Waspada, Ini Komplikasi yang Dapat Terjadi karena Kolera
Halodoc, Jakarta – Kolera adalah infeksi bakteri Vibrio cholerae yang menyebabkan diare parah hingga dehidrasi. Kebanyakan kasus kolera menular akibat konsumsi air yang terkontaminasi bakteri penyebab kolera. Jika tidak segera ditangani, kolera bisa berakibat fatal hanya dalam beberapa jam saja. Maka itu, waspadai komplikasi kolera berikut.
Baca Juga: Gejala Seseorang Terkena Kolera yang Harus Diketahui
Kenali Gejala Kolera
Penyakit kolera jarang menimbulkan gejala. Hanya sekitar 10 persen pengidap yang mengalami gejala. Secara umum, gejala ini yang bisa muncul setelah konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri penyebab kolera, yaitu:
-
Mual dan muntah selama beberapa jam pada tahap awal terinfeksi bakteri.
-
Diare dalam jangka panjang, menyebabkan hilangnya cairan tubuh dengan cepat, sekitar satu liter per jam. Biasanya diare akibat kolera menyebabkan pengidap terlihat tampak pucat.
-
Kram perut. Terjadi akibat hilangnya kadar sodium, klorida, dan potasium dalam tubuh setelah diare berkepanjangan.
-
Dehidrasi parah, terjadi jika diare berkepanjangan menyebabkan kehilangan cairan lebih dari 10 persen total berat tubuh.
-
Gejala lainnya berupa mulut terasa kering, gangguan irama jantung, mata cekung, mudah marah, rasa haus berlebihan, tubuh lesu, tekanan darah rendah (hipotensi), urine yang keluar hanya sedikit, serta kulit berkerut dan kering.
Pada anak-anak, gejala kolera cenderung lebih berat dibandingkan orang dewasa. Pasalnya anak-anak yang terinfeksi bakteri lebih rentan mengalami kadar gula darah rendah (hipoglikemia) yang menyebabkan kejang, hilang kesadaran, hingga koma.
Baca Juga: Ketahui Penanganan Penyakit Kolera pada Anak
Komplikasi Kolera yang Perlu Diwaspadai
Diare berkepanjangan akibat infeksi bakteri kolera menyebabkan hilangnya cairan tubuh dalam jumlah besar (dehidrasi parah). Kondisi ini bisa berakibat fatal bagi tubuh. Lantas, apa saja komplikasi kolera yang perlu diwaspadai:
1. Hipokalemia
Merupakan kondisi kekurangan kalium yang menyebabkan terganggunya fungsi jantung dan saraf. Hipokalemia terjadi ketika aliran darah berada di bawah batas normal, yakni kurang dari 2,5 mmol/L.
Gejalanya berupa kram perut, kesemutan, mati rasa, sembelit, mual, kembung, muntah, jantung berdebar (palpitasi), frekuensi buang air kecil meningkat, rasa haus berlebih, dan kelelahan. Pengidap kolera yang mengalami hipokalemia rentan mengalami gangguan psikologis seperti depresi, delirium, bingung, atau berhalusinasi.
2. Gagal Ginjal
Terjadi akibat hilangnya kemampuan ginjal untuk menyaring, sehingga sejumlah cairan dan elektrolit keluar dari dalam tubuh. Gagal ginjal ditandai dengan kelelahan, kulit kering dan gatal, kencing berdarah, kencing berbusa, pembengkakan, dan nyeri pinggang. Pengidap kolera yang mengalami gagal ginjal juga rentan mengalami syok hipovolemik.
3. Hipoglikemia
Rendahnya kadar gula darah yang terjadi jika pengidap mengalami penurunan nafsu makan. Kondisi ini berbahaya karena glukosa merupakan sumber energi utama tubuh. Gejala hipoglikemia berupa lelah, pusing, bibir kesemutan, keringat berlebih, sering merasa lapar, jantung berdebar-debar, sulit berkonsentrasi, mudah marah, dan pucat. Pada kasus yang parah, komplikasi ini berpotensi menyebabkan kejang, hilang kesadaran, hingga kematian.
Baca Juga: Bahayanya Kolera yang Bisa Berakibat Fatal
Itulah komplikasi kolera yang perlu diwaspadai. Kalau kamu mengalami gejala mirip kolera, jangan ragu berbicara dengan dokter Halodoc. Kamu hanya perlu membuka aplikasi Halodoc dan masuk ke fitur Talk to A Doctor untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!