Tingkat Risiko Corona untuk Usia di Bawah 45 Tahun

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   07 Mei 2021
Tingkat Risiko Corona untuk Usia di Bawah 45 TahunTingkat Risiko Corona untuk Usia di Bawah 45 Tahun

Halodoc, Jakarta – Baru-baru ini pemerintah mengeluarkan peraturan kalau orang-orang yang berusia di bawah 45 tahun bisa bekerja di luar rumah. Aturan ini diberlakukan untuk mencegah lebih banyak orang kehilangan pekerjaan di tengah pembatasan mobilitas.

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Doni Monardo, mengatakan bahwa orang-orang di bawah usia 45 tahun kurang rentan untuk terinfeksi COVID-19 yang parah. Lantas, apakah benar demikian? Informasi mengenai tingkat risiko corona untuk mereka yang berusia di bawah 45 tahun bisa dibaca di bawah ini!

Siapa yang Paling Berisiko?

Menurut data kesehatan yang dipublikasikan oleh Center for Disease Control and Prevention, disebutkan kalau sebagian besar kasus corona di China (87 persen) terjadi pada orang berusia 30 hingga 79 tahun,

Data dari penelitian yang sama menunjukkan kalau gaya hidup, seperti sering berhubungan dengan orang lain menjadi faktor risikonya. Remaja dan orang-orang berusia 20-an kerap bertemu dengan banyak orang baik di sekolah dan di tempat kerja maupun di angkutan umum, tetapi mereka tampaknya tidak tertular penyakit pada tingkat yang signifikan, hanya 8,1 persen kasus corona berusia 20-an, sekitar 1,2 persen adalah remaja, dan 0,9 persen berusia 9 atau lebih muda.

Baca juga: Cek Risiko Tertular Virus Corona secara Online Di sini

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan bahwa 78 persen dari kasus yang dilaporkan pada 20 Februari terjadi pada orang dengan rentang usia 30 hingga 69 tahun. Risiko kematian terkait usia tidak bisa menjadi patokan. 

Selama ini riwayat kesehatan termasuk kekuatan sistem pernapasan menjadi salah satu faktor penentu keberlangsungan hidup, demikian juga dengan imunitas tubuh. Perbedaan individu dalam merespons imun dapat menyebabkan seseorang mengalami kondisi yang parah atau malah baik-baik saja. 

Corona dan Lansia

Setelah infeksi terjadi, sistem kekebalan tubuh bersatu untuk membuat antibodi; protein yang memburu dan membunuh penjajah asing seperti virus di tubuh kita. Dalam beberapa kasus, antibodi itu juga dapat menjadi boomerang. 

Beberapa antibodi berikatan dengan virus dan bukannya menghalangi virus, mereka diambil oleh sel darah putih. Sel-sel darah putih itu kemudian menjadi kusut yang menghasilkan molekul disebut sitokin. Ini adalah bahan kimia yang, antara lain, meningkatkan peradangan di seluruh tubuh. Hal itu pada akhirnya membuat penyakit memburuk. Informasi selengkapnya mengenai corona, bisa ditanyakan langsung ke aplikasi Halodoc.  

Dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat, kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah. 

Baca juga: Ketahui Fakta Mutasi Virus Corona

Terlepas dari riwayat kesehatan dan imunitas tubuh, para ilmuwan sepakat kalau usia, kasus corona, dan tingkat kematian karena lansia memiliki korelasi yang signifikan. Para ilmuwan mungkin belum menuntaskan penelitian mengenai genetika, dan faktor-faktor paparan yang menyebabkan seseorang jatuh sakit parah. 

Namun, corona memang jauh lebih berdampak pada mereka dengan usia lanjut. Jurnal Lancet Infectious Diseases menerbitkan perkiraan terbaru tingkat kematian corona. Disebutkan kalau secara global, tingkat fatalitas kasus corona untuk mereka yang berusia di bawah 60 adalah 1,4 persen. 

Bagi mereka yang berusia di atas 60 tahun, tingkat kematian melonjak menjadi 4,5 persen. Semakin tua populasi, semakin tinggi tingkat kematiannya. Bagi mereka yang berusia 80 tahun ke atas, corona memiliki tingkat kematian 13,4 persen.

Referensi:

Statnews.com. Diakses pada 2020. Who is getting sick, and how sick? A breakdown of coronavirus risk by demographic factors.
The Jakarta Post. Diakses pada 2020. COVID-19: Govt to allow people under 45 to work outside to prevent more layoffs.
Vox.com. Diakses pada 2020. Scientists are trying to figure out why Covid-19 hits some young, healthy people hard.