan dengan banyak kondisi kesehatan kronis, termasuk diabetes mellitus tipe 2 dan gangguan metabolisme lainnya. Secara signifikan, terdapat hubungan yang kuat antara kekurangan testosteron dan diabetes. Disebutkan bahwa 42 persen pria dengan diabetes tipe 2 juga memiliki kadar testosteron yang rendah.
Hubungan antara Diabetes Tipe 2 dengan Gangguan Testosteron
Terdapat hubungan antara kadar testosteron yang rendah (hipogonadisme) dengan diabetes tipe 2. Namun, juga terlihat bahwa kekurangan testosteron adalah umum terjadi pada pria, terlepas dari jenis diabetes yang diidapnya.
Sindrom metabolik adalah suatu kondisi yang ditandai oleh beberapa ketidakseimbangan metabolisme yang terjadi bersamaan. Misalnya pada gangguan metabolisme insulin, obesitas, serta tekanan darah tinggi. Hal tersebut sering mendahului terjadinya diabetes tipe 2, dan juga berhubungan dengan kekurangan testosteron.
Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa pria dengan sindrom metabolik lebih mungkin mengembangkan hipogonadisme dan sebaliknya. Selain itu, juga terdapat hubungan antara kadar testosteron rendah dan resistensi insulin pada pria dengan diabetes tipe 1. Terapi penggantian testosteron telah terbukti meningkatkan metabolisme insulin.
Baca Juga: Pengidap Diabetes Tipe 2 Tidak Perlu Sering Cek Kadar Gula
Resistensi Insulin Dapat Pengaruhi Kadar Testosteron
Produksi testosteron memengaruhi pria yang mengidap diabetes karena memiliki konsentrasi glukosa yang lebih tinggi pada darah dibanding orang normal. Ketika kadar glukosa darah tinggi, kelenjar hipofisis menghasilkan lebih sedikit LH daripada biasanya. Karena testosteron hanya diproduksi ketika LH dikeluarkan dari hipofisis, hal ini dapat mengurangi jumlah testosteron yang diproduksi oleh tubuh pria.
Hubungan antara diabetes dan gangguan metabolisme insulin saling bergantung, karena keduanya saling memengaruhi satu sama lain. Testosteron rendah adalah faktor risiko diabetes dan sindrom metabolik karena kadar testosteron yang memengaruhi komposisi lemak tubuh, transportasi glukosa, dan cara sel-sel tubuh menggunakan testosteron.
Diabetes juga merupakan faktor risiko hipogonadisme karena dikaitkan dengan peningkatan massa tubuh dan profil hormon yang berubah. Contohnya yaitu berkurangnya LH akibat kadar glukosa darah tinggi, yang pada gilirannya dapat mengurangi kadar testosteron.
Baca Juga: 6 Komplikasi Akibat Diabetes Tipe 2
Testosteron telah terbukti dapat memengaruhi bagaimana tubuh seseorang dapat menimbun lemak. Lemak tubuh dapat disimpan dengan baik sebagai lemak subkutan, yaitu lemak yang disimpan tepat di bawah kulit atau sebagai lemak visceral, yang disimpan di sekitar organ perut.
Lemak visceral telah terbukti berhubungan erat dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2 serta penyakit jantung, penyakit alzheimer, dan kanker. Penelitian menyebutkan bahwa kadar testosteron yang rendah pada pria terkait dengan peningkatan endapan lemak visceral, yang mengarah pada resistensi insulin dan diabetes tipe 2.
Sebaliknya, hal tersebut lebih tinggi dari kadar testosteron normal yang dikaitkan dengan peningkatan penyimpanan lemak visceral pada wanita. Sementara penelitian telah menunjukkan hubungan antara testosteron dan resistensi insulin, para peneliti masih perlu mengungkap lebih lanjut tentang bagian yang dimainkan kadar testosteron dalam pengembangan diabetes tipe 2.
Baca Juga: Tetap Sehat Meski Mengidap Diabetes Tipe 2
Itulah pembahasan tentang gangguan testosteron dengan diabetes tipe 2. Jika kamu mempunyai pertanyaan perihal gangguan tersebut, dokter dari Halodoc siap membantu. Caranya yaitu dengan download aplikasi Halodoc di smartphone kamu!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan