4 Pemeriksaan Medis untuk Diagnosis Hipertensi Sekunder

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   12 Juli 2019
4 Pemeriksaan Medis untuk Diagnosis Hipertensi Sekunder4 Pemeriksaan Medis untuk Diagnosis Hipertensi Sekunder

Halodoc, Jakarta - Hipertensi adalah kondisi medis yang cukup umum terjadi, sekaligus merupakan akar dari berbagai penyakit lainnya, terutama yang berkaitan dengan pembuluh darah dan jantung. Namun, pernahkah kamu mendengar tentang hipertensi sekunder? Bagaimana cara mendiagnosisnya?

Hipertensi sekunder adalah tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh masalah kesehatan atau penyakit lain, seperti gangguan pembuluh darah, jantung, ginjal, atau sistem endokrin. Hipertensi sekunder juga bisa terjadi karena kehamilan.

Sama seperti hipertensi pada umumnya, hipertensi sekunder juga perlu ditangani sejak dini, untuk menghindari terjadinya komplikasi akibat gangguan pembuluh darah, seperti stroke, penyakit jantung, atau gagal ginjal. Berikut ini adalah beberapa tanda yang bisa mengindikasikan seseorang terkena hipertensi sekunder:

  • Hipertensi resisten. Tekanan darah tinggi (tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg) yang tidak bisa diatasi dengan kombinasi 1 atau 2 obat hipertensi.

  • Tekanan darah yang sangat tinggi. Tekanan darah sistolik lebih dari 180 mmHg dan diastolik lebih dari 120 mmHg.

  • Tidak ada riwayat hipertensi dalam keluarga.

  • Serangan darah tinggi mendadak sebelum usia 30 tahun, atau setelah usia 55 tahun.

  • Adanya gejala lain yang berkaitan dengan penyakit penyebab hipertensi sekunder.

Baca juga: Perlu Tahu, Tanda-Tanda Terkena Hipertensi Sekunder

Hal-Hal yang Dapat Memicu Hipertensi

Umumnya penyebab hipertensi sekunder berkaitan dengan peningkatan produksi hormon, seperti:

  • Penyakit ginjal. Apabila terjadi gangguan aliran darah yang masuk ke ginjal, ginjal akan mengeluarkan hormon yang disebut renin, yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.

  • Pheochromocytoma. Tumor pada kelenjar adrenal yang memproduksi hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenaline) berlebih.

  • Hiperaldosteronisme (sindrom Conn). Berlebihnya produksi hormon aldosteron oleh kelenjar adrenal, yang dapat menghambat pengeluaran garam dari dalam tubuh.

  • Hiperkortisolisme (sindrom Cushing). Kelenjar adrenal memproduksi hormon kortisol secara berlebih. Keadaan ini bisa juga terjadi pada tumor kelenjar adrenal, baik ganas maupun jinak.

  • Hiperparatiroidisme. Meningkatnya produksi hormon paratiroid (parathormon) yang menyebabkan kadar kalsium meningkat. Pada penderita hiperparatiroidisme, hampir selalu ada hipertensi. Namun, apa yang menyebabkan hipertensi tersebut masih belum jelas.

Ada juga beberapa pemicu lain yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder terjadi, di antaranya:

  • Diabetes nefropati. Komplikasi diabetes yang dapat merusak sistem kerja ginjal.

  • Penyakit glomerular. Pembengkakan atau kerusakan pada penyaring kecil bernama glomeruli yang berfungsi menyaring zat buangan, termasuk garam, dari dalam tubuh.

  • Hipertensi renovaskular. Hipertensi yang terjadi karena penyempitan pada kedua arteri yang membawa pasokan darah ke ginjal.

  • Koarktasio aorta. Penyempitan aorta yang merupakan cacat bawaan lahir.

  • Kehamilan. Tekanan pada arteri yang umumnya terjadi saat hamil dan dapat mengakibatkan preeklampsia.

  • Gangguan tidur (sleep apnea). Kerusakan pada dinding pembuluh darah dikarenakan pasokan oksigen yang minim saat tidur.

  • Obesitas. Kondisi ini akan meningkatkan aliran darah dalam tubuh, memicu tekanan yang lebih pada dinding arteri.

  • Obat-obatan. Efek samping dekongestan, obat pereda sakit, pil kontrasepsi, obat antidepresi, obat antiinflamasi nonstreoid (NSAIDs), metamfetamin dan beberapa obat herbal dengan kandungan tertentu dapat meningkatkan tekanan darah dalam tubuh. 

Baca juga: Ini 6 Kondisi Kesehatan yang Bisa Picu Hipertensi Sekunder

Diagnosis Dilakukan dengan Pemeriksaan Ini

Diagnosis hipertensi sekunder biasanya tidak dapat dilakukan dalam sekali pertemuan. Untuk membedakan hipertensi sekunder dan primer, diperlukan informasi mengenai riwayat penyakit penderita dan riwayat kesehatan keluarga. Kemudian dalam pemeriksaan fisik, diperiksa tekanan darah, berat badan, ada-tidaknya penimbunan cairan, serta tanda khas lain yang bisa mengindikasikan adanya penyakit yang menjadi penyebab.

Pemeriksaan pendukung yang dapat dilakukan untuk membantu menentukan diagnosis adalah sebagai berikut:

  1. Pemeriksaan darah. Untuk memeriksa kadar kalium, glukosa, kreatinin, sodium, kolestrol, trigliserida, dan nitrogen urea (BUN) dalam darah.

  2. Pemeriksaan urine. Untuk memeriksa adanya kondisi kesehatan lain yang memicu naiknya tekanan darah.

  3. Ultrasonografi. Untuk mendapatkan gambaran ginjal dan arterinya menggunakan gelombang suara.

  4. Elektrokardiogram. Untuk memeriksa fungsi jantung, apabila ada kecurigaan bahwa gangguan jantung merupakan penyebab hipertensi.

Baca juga: Tekanan Darah Tinggi Membahayakan Kesehatan, Ini Buktinya

Itulah sedikit penjelasan tentang hipertensi sekunder. Jika kamu membutuhkan informasi lebih lanjut soal hal ini atau gangguan kesehatan lainnya, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter pada aplikasi Halodoc, lewat fitur Talk to a Doctor, ya. Dapatkan juga kemudahan membeli obat menggunakan aplikasi Halodoc, kapan dan di mana saja, obatmu akan langsung diantar ke rumah dalam waktu satu jam. Yuk, download sekarang di Apps Store atau Google Play Store!