Kenali Perubahan Pada Tubuh Saat Mengidap Hipertiroidisme
“Kelenjar tiroid yang terlalu aktif dapat menghasilkan hormon terlalu banyak. Akibatnya, seseorang mengalami kondisi yang disebut hipertiroidisme. Masalah kesehatan ini kemudian menimbulkan sejumlah gejala. Mulai dari kelelahan, mudah marah, berat badan turun dan lainnya.”
Halodoc, Jakarta - Nama hipertiroidisme tentu sudah tidak asing lagi. Namun, tahukah kamu apa itu hipertiroidisme dan apa yang terjadi pada tubuh ketika mengalami penyakit ini? Hipertiroidisme adalah kondisi ketika hormon tiroksin dalam tubuh kadarnya sangat tinggi. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar tiroid, dan memiliki peran penting dalam proses metabolisme. Itulah sebabnya gangguan yang terjadi pada hormon ini dapat menyebabkan masalah dalam metabolisme tubuh.
Perlu diketahui bahwa tiroid, berfungsi sebagai penghasil hormon tiroksin. Tiroid merupakan kelenjar yang terletak di bagian depan leher. Kelenjar ini memiliki tugas mengendalikan metabolisme dan fungsi normal tubuh, seperti mengubah makanan menjadi energi, mengatur suhu tubuh, dan memengaruhi denyut jantung, otot, dan tulang.
Baca juga: Kenali Penyakit Hipertiroid dan Efek Sampingnya Bagi Tubuh
Kenali Gejala Hipertiroidisme
Ketika terjadi hipertiroidisme, proses metabolisme mengalami percepatan. Hal ini dapat menimbulkan berbagai macam gejala yang mengganggu pada tubuh. Gejala yang dialami oleh setiap pengidap hipotiroidisme dapat berbeda-beda. Begitu pula perihal tingkat keparahan, jangkauan, dan frekuensi gejala. Adapun gejala atau perubahan pada tubuh yang umum dialami oleh pengidap hipotiroidisme adalah:
- Berat badan turun tanpa alasan yang jelas.
- Kelelahan.
- Hiperaktif.
- Mudah marah dan emosional.
- Insomnia atau kesulitan untuk tidur pada malam hari.
- Konsentrasi menurun.
- Berkeringat secara berlebihan dan sensitif terhadap suhu panas.
- Libido menurun.
- Otot terasa lemas.
- Diare.
- Infertilitas.
- Siklus menstruasi menjadi tidak teratur, jarang, atau berhenti sekaligus.
- Pada pengidap diabetes, hipertiroidisme bisa menyebabkan rasa haus dan lelah.
Terdapat juga tanda klinis atau gejala lain yang mungkin dapat ditemukan pada pengidap hipertiroidisme, seperti:
- Pembesaran kelenjar tiroid yang menyebabkan terjadinya pembengkakan pada leher.
- Palpitasi atau denyut jantung yang cepat dan/atau tidak beraturan.
- Kulit yang hangat dan lembap.
- Kedutan otot.
- Tremor atau gemetaran.
- Munculnya biduran (urtikaria) atau ruam.
- Rambut rontok secara tidak merata.
- Telapak tangan berwarna kemerahan.
- Struktur kuku melonggar.
Baca juga: Kenali 5 Penyakit yang Mengintai Kelenjar Tiroid
Berbagai Penyebab Hipertiroidisme
Meningkatnya kadar hormon tiroksin dalam tubuh dapat disebabkan oleh berbagai hal. Termasuk oleh kondisi medis tertentu. Berikut beberapa penyebab dari hipertiroidisme:
- Penyakit Graves. Hipertiroidisme kebanyakan disebabkan oleh penyakit Graves, yaitu suatu kondisi yang terjadi akibat kelainan sistem autoimun yang menyerang tubuh dan meningkatkan produksi hormon tiroksin pada kelenjar tiroid.
- Tiroiditis. Kondisi ini terjadi ketika kelenjar tiroid mengalami peradangan akibat infeksi bakteri, virus, atau saat tubuh memproduksi antibodi yang dapat merusak kelenjar tiroid. Kerusakan ini dapat menyebabkan kebocoran hormon tiroksin yang pada akhirnya menyebabkan hipertiroidisme.
- Nodul tiroid. Munculnya gumpalan di dalam kelenjar tiroid adalah tanda nodul tiroid. Gumpalan ini berdampak kepada peningkatan produksi tiroksin dalam tubuh dan berakibat pada hipertiroidisme, khususnya pada orang berusia diatas 60 tahun.
- Efek samping obat. Jika seseorang mengonsumsi suplemen atau obat yang memicu produksi hormon tiroksin, seperti amiodarone, risiko hipertiroidisme bisa saja meningkat.
- Kanker tiroid. Ketika sel-sel kanker mulai menghasilkan banyak hormon tiroksin, seseorang bisa mengalami hipertiroidisme.
- Kehamilan. Saat hamil, wanita mengalami peningkatan kadar hormon human chorionic gonadotropin (hCG). Hormon ini dapat memicu terjadinya hipertiroidisme, khususnya pada kehamilan kembar dan pada kasus hamil anggur, di mana terdapat kadar hCG yang tinggi.
- Tumor adenoma pada kelenjar hipofisis. Ini merupakan tumor jinak yang tumbuh pada kelenjar hipofisis atau pituitary, yaitu kelenjar yang terletak di dasar otak. Tumor tersebut dapat mempengaruhi tingkat produksi hormon tiroid.
Bagaimana Kondisi Ini Diobati?
Ada banyak pilihan pengobatan untuk hipertiroidisme. Namun, pengobatan tergantung pada penyebab hipertiroidisme. Pilihan pengobatan untuk hipertiroidisme meliputi:
- Obat anti-tiroid methimazole atau propylthiouracil (PTU). Obat ini bekerja dengan memblokir kemampuan tiroid untuk membuat hormon.
- Yodium radioaktif. Yodium diminum dan diserap oleh sel sel tiroid yang terlalu aktif.Yodium radioaktif kemudian akan merusak sel-sel ini dan membuat tiroid menyusut
- Pembedahan. Dokter dapat mengangkat kelenjar tiroid melalui operasi (tiroidektomi). Cara ini memang efektif mengobati hipertiroidisme. Namun, risiko efek sampingnya adalah hipotiroidisme (tiroid yang kurang aktif). Alhasil, pengidap yang menjalani tiroidektomi harus mengonsumsi suplemen tiroid untuk menjaga kadar hormon tetap normal.
- Beta blocker. Obat ini bekerja dengan memblokir aktivitas hormon tiroid pada tubuh. Beta bloker tidak akan mengubah jumlah hormon namun dapat membantu mengendalikan gejala seperti detak jantung yang cepat, gugup, dan gemetar. Perawatan ini umumnya tidak digunakan sendiri dan biasanya dikombinasikan dengan pilihan lain.
Baca juga: Daftar Makanan yang Baik untuk Pengidap Penyakit Tiroid
Itulah sedikit penjelasan tentang hipertiroidisme. Jika kamu mengalami gejala atau perubahan pada tubuh seperti yang telah dipaparkan tadi, segeralah konsultasi ke dokter. Jika ingin melakukan pemeriksaan, kini kamu bisa langsung buat janji dengan dokter di rumah sakit melalui aplikasi Halodoc, lho. Tunggu apa lagi? Yuk download aplikasinya sekarang!
Referensi:
Cleveland Clinic. Diakses pada 2021. Hyperthyroidism.
NHS. Diakses pada 2021. Overactive thyroid (hyperthyroidism).