5 Hal yang Harus Dihindari Saat Batuk Rejan Kambuh

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   04 Oktober 2018
5 Hal yang Harus Dihindari Saat Batuk Rejan Kambuh5 Hal yang Harus Dihindari Saat Batuk Rejan Kambuh

Halodoc, Jakarta - Ketika seseorang mengalami batuk untuk waktu yang lama, kemungkinan ia mengidap batuk rejan. Batuk rejan atau disebut dengan pertusis adalah infeksi pada paru-paru dan saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri yang mudah menular melalui udara. Batuk jenis ini mungkin saja mengancam nyawa ketika terjadi pada lansia dan anak-anak, terutama bayi yang belum bisa atau belum mendapatkan vaksin pertusis.

Kondisi ini disebabkan oleh bakteri bordetella pertussis dan menyebar dengan cepat ke banyak orang, karena penularannya melalui udara. Bakteri tersebut biasanya keluar melalui cairan ketika pengidap batuk atau bersin, dan berterbangan di udara. Gejalanya adalah batuk parah yang dibarengi dengan suara tarikan napas dengan nada tinggi.

Salah satu cara tubuh untuk bereaksi terhadap racun yang telah dilepaskan bakteri tersebut yaitu dengan membuat saluran napas menjadi bengkak. Saluran napas yang bengkak membuat seseorang yang mengalami batuk rejan harus menarik napas dalam-dalam karena sulit bernapas.

Batuk rejan dapat membuat pengidapnya mengalami kekurangan oksigen pada darah. Batuk tersebut dapat menyebabkan berbagai komplikasi, salah satunya yaitu pneumonia. Batuk ini juga dapat menyebabkan tulang rusuk mengalami luka, dikarenakan batuk yang sangat keras. Kondisi ini dapat menyebabkan gagal napas yang berakhir pada kematian.

Hal-Hal yang Harus Dihindari ketika Batuk Rejan Kambuh

Ketika kamu merasakan batuk rejan kambuh, ada beberapa hal yang harus dihindari agar batuk tersebut tidak semakin parah. Hal-hal tersebut adalah:

1. Makanan Pedas

Hal yang harus dihindari ketika batuk rejan kambuh yaitu tidak mengonsumsi makanan yang pedas. Memang kebanyakan orang beranggapan bahwa beberapa penyakit seperti flu atau pilek sangat disarankan untuk makan makanan yang pedas. Namun untuk pengidap batuk rejan, kamu harus benar-benar menghindarinya dan jangan pernah mencobanya ketika kamu masih dalam keadaan batuk. Hal itu akan membuat radang tenggorokan menjadi semakin parah, karena juga menimbulkan iritasi pada tenggorokan.

2. Merokok

Merokok juga harus dihindari oleh pengidap batuk rejan. Seseorang yang tetap memaksa untuk merokok ketika mengidap batuk rejan, maka kebiasaan tersebut akan membuatnya jadi mengidap penyakit yang lebih parah, seperti bronkitis atau pneumonia. Selain itu, kebiasaan merokok juga akan menimbulkan iritasi pada lapisan tenggorokan. Ketika telah masuk tahap parah, hal tersebut dapat menyebabkan kanker.

3. Yoghurt

Seseorang yang mengidap batuk rejan harus menghindari yoghurt atau apa pun yang berasal dari olahan susu. Produk olahan susu ini memang sudah menjadi makanan favorit, karena mengandung banyak protein serta mineral yang baik untuk kesehatan tubuh. Namun untuk pengidap batuk rejan, dianjurkan untuk tidak mengonsumsi yoghurt karena terbukti bahwa produk tersebut hanya akan membuat lendir atau dahak semakin banyak.

4. Gorengan

Semua orang tahu bahwa seseorang yang mengidap batuk dan bahkan batuk rejan tidak diperbolehkan untuk makan gorengan. Gorengan hanya akan memperburuk kondisi kamu dengan cara membuat tenggorokan semakin mengalami peradangan. Sekali lagi, pastikan kamu menjauhi gorengan ataupun makanan-makanan yang digoreng karena dapat memperparah batuk yang kamu idap.

5. Es Krim

Es krim juga salah satu makanan yang harus dihindari untuk pengidap batuk rejan. Es krim memang digemari oleh kebanyakan orang. Namun jika kamu mengidap batuk rejan atau baru saja sembuh, disarankan untuk tidak mencoba mengonsumsi es krim. Dampak yang dapat terjadi ketika kamu memakan es krim yaitu penumpukan lendir atau dahak, sehingga membuat peradangan semakin parah.

Berikut adalah hal-hal yang harus dihindari jika kamu mengidap batuk rejan. Jika kamu mengalami batuk yang tak kunjung sembuh, ada baiknya kamu mendiskusikannya dengan dokter di Halodoc. Caranya mudah, hanya dengan download aplikasi Halodoc dari Apps Store atau Google Play!

Baca juga: