Triclosan pada Sabun Bisa Sebabkan Osteoporosis?

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   03 Juli 2019
Triclosan pada Sabun Bisa Sebabkan Osteoporosis?Triclosan pada Sabun Bisa Sebabkan Osteoporosis?

Halodoc, Jakarta - Demi menunjang kebersihan tubuh, kamu menggunakan sabun ketika mandi. Memiliki banyak variasi, sabun membantu membersihkan dan menghilangkan kuman dari tubuhmu, setidaknya itulah yang kamu percayai. Berbagai kandungan kimia di dalamnya memainkan peran dan juga ditambah aroma tertentu untuk membuat tubuh lebih wangi. 

Sayangnya, penelitian baru-baru ini mengklaim bahwa salah satu senyawa kimia yang terkandung dalam sabun, triclosan, disinyalir memicu terjadinya osteoporosis. Studi berjudul Association between Urinary Triclosan with Bone Mass Density and Osteoporosis in the US Adult Women, 2005 - 2010 dan diterbitkan dalam The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism 2019 ini ditulis oleh Shaofang Cai, JiahaoZhu, dan kawan-kawan. 

Dalam pembahasannya, para peneliti menggunakan data koresponden sebanyak 1.848 wanita di Amerika Serikat dalam rentang usia 20 tahun ke atas. Hasilnya, terdapat keterkaitan antara osteoporosis pada wanita dan triclosan, bahan kimia yang telah digunakan sebagai agen antimikroba dalam pasta gigi. 

Baca juga: Ketahui Perbedaan dari Osteoporosis dan Osteomalasia

Larangan Triclosan pada Produk Kebersihan

Triclosan merupakan bahan kimia dan bersifat antimikroba. Senyawa ini telah digunakan dalam produk perawatan pribadi berikut pestisida selama beberapa dekade. Pelarangan penggunaan senyawa triclosan dalam sabun cair antibakteri dilakukan oleh FDA pada tahun 2016. 

Tak lama, pelarangan kembali dilakukan untuk produk antiseptik yang dijual bebas, seperti produk pencuci tangan, scrub untuk bedah, hingga perawatan kesehatan lainnya. Pelarangannya tak lain tak bukan karena gagalnya pembuktian dari pihak produsen terkait dengan keamanan dari triclosan itu sendiri. 

Meski begitu, FDA telah menyetujui bahwa kombinasi triclosan dan sodium fluorida membantu mencegah karies, plak, dan gingivitis pada gigi. Namun, entah mengapa penggunaannya dalam salah satu kandungan pasta gigi tak lagi ditemukan pada awal tahun 2019 ini. Beberapa produsen pasta gigi memilih untuk mengganti triclosan dengan senyawa kimia yang lebih aman.

Baca juga: Perhatikan 6 Penyebab Osteoporosis Berikut Ini

Sementara pelarangannya pada produk sabun dan antiseptik mengacu pada tidak ditemukannya manfaat dari senyawa itu sendiri pada produk terkait. Meski begitu, belum ada mekanisme yang akurat perihal triclosan bisa berhubungan dan memicu osteoporosis. Para peneliti beranggapan triclosan terlibat dalam terganggunya produksi hormon yang berfungsi dalam reproduksi. 

Pada wanita, terganggunya fungsi hormon reproduksi semisal estrogen bisa menyebabkan terlambatnya pembentukan jaringan baru pada tulang. Inilah mengapa wanita menopause harus lebih berhati-hati terhadap risiko terjadinya osteoporosis. Salah satu penulis, Ying Jun Li mengatakan paparan dari triclosan meningkatkan faktor risiko rendahnya kepadatan mineral tulang dan risiko osteoporosis.

Petra Levin, seorang Profesor Biologi di Washington University di St. Louis mengatakan bahwa triclosan meningkatkan jumlah sel bakteri yang bertahan hidup secara substansial. Biasanya, satu dari sejuta sel selamat dari antibiotik, dan sistem kekebalan yang berfungsi bisa mengendalikannya. Namun, triclosan mengubah jumlah selnya. Bukannya hanya satu dari sejuta bakteri selamat, satu dari 10 organisme bertahan hidup setelah 20 jam, dan ini membuat imunitas tubuh kewalahan. 

Baca juga: 5 Olahraga yang Bisa Cegah Osteoporosis

Paparan triclosan memungkinkan bakteri untuk lolos dari kematian dengan antibiotik, dan pelindung ini tak terbatas pada satu jenis saja. Bahkan, ada beberapa antibiotik yang dianggap unik dalam caranya mematikan sel justru menjadi kurang efektif untuk mematikan bakteri yang terpapar triclosan. 

Meski begitu, tetap dibutuhkan penelitian terbaru terkait dengan triclosan pada sabun dan osteoporosis ini. Jika kamu masih memiliki pertanyaan yang belum terjawab, langsung saja tanyakan pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Kamu bisa download aplikasi Halodoc ini di ponselmu sekarang juga.