10 Gejala Kanker Ovarium yang Perlu Diketahui
Halodoc, Jakarta – Para wanita mesti waspada terhadap ancaman kanker ovarium. Kanker ini biasanya lebih sering terjadi pada wanita yang sudah mengalami menopause atau wanita yang memiliki keluarga dengan riwayat kanker ovarium. Bila terdeteksi pada stadium awal, kanker ovarium masih lebih bisa diobati dibandingkan bila kanker tersebut baru terdeteksi setelah masuk stadium lanjut. Karena itu, penting sekali untuk mengenali gejala kanker ovarium untuk membantu mendeteksi penyakit ini lebih dini.
Kanker ovarium merupakan kanker yang muncul di jaringan indung telur, tempat di mana sel-sel telur dan hormon wanita (estrogen dan progesterone) juga dihasilkan. Sampai saat ini, penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Namun, jenis kanker ini lebih sering muncul saat seorang wanita sudah mengalami menopause. Karena itu, para wanita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan secara berkala ke dokter kandungan setelah memasuki masa menopause.
Baca juga: Kista Ovarium Bisa Terjadi pada Usia Remaja?
Waspadai Gejalanya
Kanker ovarium seringkali tidak menimbulkan gejala pada stadium awal. Itulah sebabnya, kanker ini biasanya baru terdeteksi ketika sudah memasuki stadium lanjut atau sudah menyebar ke organ lain. Gejala kanker ovarium stadium lanjut juga tidak terlalu khas dan mirip dengan penyakit lain. Beberapa gejala yang biasanya dialami oleh pengidap kanker ovarium, meliputi:
-
Perut kembung dan merasa mual
-
Cepat kenyang ketika makan
-
Sakit perut atau bahkan perut membengkak
-
Berat badan menurun
-
Muncul rasa tidak nyaman di bagian panggul
-
Gangguan pencernaan, seperti konstipasi
-
Sering buang air kecil
-
Nyeri saat berhubungan intim
-
Perdarahan dari Miss V
-
Perubahan siklus menstruasi, pada pengidap yang masih mengalami menstruasi.
Baca juga: Jadwal Haid Enggak Teratur, Normalkah?
Penyebab & Faktor Risiko Kanker Ovarium
Kanker ovarium bisa terjadi karena adanya perubahan atau mutasi genetik pada sel-sel ovarium. Sel-sel yang tidak normal tersebut tumbuh dengan cepat dan tidak terkontrol.
Sampai saat ini, penyebab terjadinya mutasi genetik tersebut masih belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengalaminya, yaitu:
-
Berusia di atas 50 tahun
-
Mengalami obesitas
-
Menjalani terapi penggantian hormon saat menopause
-
Memiliki anggota keluarga yang mengidap kanker ovarium atau kanker payudara
-
Merokok
-
Pernah menjalani radioterapi
-
Pernah mengidap endometriosis
-
Mengidap sindrom Lynch.
Bagi para wanita yang memiliki faktor risiko tersebut, sebaiknya melakukan pemeriksaan ovarium secara berkala ke dokter kandungan.
Cara Mendiagnosis Kanker Ovarium
Bila kamu mengalami gejala-gejala kanker ovarium seperti yang disebutkan di atas, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter kandungan. Untuk mendiagnosis kanker ovarium, dokter pertama-tama akan menanyakan gejala yang kamu alami dan riwayat kesehatan kamu terlebih dahulu. Dokter juga perlu tahu apakah ada anggota keluarga kamu yang mengidap kanker ovarium atau kanker payudara.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik yang difokuskan pada daerah panggul dan organ kelamin. Bila dicurigai adanya kanker ovarium, maka dokter akan menyarankan kamu untuk menjalani pemeriksaan lanjutan berupa:
- Pemindaian
Metode pemindaian awal yang bisa digunakan untuk mendeteksi kanker ovarium adalah USG perut. Selanjutnya, bisa dilakukan CT scan atau MRI.
- Tes Darah
Tes darah juga perlu dilakukan untuk mendeteksi protein CA-125 yang merupakan penanda adanya kanker ovarium.
- Biopsi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengambil sampel jaringan ovarium untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium. Melalui pemeriksaan ini, bisa ditentukan apakah kamu mengidap kanker ovarium atau tidak.
Baca juga: Datang Diam-Diam, Ini 4 Cara Melindungi Diri dari Kanker Ovarium
Itulah gejala kanker ovarium yang perlu diwaspadai para wanita. Untuk melakukan pemeriksaan ovarium, kamu bisa membuat janji langsung dengan dokter spesialis di rumah sakit pilihan kamu dengan menggunakan aplikasi Halodoc. Mudah bukan? Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.