Waspada Epilepsi yang Bisa Disebabkan oleh Trauma Kepala Ringan
Halodoc, Jakarta – Epilepsi adalah gangguan sistem saraf pusat (neurologis) di mana aktivitas otak menjadi abnormal, sehingga menyebabkan kejang atau periode perilaku yang tidak biasa, sensasi, dan terkadang kehilangan kesadaran.
Siapa pun bisa terkena epilepsi. Epilepsi memengaruhi laki-laki dan perempuan dari semua ras, latar belakang etnis dan usia. Gejala kejang bisa sangat bervariasi. Beberapa orang dengan epilepsi hanya menatap kosong selama beberapa detik selama kejang, sedangkan yang lain berulang kali menggerakkan tangan atau kaki mereka.
Perawatan dengan obat-obatan atau kadang-kadang pembedahan dapat mengontrol kejang untuk sebagian besar orang dengan epilepsi. Beberapa orang memerlukan pengobatan seumur hidup untuk mengendalikan kejang, tetapi untuk yang lain, kejang akhirnya hilang. Beberapa anak dengan epilepsi dapat mengatasi kondisi dengan usia.
Trauma kepala akibat kecelakaan mobil atau cedera traumatik lainnya dapat menyebabkan epilepsi. Trauma kepala adalah salah satu alasan yang paling sering menyebabkan seseorang mengembangkan epilepsi. Menurut penelitian dari MN Epilepsy Group, sekitar 6 persen pasien dengan epilepsi memiliki trauma kepala sebagai penyebabnya.
Semakin parah trauma kepala, maka semakin tinggi risiko terkena epilepsi. Sebagai contoh, pasien dengan cedera otak yang serius memiliki 53 persen kemungkinan mengembangkan epilepsi. Epilepsi biasanya tidak berkembang segera setelah trauma kepala terjadi. Seringkali, ada jeda beberapa bulan atau bahkan lebih lama, sebelum aktivitas kejang berulang dicatat.
Pengobatan atau perawatan bedah dapat secara efektif mengendalikan kejang bagi banyak pasien. Karenanya, perawatan serta pemeriksaan mendalam setelah terjadi trauma perlu dilakukan untuk mencegah risiko kesehatan yang lebih serius.
Dalam kasus yang jarang terjadi, seseorang yang mengalami trauma kepala ringan meninggalkan gumpalan darah yang berbahaya di otak. Tentunya kondisi ini tidak tampak secara kasat mata. Namun, kamu bisa tanggap terhadap situasi ini bila ada tanda-tanda yang mengiringinya, seperti:
-
Sakit kepala yang memburuk dan tidak kunjung sembuh
-
Kelemahan, mati rasa, ataupun menurunnya koordinasi
-
Berulang muntah atau mual
-
Cadel ketika berbicara
-
Terlihat sangat mengantuk atau tidak bisa bangun
-
Satu pupil lebih besar dari yang lain
-
Tidak dapat mengenali orang atau tempat
-
Semakin bingung dan gelisah
-
Memiliki perilaku yang tidak biasa
-
Hilang kesadaran.
Kalau pada anak-anak biasanya tanda-tandanya adalah tidak akan berhenti menangis dan tidak bisa ditenangkan serta menolak untuk makan/menyusui.
Risko Lain dari Trauma Kepala Ringan
Dalam hitungan detik, trauma kepala dapat secara dramatis mengubah kehidupan seseorang. Sejauh ini cedera otak traumatis kerap dikaitkan dengan peningkatan risiko mengembangkan epilepsi.
Semakin parah trauma kepala, semakin tinggi risiko mengalami kejang. Untuk cedera kepala yang parah selain kejang, trauma kepala dapat menyebabkan kerusakan neurologis yang signifikan, seperti:
-
Kelumpuhan dan kelemahan
-
Masalah koordinasi
-
Masalah dengan sensasi
-
Sakit kepala
-
Masalah dengan memori
-
Sukar konsentrasi
-
Mengalami depresi dan kecemasan
Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai epilepsi dan trauma kepala ringan, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.
Baca juga:
- Penyebab Epilepsi dan Cara Mengatasinya
- 6 Fakta Tentang Epilepsi yang Belum Banyak Diketahui
- Epilepsi Bisa Sembuh atau Selalu Kambuh?