5 Faktor yang Tingkatkan Risiko Ensefalopati Hepatik

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   13 Juni 2019
5 Faktor yang Tingkatkan Risiko Ensefalopati Hepatik5 Faktor yang Tingkatkan Risiko Ensefalopati Hepatik

Halodoc, Jakarta - Ketika salah satu organ dalam tubuh mengalami kerusakan atau terserang penyakit serius, pengaruhnya tidak dapat dihindari, termasuk pada hati. Seperti ensefalopati hepatik yang muncul akibat adanya penyakit hati yang dialami oleh seseorang. Nah, untuk lebih jelasnya, yuk lihat ulasan selengkapnya di sini!

Baca juga: Ensefalopati Hepatik, Penyakit yang Bisa Disebabkan oleh Sirosis Hati

Ensefalopati Hepatik, Apakah Itu?

Ensefalopati hepatik (EH) merupakan sindrom neuropsikiatri yang dapat terjadi pada penyakit hati akut dan kronik berat. Seseorang dengan ensefalopati hepatik akan ditandai dengan perubahan perilaku, gangguan intelektual, serta penurunan kesadaran tanpa adanya kelainan pada otak yang mendasari terjadinya hal-hal tersebut.

Ini Gejala yang Muncul pada Pengidap Ensefalopati Hepatik

Gejala utama pada penyakit ini ditandai dengan sering mengantuk, bingung dan pikun, suasana hati yang berubah-ubah, merasa lemah, serta tidak bertenaga.  Selain itu, gejala lain yang bisa saja muncul pada pengidap ensefalopati hepatik, yaitu sakit kuning, kesulitan berbicara, gemetar, dan mudah marah.

Orang dengan ensefalopati hepatik juga memiliki gejala penyakit hati yang meliputi adanya cairan di dalam perut dan bengkak pada kaki. Jika kamu atau orang terdekat kamu memiliki salah satu tanda penyakit ini, segera hubungi dokter, ya! Karena semakin cepat penanganan, penyakit akan semakin cepat pula diatasi.

Baca juga: Berakibat Fatal, Bisakah Ensefalopati Hepatik Disembuhkan?

Beberapa Faktor yang Meningkatkan Risiko Ensefalopati Hepatik

Faktor-faktor yang bisa jadi penyebab dari ensefalopati hepatik, antara lain:

  1. Dehidrasi.

  2. Makan terlalu banyak protein.

  3. Mengidap gangguan pada ginjal.

  4. Dehidrasi atau kurangnya asupan cairan dalam tubuh.

  5. Adanya pendarahan dari dalam usus, esofagus, atau perut.

  6. Adanya infeksi pada organ hati.

  7. Kurangnya asupan oksigen dalam tubuh.

  8. Mengonsumsi obat yang menekan sistem saraf sentral (barbiturate atau obat penenang benzodiazepine).

Penyebab utama dari penyakit ini adalah akumulasi zat-zat beracun yang berada dalam aliran darah yang seharusnya dikeluarkan oleh hati. Racun yang seharusnya dikeluarkan ini kemudian menumpuk dalam darah yang mengalir dan mencemari otak. Karena otak tidak mampu menampungnya, makan ensefalopati hepatik terjadi.

Mengidap Ensefalopati Hepatik, Ini Komplikasi yang Akan Terjadi

Pengobatan dapat dilakukan dengan memperbaiki proses pendistribusian darah yang mengandung oksigen dari arteri ke jaringan tubuh. Jika penyakit ini dibiarkan, komplikasi lanjutan bisa saja terjadi, seperti:

  • Edema otak, yaitu kondisi ketika terjadinya peningkatan cairan pada otak. Penyakit ini ditandai dengan sakit kepala, pusing, mual, gangguan koordinasi gerak, serta mati rasa.

  • Gagal ginjal, yaitu kondisi saat fungsi ginjal menurun secara bertahap karena adanya kerusakan pada ginjal. Penyakit ini ditandai dengan mudah kelelahan, perubahan frekuensi buang air kecil, perubahan warna urine, dan sensasi rasa terbakar saat buang air kecil.

  • Hipoksia, yaitu suatu kondisi saat kurangnya pasokan oksigen di sel dan jaringan tubuh untuk menjalankan fungsi normalnya. Penyakit ini ditandai dengan detak jantung cepat, napas pendek, batuk, berkeringat, bahkan hilangnya kesadaran.

Baca juga: Perubahan Kepribadian Akibat Ensefalopati Hepatik, Perlukah Terapi ke Psikiater?

Untuk menghindari terjadinya penyakit ini, kamu bisa menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang, berhenti mengonsumsi minuman beralkohol, teratur menjalani olahraga, serta menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin. Jika kamu menemukan gejala dan ingin berdiskusi langsung dengan dokter,  Halodoc bisa jadi solusinya! Kamu bisa diskusi langsung dengan dokter ahli melalui Chat atau Voice/Video Call. Penanganan yang tepat dapat meminimalisir akibat sehingga pengobatan bisa lebih cepat dilakukan. Yuk, download aplikasinya di Google Play atau App Store!