4 Fakta Penting tentang Hepatitis D
Halodoc, Jakarta – Dalam dunia medis, ada 5 jenis penyakit hepatitis yang dibedakan dalam 5 huruf awal dalam urutan alfabet, yaitu A, B, C, D, dan E. Meski menyerang organ yang sama, kelima hepatitis tersebut memiliki jenis virus penyebab, metode penyebaran, dan gejala yang berbeda-beda. Dari kelimanya, hepatitis D menjadi salah satu yang terbilang agak berbeda. Berikut fakta-fakta penting tentang penyakit ini, yang sepertinya perlu diketahui:
1. Bisa Terjadi sebagai Koinfeksi atau pun Superinfeksi
Seperti jenis hepatitis lainnya, hepatitis D juga disebabkan oleh virus, yaitu delta virus (HDV). Namun, hepatitis D membutuhkan virus hepatitis B untuk menjangkiti sel hati. Cara penularannya pun ada 2, koinfeksi dan superinfeksi. Hepatitis D yang terjadi sebagai koinfeksi berarti penyakit ini merupakan kelanjutan dari penyakit hepatitis B.
Bahkan, pada sebagian besar kasus, hepatitis D sering kali muncul bersamaan dengan hepatitis B. Sementara itu, hepatitis D yang terjadi sebagai superinfeksi memiliki artian bahwa penyakit ini terjadi pada individu yang telah atau pernah terinfeksi virus hepatitis B sebelumnya.
2. Memiliki Gejala yang Serupa dengan Hepatitis B
Infeksi hepatitis D seringkali bersifat asimtomatik (tidak memunculkan gejala) pada sekitar 90 persen pengidapnya. Secara klinis, gejala infeksi virus hepatitis D pun sulit dibedakan dari gejala infeksi virus hepatitis B. Kedua jenis hepatitis tersebut memang memiliki gejala yang sangat mirip, sehingga sering kali sulit untuk menentukan virus mana yang menimbulkan gejala pada pengidapnya.
Periode inkubasi atau waktu yang dibutuhkan virus penyebab hepatitis D untuk menimbulkan gejala adalah sekitar 21-45 hari sejak terpapar virus. Meski gejala yang dirasakan tiap pengidap dapat bervariasi, beberapa gejala berikut umum terjadi pada pengidap hepatitis D.
-
Menguningnya warna kulit dan mata.
-
Mudah lelah.
-
Hilangnya nafsu makan.
-
Mual dan muntah.
-
Nyeri sendi.
-
Gatal-gatal.
-
Warna urine berubah menjadi gelap seperti teh.
-
Terjadi memar dan pendarahan pada beberapa bagian kulit.
3. Berisiko Memunculkan Komplikasi Hati
Hepatitis D dapat berujung pada penyakit akut maupun kronis. Hepatitis D akut terjadi secara tiba-tiba dan menimbulkan gejala yang lebih hebat dibanding hepatitis D kronis. Jika infeksi hepatitis D terjadi selama 6 bulan atau lebih, infeksi yang terjadi merupakan infeksi kronis.
Pada infeksi kronis, gejala yang timbul akan berkembang dan bertambah parah secara perlahan. Virus biasanya menetap di tubuh selama beberapa bulan sebelum gejala pertama muncul. Semakin lama infeksi hepatitis D terjadi, maka risiko terjadinya komplikasi akibat penyakit ini semakin tinggi.
Pengobatan hepatitis D yang dilakukan sedini mungkin dapat mencegah terjadinya gagal hati pada pengidapnya. Infeksi Hepatitis D penting dideteksi karena dapat menyebabkan gagal hati dan perburukan cepat ke arah sirosis dan kanker hati, serta meningkatnya angka kematian pada penderita dewasa.
4. Dapat Dicegah dengan Pemberian Vaksin Hepatitis B
Cara terbaik untuk mencegah penyakit hepatitis D adalah dengan mencegah terjadinya hepatitis B. Untuk menghindari terjadinya hepatitis B, salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah pemberian vaksin. Itulah mengapa penyakit hepatitis D ini dapat dicegah dengan memberikan vaksin hepatitis B.
Itulah beberapa fakta tentang penyakit hepatitis D. Jika kamu membutuhkan informasi lebih lanjut soal penyakit ini atau gangguan kesehatan lainnya, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter pada aplikasi Halodoc, lewat fitur Contact Doctor, ya. Mudah kok, diskusi dengan dokter spesialis yang kamu inginkan pun dapat dilakukan melalui Chat atau Voice/Video Call. Dapatkan juga kemudahan membeli obat menggunakan aplikasi Halodoc, kapan dan di mana saja, obatmu akan langsung diantar ke rumah dalam waktu 1 jam. Yuk, download sekarang di Apps Store atau Google Play Store!
Baca juga:
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan