4 Cara Pengobatan Penyakit Kawasaki
Halodoc, Jakarta - Menjaga kesehatan anak menjadi hal yang wajib dilakukan orangtua. Pasalnya, di usianya yang masih muda, imunitas anak belum terbentuk dengan sempurna, sehingga penyakit rentan menyerang, salah satunya adalah penyakit Kawasaki.
Penyakit Kawasaki, yang disebabkan virus Kawasaki, dapat menyerang dinding pembuluh darah. Kondisi ini menyebabkan peradangan khususnya pada bagian pembuluh darah jantung. Virus Kawasaki juga menyerang kulit, limfonodi, hidung, tenggorokan, dan membran mukosa pada mulut anak-anak.
Tanda dan Gejala Penyakit Kawasaki
Dilansir dari laman KidsHealth, gejala penyakit Kawasaki muncul secara bertahap semenjak virus menginfeksi tubuh. Biasanya, anak mengalami demam yang cukup tinggi dan disertai gejala lain seperti ruam kemerahan yang muncul pada sekitar organ intim, kemudian menyebar pada bagian tubuh lain seperti kaki, tangan, dan bagian tubuh lainnya.
Baca juga: Penyakit Kawasaki Mengancam Balita, Ini Penyebab dan Gejalanya
Anak yang terserang virus Kawasaki juga mengalami mata merah dan perubahan kondisi mulut, seperti lidah dan tenggorokan yang mengering juga berwarna merah, pembengkakan pada bagian jari-jari hingga kelenjar getah bening.
Pengobatan Penyakit Kawasaki
Komplikasi dapat dicegah dengan segera melakukan pengobatan yang tepat. Jika ibu mendapati anak mengalami gejala yang berkaitan dengan infeksi virus ini, segera bawa anak ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan. Gunakan aplikasi Halodoc agar pengobatan anak lebih mudah, atau jika ibu punya masalah kesehatan lain dan ingin langsung mendapatkan solusinya dari dokter spesialis.
Lalu, bagaimana penyakit Kawasaki ditangani? Berikut beberapa caranya:
1. Hilangkan Demam pada Anak
Penanganan pertama pada anak yang mengalami penyakit Kawasaki adalah menghilangkan demam. Pasalnya, demam tidak hanya berdampak buruk pada penyakit Kawasaki, tetapi bisa memicu masalah kesehatan lainnya, salah satunya adalah kejang. Ibu bisa memastikan bahwa anak mendapatkan cukup asupan cairan untuk menghindari dehidrasi. Hindari juga memakaikan pakaian tebal yang memicu keluarnya banyak keringat.
Baca juga: Kenali 4 Fase Penyakit Kawasaki yang Rentan Menyerang Balita
2. Berikan Obat-obatan
Ketika demam sudah terlalu tinggi dan muncul berbagai gejala lain, dokter biasanya akan memberikan beberapa jenis obat untuk membantu mengurangi dampak negatif gejalanya. Pemberian aspirin dosis tinggi bisa membantu meringankan peradangan, rasa sakit, juga demam. Meski begitu, Mayo Clinic menyatakan bahwa pengobatan penyakit Kawasaki terkait pemberian aspirin menjadi pengecualian yang jarang terjadi.
Pasalnya, aspirin memang tidak dianjurkan untuk diberikan pada anak karena telah dikaitkan dengan tingginya risiko terjadinya sindrom Reye pada anak, sehingga pemberiannya hanya berdasarkan anjuran dari dokter.
3. Imunoglobulin Intravena
Dilansir dari National Health Service, pemberian Imunoglobulin Intravena atau IVIG adalah sejenis antibodi yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan organisme pembawa penyakit, membantu mengurangi demam, dan meminimalisir risiko penyakit jantung pada anak. IVIG yang diberikan pada anak berjenis gamma-globulin, yang apabila belum menunjukkan perbaikan setelah 36 jam, akan diberikan suntikan kedua.
Baca juga: Bagaimana Mendiagnosis dan Mengobati Penyakit Kawasaki?
4. Berikan ASI pada Anak
Memberikan ASI pada anak setelah dilahirkan memberikan banyak manfaat untuk kesehatan ibu maupun anak. Bayi yang mengonsumsi ASI eksklusif memiliki antibodi dan kekebalan tubuh yang lebih baik dibandingkan anak yang tidak konsumsi ASI secara eksklusif. Mengonsumsi ASI juga menumbuhkan bakteri baik yang penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh sehingga bayi terhindar dari risiko virus Kawasaki.
Itulah hal penting yang harus ibu ketahui tentang penyakit Kawasaki yang rentan menyerang anak. Jika ada yang ingin ditanyakan lagi, ibu bisa menghubungi dokter melalui aplikasi Halodoc.
Referensi:
KidsHealth. Diakses pada 2020. Kawasaki Disease
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Kawasaki Disease
NHS. Diakses pada 2020. Kawasaki Disease