4 Terapi Pengobatan untuk Atasi Binge Eating Disorder
Halodoc, Jakarta - Binge eating disorder (BED) adalah perilaku gangguan makan di mana pengidapnya sering mengonsumsi makanan dalam jumlah besar dan tidak bisa berhenti memakannya. Beberapa pengidap binge eating disorder terkadang merasa malu akan kebiasaannya tersebut. Oleh sebab itu, banyak pengidap binge eating disorder bersumpah untuk berhenti makan meski pada kenyataannya kebiasaan tersebut sulit dihentikan.
Belum diketahui pasti apa yang menyebabkan seseorang mengidap binge eating disorder. Tapi faktor genetika, biologis, diet jangka panjang, dan masalah psikologis meningkatkan risiko gangguan makan ini.
Baca Juga: Bagaimana Mengenali Binge Eating Disorder?
Kebanyakan pengidap BED memiliki kelebihan berat badan atau obesitas, tetapi tak sedikit pula pengidap yang tetap memiliki berat badan normal. Tanda-tanda dan gejala perilaku dari BED meliputi:
-
Makan dalam jumlah besar dalam setiap beberapa jam sekali
-
Merasa bahwa perilaku makan telah di luar kendali
-
Selalu punya keinginan makan meski sudah kenyang atau tidak lapar
-
Makan dengan cepat selama aktivitas makan
-
Makan sampai kenyang
-
Sering makan sendirian atau secara rahasia
-
Merasa tertekan, jijik, malu, bersalah, ataupun kesal setelah makan.
Tingkat keparahan BED ditentukan oleh seberapa sering aktivitas makan yang dilakukan selama seminggu. Terapi BED tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan penyakit, serta tujuan pengidapnya. Ada beberapa pilihan terapi yang bisa diterapkan kepada pengidap BED untuk mengurangi kebiasaan makan secara bertahap.
Pada beberapa orang, satu jenis terapi mungkin sudah cukup, sementara yang lain mungkin perlu mencoba kombinasi yang berbeda sampai menemukan jenis pengobatan yang tepat. Berikut ini jenis terapi yang bisa diterapkan kepada pengidap BED:
1. Terapi Perilaku Kognitif
Terapi perilaku kognitif untuk pengidap BED berfokus pada analisis hubungan antara pikiran negatif, perasaan, dan perilaku yang berkaitan dengan makan. Setelah penyebab emosi dan pola negatif telah diidentifikasi, strategi dapat dikembangkan untuk membantu mengubah perilaku pengidapnya. Strateginya yang dilakukan umumnya menetapkan tujuan, pemantauan diri, mencapai pola makan teratur, mengubah pemikiran tentang diri dan berat badan serta mendorong kebiasaan untuk mengendalikan berat badan ideal.
2. Psikoterapi Interpersonal
Psikoterapi interpersonal biasanya diterapkan pada BED yang disebabkan karena masalah pribadi yang tidak terselesaikan seperti kesedihan, konflik hubungan, perubahan hidup yang signifikan atau masalah sosial yang mendasarinya. Terapi ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah spesifik yang terkait dengan gangguan makan dan mendorong pengidap mengakuinya untuk membuat perubahan konstruktif dalam jangka waktu 12–16 minggu.
Baca Juga: 5 Gangguan Mental yang Kerap Dialami Anak Milenial
3. Terapi Perilaku Dialektik
Nah, sedangkan terapi perilaku dialektik (DBT), biasanya dikhususkan BED yang diakibatkan karena reaksi emosional terhadap pengalaman negatif yang orang tersebut tidak punya cara lain untuk mengatasinya. Melalui terapi ini, pengidap akan diajarkan untuk mengatur respons emosional, sehingga mereka dapat mengatasi situasi negatif dalam kehidupan sehari-hari.
4. Terapi Penurunan Berat Badan
Terapi penurunan berat badan bertujuan untuk membantu pengidap BED menurunkan berat badan yang diharapkan juga bisa mengurangi perilaku BED dengan meningkatkan harga diri dan citra tubuh. Tujuannya terapi ini untuk mengubah gaya hidup pengidap secara bertahap melalui diet dan olahraga. Terapis akan memonitor asupan makanan dan pemikiran pengidap tentang makanan sepanjang hari.
Baca Juga: Sering Dianggap Sama, Ini Bedanya Psikolog dan Psikiater
Kalau kamu merasa mengalami gejala gangguan makan, sebaiknya bicara dengan psikiater Halodoc untuk memastikannya ! Tinggal klik Talk to A Doctor untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan