3 Jenis Penyakit Lupus, Apa Saja?
Halodoc, Jakarta - Mau tahu berapa banyaknya pengidap lupus di dunia? Menurut data dari WHO pada 2018, setidaknya 5 juta orang mengidap lupus, dan tiap tahunnya ditemukan lebih dari 100 kasus baru. Cukup banyak bukan?
Kamu sendiri tak asing bukan dengan penyakit autoimun ini? Lupus yang bernama lengkap lupus eritematosus sistemik merupakan jenis penyakit autoimun yang kerap menyerang wanita. Alih-alih melindungi tubuh, sistem imun pengidap lupus justru menyerang sel, jaringan, dan organ tubuhnya sendiri.
Nah, hal inilah yang ujung-ujungnya bisa menyebabkan peradangan kronis. Penyakit ini bisa menyerang bagian tubuh, seperti sel darah, sendi, ginjal, kulit, paru-paru jantung, otak, dan sumsum tulang belakang. Tuh, bikin resah kan?
Hal yang perlu digarisbawahi, ternyata lupus terdiri dari beberapa jenis. Nah, berikut ini jenis penyakit lupus yang perlu diketahui.
Baca juga: Mengidap Lupus, Ini Pola Gaya Hidup yang dapat Dilakukan
1. Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Jenis penyakit lupus ini merupakan lupus yang paling sering diidap. SLE dapat menyerang jaringan serta organ tubuh mana saja dengan tingkat gejala yang ringan sampai parah. Bagaimana dengan gejalanya?
Banyak yang hanya merasakan beberapa gejala ringan untuk waktu lama. Namun, ada pula yang tidak sama sekali mengalami gejala, sebelum tiba-tiba mengalami serangan yang parah.
Gejala-gejala ringan SLE, contohnya rasa nyeri dan lelah berkepanjangan, yang dapat menghambat rutinitas sehari-hari. Oleh sebab itu, banyak pengidap SLE merasa tertekan, depresi, dan cemas meski hanya mengalami gejala ringan.
2. Lupus Eritematosus Diskoid (DLE)
Lain SLE, lain pula DLE. Jenis penyakit lupus ini hanya menyerang kulit, tetapi dampaknya mampu menyerang jaringan serta organ tubuh yang lain. DLE biasanya dapat dikendalikan dengan menghindari paparan sinar matahari langsung dan obat-obatan.
Seseorang yang mengidap DLE biasanya akan mengalami gejala, seperti rambut rontok dan pitak permanen. Selain itu, gejala lainnya juga bisa berupa ruam merah dan bulat, seperti sisik pada kulit yang terkadang akan menebal dan menjadi bekas luka.
Baca juga: 4 Komplikasi Akibat Lupus yang Harus Diperhatikan
3. Lupus Akibat Obat
Efek samping dari pengguna obat juga bisa memicu terjadinya penyakit lupus. Ingat, efek samping obat bisa berbeda-beda pada tiap orang. Terdapat lebih dari 100 jenis obat yang dapat menyebabkan efek samping yang mirip dengan gejala lupus pada orang-orang tertentu.
Gejala jenis penyakit lupus akibat obat umumnya akan hilang jika berhenti mengonsumsi obat tersebut. Oleh sebab itu, jenis penyakit lupus yang satu ini biasanya tak perlu menjalani pengobatan khusus. Akan tetapi, jangan lupa untuk selalu berbicara dengan dokter sebelum memutuskan untuk berhenti mengonsumsi obat dengan resep dokter.
Jenisnya sudah, bagaimana dengan pemicu atau faktor risikonya?
Memiliki Berbagai Faktor Risiko
Pengidapnya kebanyakan mengalami gejala, seperti kehilangan berat badan, demam, nyeri dan bengkak di bagian sendi dan otot, rambut rontok, dan ruam pada wajah. Menurut data dari para pakar, sembilan dari sepuluh pengidap lupus adalah wanita.
Sebenarnya penyebab penyakit lupus belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, ada beberapa hal yang diduga kuat bisa meningkatkan faktor risikonya. Nah, berikut ini beberapa kondisi yang bisa memicu lupus, dan penyakit autoimun lainnya.
-
Gender, wanita lebih rendah terserang penyakit autoimun ketimbang pria. Wanita memiliki hormon estrogen yang lebih banyak ketimbang pria. Estrogen merupakan hormon yang memperkuat sistem kekebalan tubuh.
-
Riwayat keluarga, umumnya penyakit ini juga menyerang anggota keluarga yang lain.
-
Lingkungan, paparan lingkungan, seperti bahan kimia, cahaya matahari, dan infeksi virus serta bakteri.
-
Etnis, beberapa penyakit autoimun umumnya menyerang etnis tertentu, contoh diabetes tipe 1 yang umumnya menimpa orang Eropa, atau lupus yang terjadi pada etnis Afrika-Amerika dan Amerika latin.
Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung kepada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!