5 Penyebab Depresi yang Sering Diabaikan

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   17 Februari 2022
5 Penyebab Depresi yang Sering Diabaikan5 Penyebab Depresi yang Sering Diabaikan

“Stres dan depresi menjadi masalah kesehatan mental yang kerap ditemui. Sayangnya, dua gangguan kesehatan ini sering kali tidak mendapatkan perhatian dan penyebabnya pun sering kali diabaikan karena sudah dianggap sebagai kondisi yang lumrah. Padahal, dampaknya bisa sangat serius jika pengidap depresi tidak segera mendapatkan penanganan.”

Halodoc, Jakarta - Depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang berkaitan dengan suasana hati. Kondisi ini mengakibatkan seseorang merasakan sedih dan kehilangan semangat berkepanjangan. Tentunya, dampaknya juga bisa memengaruhi perasaan, perilaku, dan pola pikir pengidapnya. Tak hanya itu, depresi juga bisa memicu berbagai masalah yang berkaitan dengan emosional.

Ini karena pengidap depresi biasanya merasa sedih, kehilangan minat dan ketertarikan pada semua hal yang sebelumnya sangat disukai, merasa putus asa dan tidak berharga, hingga kerap menyalahkan diri sendiri. Sayangnya, penyebab munculnya depresi sering kali diabaikan karena dianggap sebagai hal yang lumrah terjadi. Alhasil, tak sedikit kasus depresi yang tidak mendapatkan penanganan dan berujung pada komplikasi yang lebih membahayakan. 

Berbagai Potensi yang Menyebabkan Munculnya Depresi

Perlu diketahui bahwa depresi juga dikenal sebagai salah satu masalah kesehatan mental yang sangat kompleks. Tidak ada yang mengetahui dengan pasti apa penyebab seseorang mengalami depresi. Namun, para ahli meyakini ada beberapa hal yang bisa menjadi pemicu dan meningkatkan risiko seseorang mengalami depresi, yaitu:

  • Riwayat keluarga. Faktanya, risiko seseorang mengalami depresi ternyata lebih tinggi apabila memiliki riwayat keluarga dengan masalah serupa atau masalah pada suasana hati lainnya. Memiliki sifat yang sangat kompleks, depresi bisa terjadi karena pengaruh banyak gen berbeda yang memberikan dampak kecil daripada gen tunggal yang menyebabkan satu penyakit. Seperti masalah kejiwaan lainnya, genetika yang terkait dengan depresi tidak sesederhana penyakit genetik murni kebanyakan. 
  • Mengalami trauma. Ada peristiwa yang dapat memengaruhi bagaimana cara tubuh merespons berbagai situasi, ketakutan, dan kecemasan yang memicu munculnya stres. Ini biasanya terjadi karena kekerasan secara fisik, seksual, maupun emosional yang meningkatkan kerentanan terhadap muncul kondisi depresi klinis. 
  • Struktur pada otak. Seseorang dengan kondisi lobus frontal pada otak yang kurang aktif lebih berisiko mengalami depresi. Meski begitu, para ahli masih belum mengetahui apakah kondisi tersebut muncul sebelum atau setelah gejala depresi terjadi. 
  • Kondisi medis tertentu. Risiko depresi juga lebih tinggi pada orang-orang dengan kondisi medis tertentu. Misalnya, depresi lebih rentan terjadi sebagai efek samping dari masalah kesehatan kronis, termasuk nyeri, ADHD, dan insomnia.
  • Konsumsi obat tertentu. Adanya riwayat penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang juga meningkatkan risiko terjadinya depresi. Meski begitu, jenis obat resep dari dokter pun bisa memicu hal serupa. Beberapa jenis obat yang dimaksud adalah obat untuk mengatasi jerawat, kortikosteroid, dan obat antivirus jenis interferon-alfa. 

Ketahui Gejala Depresi pada Seseorang

Sayangnya, tidak ada pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk menguatkan diagnosis depresi pada seseorang. Meski begitu, dokter ahli kejiwaan bisa mendapatkan diagnosis dari gejala dan evaluasi kondisi psikologis pengidap. Sebagian besar kasus depresi bisa dikenali dari hal-hal berikut:

  • Nafsu makan.
  • Suasana hati yang dirasakan.
  • Pikiran.
  • Pola tidur.
  • Tingkat aktivitas.

Selain itu, depresi juga bisa dihubungkan dengan kondisi medis lainnya. Jadi, dokter juga bisa melakukan pemeriksaan fisik dan meminta pengidap melakukan pemeriksaan darah. Pasalnya, beberapa kondisi depresi juga dipicu karena masalah tiroid atau defisiensi vitamin D pada tubuh. 

Tentunya, depresi bukan menjadi masalah kejiwaan yang bisa dibiarkan tanpa adanya penanganan. Sebab, hal tersebut bisa memicu banyak sekali komplikasi yang lebih berbahaya, di antaranya:

  • Berat badan meningkat atau turun.
  • Sakit secara fisik.
  • Penyalahgunaan obat terlarang.
  • Serangan panik.
  • Masalah hubungan dengan orang lain.
  • Isolasi diri dari aktivitas sosial.
  • Keinginan untuk melukai diri sendiri bahkan bunuh diri.

Perawatan yang Bisa Dilakukan untuk Mengatasi Depresi

Menjalani hidup dengan kondisi depresi bisa menjadi hal yang sangat sulit. Namun, perawatan yang tepat bisa membantu meningkatkan kualitas hidup pengidap. Pilihan perawatan yang bisa dicoba untuk mengatasi depresi, seperti:

  • Mengonsumsi obat antidepresan, antiansietas, dan antipsikotik. Semuanya sudah pasti harus berdasarkan resep dokter. 
  • Menjalani psikoterapi. Ceritakan apa yang kamu rasakan kepada ahlinya untuk membantu meringankan beban dan mengatasi perasaan negatif yang muncul dengan cara yang lebih positif. Sesi terapi keluarga dan kelompok juga cukup efektif untuk mengatasi gejala depresi.
  • Terapi cahaya yang dilakukan dengan pemberian cahaya putih diyakini mampu membantu mengatur suasana hati. Terapi ini biasanya dipakai pada pengidap gangguan afektif musiman atau gangguan depresi mayor dengan pola musiman. 
  • Rutin berolahraga. Tidak hanya membuat tubuh lebih sehat, rutin berolahraga setidaknya 30 menit setiap hari juga bisa membantu meningkatkan produksi hormon endorfin pada tubuh. Hormon tersebut berperan penting dalam meningkatkan suasana hati. 
  • Melakukan perawatan terhadap diri sendiri juga menjadi cara yang cukup efektif untuk mengatasi depresi. Cara ini termasuk mengonsumsi makanan sehat dan bergizi, menjauhi orang-orang dengan pembawaan sifat yang negatif, cukup istirahat, dan ikut serta dalam berbagai aktivitas yang kamu sukai.

Jadi, jika kamu merasa ada gejala yang mengarah pada depresi, segera lakukan penanganan. Kamu bisa buat janji dengan dokter di rumah sakit terdekat, lebih mudah dengan menggunakan aplikasi Halodoc. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang!

Referensi:
Healthline. Diakses pada 2022. Everything You Want to Know About Depression.
Web MD. Diakses pada 2022. Causes of Depression.
Harvard Health Publishing. Diakses pada 2022. What Causes Depression?