Yang Terjadi Jika Kena Gigitan Nyamuk Chikungunya
Halodoc, Jakarta – Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan RI tahun 2014, terdapat sekitar 7300 kasus penyakit chikungunya tanpa disertai kasus kematian. Bahkan, profil kesehatan Indonesia tahun 2014 melaporkan, terdapat Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit chikungunya di 8 kabupaten/kota dari 4 provinsi di Indonesia.
Chikungunya adalah penyakit virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Virus ini banyak ditemukan di daerah tropis. Namun, baru-baru ini telah dilaporkan bahwa virus chikungunya juga telah menginfeksi banyak daerah non-tropis di Asia dan Afrika. Lantas, apa yang terjadi pada tubuh saat terkena gigitan nyamuk pembawa virus chikungunya?
Gejala Penyakit Chikungunya
Penyakit chikungunya disebut juga sebagai penyakit flu tulang. Sama seperti penyakit lainnya, virus chikungunya menginfeksi tubuh melalui beberapa fase. Yakni masa inkubasi, fase akut dan fase kronis. Apa saja perbedaannya?
1. Masa Inkubasi
Ini adalah periode waktu yang dibutuhkan virus untuk menimbulkan gejala setelah masuk ke dalam tubuh. Masa inkubasi penyakit chikungunya berkisar antara 2-6 hari dan gejala baru muncul pada hari ke-4 hingga hari ke-7 setelah digigit nyamuk Aedes. Gejala tersebut meliputi demam, nyeri sendi, sakit kepala, nyeri otot, pembengkakan sendi, ruam pada kulit, serta mual dan muntah.
2. Fase Akut
Merupakan fase awal penyakit, biasanya berlangsung dari beberapa hari hingga beberapa minggu. Gejala yang terjadi pada tubuh berupa mendadak menggigil, demam tinggi (hingga mencapai 40 derajat celsius), mual, muntah, sakit kepala, nyeri sendi, hingga munculnya ruam merah pada kulit.
Gejala demam biasanya hanya berlangsung dua hari. Sedangkan, gejala lainnya seperti nyeri sendi, sakit kepala dan kesulitan tidur bisa berlangsung 5-7 hari. Meski gejala akan hilang dalam waktu seminggu, pada beberapa orang, gejala chikungunya (khususnya nyeri sendi) bisa berlanjut hingga beberapa bulan.
3. Fase Kronis
Fase kronis ditandai dengan gejala nyeri sendi yang terus berlanjut (hingga bertahun-tahun) dengan rasa sakit yang bertambah parah. Bahkan, nyeri sendi yang dirasakan membuat pengidap chikungunya mengalami keterbatasan gerak hingga kehilangan mobilitas. Pada kasus yang parah, penyakit chikungunya bisa menimbulkan komplikasi berupa miokarditis (radang otot jantung), uveitis dan retinitis (radang mata), meningoensefalitis (radang otak), dan pendarahan ringan.
Diagnosis Penyakit Chikungunya
Diagnosis penyakit chikungunya dilakukan dengan pemeriksaan fisik. Jika dicurigai adanya keberadaan virus chikungunya, dokter akan melakukan tes darah untuk membuktikan diagnosisnya. Sampel darah akan diambil pada minggu pertama setelah gejala mulai terasa, lalu diuji dengan tes serologi dan virologi di laboratoris. Tes ELISA (enzyme-linked immunosorbent assays) juga dilakukan untuk mengonfirmasi keberadaan antibodi yang mengindikasikan adanya infeksi chikungunya.
Mencegah Infeksi Chikungunya
Hingga saat ini, belum ada vaksin yang bisa digunakan untuk mencegah infeksi chikungunya. Namun, kamu bisa menerapkan "3M+" yang telah dicanangkan pemerintah untuk menghindari gigitan nyamuk dan memberantas habitat tempat nyamuk Aedes berkembang biak. Berikut ini rincian 3M+ yang bisa dilakukan di rumah:
- Menguras dan menyikat tempat penampungan air.
- Menutup rapat tempat penampungan air.
- Mendaur ulang barang-barang bekas yang bisa digunakan untuk menampung air hujan.
- Memelihara ikan pemakan jentik di kolam.
- Menaburkan bubuk larvasida (bubuk pembunuh larva atau jentik nyamuk) ke dalam tempat penampungan air yang sulit dikuras.
- Memasang kasa anti nyamuk pada jendela.
- Hindari menggantung baju di tempat terbuka.
- Gunakan losion anti nyamuk atau pasang obat anti nyamuk elektronik.
- Melakukan pengasapan (fogging).
Itulah yang terjadi pada tubuh jika kena gigitan nyamuk chikungunya. Kalau kamu punya pertanyaan lain seputar penyakit chikungunya, tanyakan saja pada dokter Halodoc. Untuk berbicara pada dokter, kamu bisa menggunakan aplikasi Halodoc. Kamu bisa menghubungi dokter Halodoc kapan saja dan dimana saja melalui fitur Contact Doctor via Chat, dan Video/Voice Call. Yuk, download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play sekarang juga!
Baca juga:
- Ini Perbedaan Demam Chikungunya dan DBD yang Perlu Diwaspadai
- Bikin Ganggu, Ini Daftar Penyakit Akibat Nyamuk
- Waspadai Infeksi Virus Dengue yang Menyebabkan Demam Berdarah
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan