Vaginismus Terjadi karena Faktor Usia, Mitos atau Fakta?
Halodoc, Jakarta – Vaginismus dapat menimbulkan sejumlah efek pada kehidupan seks wanita. Pasalnya, vaginismus adalah kondisi gangguan seksual yang terjadi akibat otot di sekitar vagina mengencang dengan sendirinya saat penetrasi. Meskipun tidak memengaruhi gairah seksual, kondisi ini mampu menghambat hubungan intim. Pasalnya, kondisi ini bisa menyebabkan rasa sakit, kesulitan, dan ketidakpuasan saat beraktivitas seksual dengan pasangan.
Vaginismus dapat berlangsung seumur hidup (primer) atau sementara (sekunder). Gejala vaginismus dapat bervariasi berdasarkan tingkat keparahannya. Namun, vaginismus umumnya ditandai dengan penetrasi yang terasa sakit (dispareunia). Lantas, kondisi apa yang dapat memicu vaginismus? Benarkah disebabkan oleh faktor usia?
Baca juga: Awas, Nyeri Saat Berhubungan Intim Bisa Jadi Idap Vaginismus
Benarkah Vaginismus Disebabkan Oleh Faktor Usia?
Vaginismus terbagi menjadi dua tipe, yaitu primer dan sekunder. Vaginismus primer adalah kondisi seumur hidup, sedangkan sekunder disebabkan oleh kondisi tertentu termasuk usia. Pada vaginismus sekunder, kondisi ini bisa berasal dari peristiwa tertentu, seperti infeksi, menopause, peristiwa traumatis, perkembangan kondisi medis, masalah hubungan, pembedahan, atau persalinan. Jadi, wanita yang mendekati usia menopause punya risiko mengalami vaginismus.
Vaginismus juga bisa disebabkan oleh faktor fisik dan non-fisik. Pada beberapa kasus, vaginismus dapat terjadi karena kombinasi faktor fisik dan non-fisik. Penyebab fisik dapat meliputi:
- Kondisi medis.
- Persalinan.
- Perubahan yang terkait usia.
- Rasa tidak nyaman sementara.
- Trauma pada pelvis.
- Pernah mengalami kekerasan seksual
- Efek samping pengobatan.
Sementara itu, penyebab non-fisik dapat meliputi:
- Ketakutan atau antisipasi terhadap rasa sakit saat berhubungan, ketakutan akan terjadinya robekan, atau takut akan hamil.
- Gelisah atau stres.
- Isu pada pasangan, seperti kekerasan, menjauh secara emosional, ketidakpercayaan, kecemasan terhadap perasaan menderita, atau kehilangan kendali.
- Kejadian traumatis, seperti perkosaan atau sejarah kekerasan.
- Pengalaman masa kecil, seperti kesalahan cara didik atau paparan terhadap gambar seksual.
Baca juga: 6 Gejala Vaginismus yang Harus Diwaspadai
Bagaimana Mengobatinya?
Pilihan pengobatan untuk vaginismus dapat bervariasi, tergantung pada penyebab rasa sakit yang dialami. Namun, kondisi ini biasanya bisa disembuhkan dengan mudah, seperti dengan terapi relaksasi vagina, terapi emosional, hingga operasi.
Jika vaginismus disebabkan oleh infeksi atau kondisi medis tertentu, pengobatan biasanya akan difokuskan untuk mengatasi penyebab yang mendasarinya. Pada kasus vaginismus yang terjadi pada wanita yang sudah memasuki masa menopause, biasanya disebabkan oleh kurangnya pelumas, imbas rendahnya produksi hormon estrogen.
Jika itu penyebabnya, dokter biasanya akan meresepkan estrogen topikal yang dioleskan langsung pada vagina. Selain itu, latihan Kegel juga dapat meringankan rasa sakit secara perlahan dan membantu mengatasi vaginismus. Latihan ini bertujuan untuk membantu pengidap terbiasa dengan objek yang masuk ke dalam vagina.
Baca juga: Alami Vaginismus, Ini Cara agar Tetap Mesra dengan Pasangan
Metode pengobatan lainnya yang bisa dilakukan adalah operasi untuk memperlebar vagina. Prosedur ini biasanya perlu dilakukan pada situasi tertentu. Misalnya saat operasi sebelumnya menyebabkan jaringan luka yang membatasi vagina, seperti episiotomi saat persalinan. Pada kasus ini, operasi kecil dapat membantu mengangkat jaringan luka, dengan memotong jaringan luka dengan hati-hati dan menjahit dengan jahitan kecil.
Kesehatan vagina tentunya berhubungan dengan imunitas tubuh kamu. Nah, untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, kamu mungkin perlu rutin mengonsumsi suplemen dan vitamin. Kalau kamu butuh, beli vitamin dan suplemen lewat toko kesehatan di Halodoc supaya lebih mudah dan praktis.